Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, March 8, 2016

Sabda Hidup



Rabu, 09 Maret 2016
Fransiska dr Roma
warna liturgi Ungu 
Bacaan
Yes. 49:8-15; Mzm. 145:8-9,13cd-14,17-18; Yoh. 5:17-30.  BcO Im. 26:3-17,38-45

Yohanes 5:17-30:
17 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." 18 Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. 19 Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. 20 Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. 21 Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. 22 Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, 23 supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. 24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. 25 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. 26 Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. 27 Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. 28 Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, 29 dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. 30 Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.

Renungan:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak" (Yoh 5:19). Saya tertarik dengan sabda Yesus ini. Saya mencoba membayangkannya secara manusiawi. Seorang anak cenderung meniru atau juga mewarisi apa yang dilakukan bapaknya. Ada ungkapan "Like a father like a son".
Tentu bacaan hari ini mau menunjukkan bahwa Yesus adalah utusan Bapa. Apa yang Dia lakukan Bapa telah lakukan. Namun rasanya bacaan ini juga bisa menjadi pengingat bagi para orang tua. Apa yang mereka kerjakan akan dicontoh oleh anaknya. Kalau ingin anaknya menjadi orang baik berikanlah teladan-teladan kebaikan. Bila ingin anak-anak mempunyai kata-kata baik, berbicaralah dengan baik.
Seorang anak adalah peniru yang ulung. Orang tua adalah pribadi yang sering ditemui dan dilihat anak. Mereka pun pada saatnya akan merepresentasikan orang tua. Tentu kita tidak ingin anak-anak kita menjadi buruk. Maka marilah kita berikan teladan baik pada sang peniru ulung, anak-anak kita.

Kontemplasi:
Bayangkanlah anak-anak di sekitarmu. Dengarkan apa yang mereka katakan. Lihatlah apa yang mereka lakukan. Bandingkan dengan dirimu sendiri.

Refleksi:
Tulislah pengalamanmu memberi teladan kepada anak-anak.

Doa:
Tuhan, aku mohon padaMu, semoga aku bisa menampilkan teladan baik di hadapan anak-anak. Semoga anak-anak pun mencontoh kebaikan-kebaikan yang ada. Amin.

Perutusan:
Aku akan menghadirkan teladan hidup yang baik kepada anak-anak. -nasp-

0 comments:

Post a Comment