Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, March 20, 2013

KALAHKAN RAMA BAMBANG!!

Hari ini, Rabu 20 Maret 2013, Komunitas Domus Pacis pergi dolan-dolan kunjungan. Tetapi ada tiga rama yang tidak ikut: 1) Rama Harjaya menginap di RS Panti Rapih observasi; 2) Rama Jaka menderita flu; 3) Rama Tri Wahyono bilang "Aku ora melu". Maka yang berangkat adalah Rama Yadi, Rama Harto, Rama Agoeng, Rama Bambang, Pak Tukiran, Mas Raharjo, Mas Kris dan Bu Retno. Kami berdelapan satu mobil dengan Rama Agoeng sebagai sopir. Pertama kali rombongan meluncur ke Pastoran Paroki Baciro. Ternyata Rama Suprayitno dan Rama Mulyatno sedang pergi. Kami hanya duduk-duduk di kamar tamu. Kemudian Rama Harto minta diantar oleh Mas Kris lihat gedung Gereja. Beliau amat mengagumi gedung dan ornamennya. Banyak ibu yang mengantar anak-anaknya di Taman Kanak-kanak Kompleks Gereja merubung Rama Harto.

Rombongan Domus meneruskan perjalanan menuju Pastoran Bintaran. Para rama dan karyawan sudah merasa senang dilewatkan Stadion Mandala Krida dan Gedung Olah Raga Among Raga. Sesampai di Bintaran rombongan diterima oleh Rama Bagyo yang keluar dari kamar tamu. Ternyata beliau sedang menerima calon pengantin. Kami dipersilahkan masuk ruang makan dan beliau meneruskan menemui calon penganten. Kemudian Rama Willem Pau datang menemui. Susul menyusul Rama Mikael Sugito dan Rama Deni juga datang ikut menemui. Bahkan Rama Bagyo pun juga bergabung. Suasana omong-omong jadi meriah. Rama Agoeng pun berceritera tentang program Komsos KAS membuat film tentang Rama Mangunwijaya, Pr. Di sini Rama Bambang ditanya tentang pengalaman beliau dulu bersama Rama Mangun lebih-lebih di sekitar sikap Rama Mangun yang kerap bertentangan dengan pemerintah terutama dengan kasus Code. Rama Willem juga memberikan informasi yang diterima dalam kenalan intelijen. Tentu saja omong-omong ini terjadi sambil minum dan menikmati snack.

Di dalam pembicaraan ngalor-ngidul ternyata kemudian omongan terfokus ke karya Rama Deni di samping menjadi Pastor Pembantu. Beliau juga menjadi direktur Yayasan Bernardus Sanjaya Yogyakarta. Rama Deni selain mengurus unit-unit sekolah juga mempunyai usaha finansial lewat pendayagunaan sebagian tanah yang dulu dimaksudkan menjadi bumi perkemahan kaum muda di Pakem. Selain tanaman-tanaman produktif, beliau juga memelihara 400 ekor (?) kambing yang kotorannya dapat dijual Rp. 25.000,00 per sak. Rama Deni dengan juga sudah bisa mulai dapat menghimpun dana untuk pengembangan yayasan. Dan dalam pembicaraan ini muncul omongan hangat tentang peningkatan kualitas cakrawala para guru. Semua sepakat bahwa para guru unit-unit sekolahnya cakrawala dan model kerjanya masih amat tradisionalistis. Dalam ha ini Rama Bambang mengatakan "Sebenarnya setiap sekolah sudah memiliki fasilitas komputer yang memadahi, tetapi kerap hanya jadi alat main-main. Kalau rusak malah dapat jadi bahan proyek. Rama Deni melatih mereka untuk menggunakan alat tekhnologi informasi secara mutu. Untuk ini web yayasan harus diintensifkan agar memiliki konten yang selalu baru. Kalau perlu juga membuat blog. Buat pengumuman  dan ini itu lewat internet. Rama cukup sms ke sekolah dan paksa guru-guru membuka di komputer." Pembicaraan menjadi ramai karena Rama Deni yang masih muda kerap dipandang membuat repot. Banyak yang mengomentari "Dasar anak muda!". Rama Agoeng memberikan pengalamannya ketika harus berhadapan dengan kaum tua-tua. Rama Agoeng mendorong Rama Deni untuk memanfaatkan tekhnologi informasi sebagai sarana mendongkrak perluasan cakrawala dan transformasi para guru dengan mengatakan "Rama Bambang saja belajar memanfaatkan Blog, Email, Facebook untuk meningkatkan karya dan mensosialisasikan Domus Pacis." Rama Bambang bertanya kepada Rama Deni "Umur panjenegan pinten, ta?" (Berapa usia Anda?). "Tigang dasa" (Tiga puluh). "Tenang mawon. Kula sing kacek 32 tahun kalih njenengan mawon nglakoni dengan media jaman sakniki kok, sanadyan le ajar bola-bali. Saben isa sethithik terus kula gunakke secara intensif bola-bali. Dalam waktu belum 2 bulan ketoke pun lumayan dalam mensosialisasikan Domus Pacis dengan karya-karyanya. Memang itu harus didukung dengan email, FB dan SMS dengan pesan-pesan singkat yang mendorong orang membuka Blog Domus. Guru-guru dipeksa mawon." (Tenang saja. Saya yang lebih tua 32 tahun menggunakan media masa kini, walau dengan berlatih berkali-kali. Setiap bisa satu, saya gunaka secara intensif dengan digunakan berkali-kali. Dalam waktu belum genap 2 bulan hasilnya sudah lumayan untuk mensosialosasikan Domus dengan karya-karyanya. Memang Blog Domus didukung dengan email, FB dan SMS dengan pesan-pesan pendek yang mendorong orang membuka Blog Domus).

"Tetapi saya sering tidak enak, karena sebagai porang muda membuat repot orang-orang lebih tua" kata Rama Deni. Rama Bambang menyahut "Justru selagi masih muda, gunakan untuk membuat hal-hal baru walau pakai keliru. Katakan pada guru-guru 'Kita dihina oleh Rama Bambang, dikatakan kolot bin jadul.' Ayo kita kalahkan Rama Bambang."

2 comments:

Anonymous said...

Matur nuwun. Karsa rawuh lan nggayengke pastoran mBintaran. Dadi kemruyuk gelak tawane.... hehehehe....
Kapan rawuh malih....

Anonymous said...

Kula sakbregada ugi remen karengkuh nyedulur buanget. Nganti sangu jajan wutuh he he he ...

Post a Comment