Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, March 1, 2013

OBAT PENCEGAH POST POWER SYNDROM


Salah satu bahaya menjadi tua adalah derita jiwani yang disebut post power syndrom. Ini adalah adalah nafsu kuasa di kala sudah tak memiliki kekuatan individual dan sosial. Karena ketuaannya kekuatan fisik pada umumnya merosot. Orang sudah tak dapat bereaksi dan bergerak cepat seperti dulu. Karena ketuaannya kekuatan intelektual makin terbatas. Orang mulai sulit memahami hal-hal baru bahkan hal lama mudah terlupakan sehingga yang kini dijalani pun bisa kurang disadari. Di dalam hubungan sosial, karena ketuaannya orang makin berkurang peran sebagai penentu kehidupan bersama. Akan tetapi, karena kurang mampu menerima realita diri, orang dapat jatuh pada hidup yang tidak bijak. Dia dapat berjuang tampil seperti ketika masih kuat, masih berkuasa, masih berperan menentukan. Padahal sikap dan perilaku ini dapat menimbulkan suasana tidak enak bahkan memuakkan bagi orang lain. Dan yang paling celaka, apabila orang lain berani menolak sikap dan perilakunya, orang demikian akan menderita sakit hati dan selalu mengalami ketegangan bahkan tekanan batin. Tentu saja kondisi kejiwaan seperti ini akan memudahkan penyakit-penyakit medis bermunculan. Inilah post power syndrom.

Dalam hal ini barangkali ada dua ayat Kitab Suci yang dapat membantu untuk memberikan pencerahan. Ayat-ayat yang kiranya sangat bermakna: 1)  "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Luk 9:23, selengkapnya baca ay 23-26); 2) "Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota." (1Kor 12:14, selengkapnya baca ay 12-31). Yang pertama mengingatkan orang bahwa ikut Yesus terutama dengan pengembangan sikap "menahan diri" berhadapan dengan realita harian yang tidak menyenangkan bahkan membuat derita. Yang kedua mengingatkan orang bahwa hidup itu tidak sendirian tetapi selalu dalam ikatan kebersamaan dengan orang-orang lain. Di sini setiap orang hanya memiliki peran tertentu sebagai bagian dari keseluruhan, sehingga setiap orang untuk hidup enak harus terbuka terhadap peran banyak orang.

Berdasarkan terang ayat-ayat tersebut, barangkali orang dapat menemukan dua macam obat mencegah dan atau mengatasi post power syndrom. Pertama, latihan ngampet atau menahan diri untuk tidak berkomentar dan berreaksi kalau berhadapan dengan hal-hal yang tidak cocok dan atau menyenangkan. Kedua, latihan terbuka ambil bagian orang lain bahkan ikut melakukan yang diusulkan dan ditentukan oleh orang lain. Orang yang belum mengalami kemunduran raga, cipta, rasa pun perlu mengembangkan latihan seperti ini. Barangkali dua obat itu terasa tak enak. Tetapi pahit apapun, obat selalu memberi kesegaran bahkan kesembuhan. Setiap latihan, dan kalau sudah biasa akan jadi enak. Maka setiap latihan rohani (karena dengan landasan kerohanian dari Kitab Suci) akan mengembangkan orang mampu menghayati habitus baru berdasarkan Injil.

0 comments:

Post a Comment