Jumat, 04 Maret 2016
Kasimirus,
warna liturgi
Ungu
Bacaan
Hos. 14:2-10;
Mzm. 81:6c-8a,8bc-9,10-11ab,14,17; Mrk. 12:28b-34. BcO Kel. 35:30-36:1; 37:1-9
Markus
12:28b-34:
28 Lalu seorang
ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan
tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang
kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang paling utama?" 29 Jawab
Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan
Allah kita, Tuhan itu esa. 30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu
dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap
kekuatanmu. 31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum
ini." 32 Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru,
benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. 33
Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan
segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah
jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." 34
Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata
kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorangpun
tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Renungan:
Biasanya kita
mendengar Yesus bersoal dengan ahli Taurat. Tidak jarang Yesus mengkritik
mereka. Namun hari ini kita melihat hal yang berbeda. Yesus tidak mengkritik
tapi malah memuji dia, "Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang
itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan
Allah!" (Mrk 12:34). Yesus memuji dan memberi janji kepada ahli Taurat itu
karena apa yang dia katakan adalah benar dan bijaksana.
Dalam kehidupan
sehari-hari kita sering melihat orang yang berlawanan satu dengan yang lain.
Mereka yang berlawanan itu selalu berusaha menjatuhkan lawannnya dengan
tindakan-tindakan maupun kata-kata yang negatif. Segala tindakan dan kata
lawannya, entah itu baik atau buruk, selalu dicap buruk. Segala perilaku lawan selalu
ditentang, bahkan kalau mungkin ditemukan celah yang bisa menjatuhkannya.
Belajar dari
Yesus, rasanya kita pun perlu rendah hati menghormati kebaikan mereka yang
berbeda dengan kita. Apa yang benar dan baik layak kita akui sebagai benar dan
baik. Kita mesti berani menyingkirkan nafsu untuk menghabisi lawan kita. Kita
pun mesti sanggup mengakui kebaikan-kebaikan yang mereka miliki.
Kontemplasi:
Bayangkan
perseteruan orang-orang yang berlawanan. Amati kata dan tindakan mereka.
Bandingkan itu dengan sikap Yesus kepada ahli Taurat dalam Injil Mrk.
12:28b-34.
Refleksi:
Tulislah
penilaianmu atas kebaikan lawanmu.
Doa:
Ya Yesus, terima
kasih atas teladanMu. Semoga aku mampu menghargai kebaikan mereka yang
berseberangan denganku. Amin.
Perutusan:
Aku akan mengakui
kebaikan sebagai kebaikan walau itu berasal dari yang berseberangan denganku. -nasp-
0 comments:
Post a Comment