Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, March 12, 2013

TUA TRENDI

Berbicara tentang model ngetrend atau mengikuti zaman, orang biasa mengkaitkannya dengan hal-hal produksi zaman kini. Dalam komunikasi orang dapat mengkaitkan dengan alat-alat hasil tekhnilogi informasi seperti HP, BB, Ipad, Laptop, komputer yang memiliki fasilitas canggih bukan sekedar untuk telepon, SMS dan ngetik. Kemapuan dan kebiasaan berinternetan kerap dijadikan bukti orang ngetrend atau tidak. Dalam berbicara dan berbahasa orang dapat mengkaitkannya dengan kemampuan berapa macam bahasa asing. Dalam bernyanyi orang dapat mengkaitkannya dengan kemampuan menguasai lagu-lagu masa kini. Dalam berdandan orang dapat mengkaitkannya dengan mode pakaian yang kini banyak digandrungi. Pokoknya yang kini marak dan jadi arus umum lintas bangsa, lintas negara, lintas budaya, lintas agama dan lintas-lintas lain dapat menjadi ukuran orang ngetrend atau tidak. Dengan ukuran seperti ini, orang dapat memaklumi bahwa kaum tua adalah kaum "jadul", kaum jaman dulu atau kolot.

Tampaknya cap jadul untuk kaum tua dikuatkan oleh gejala tak sedikit kaum tua yang mengalami kebingungan berhadapan dengan generasi yang lebih muda, dengan kaum muda, dengan remaja dan dengan anak-anak. Kerap terjadi golongan muda, remaja dan anak merasa terganggu dengan kehadiran kaum tua. Banyak omongan, pendapat dan tampilan mereka dinilai negatif oleh yang tua. Kata-kata "Anak sekarang!" dapat bernuansa menyakitkan karena menjadi ungkapan bentuk buruk dibandingkan dengan kata "Duluu ..." yang menjadi kata depan pameran kisah tindakan dan omongan kaum tua. Dari sini tampaknya kaum tua akan ngetrend atau tidak juga ditentukan oleh kemampuannya sambung komunikasi dengan generasi lain atau tidak. Pada hemat saya "sambung komunikasi lintas generasi" lebih menentukan kemampuan ngetrend kaum tua dibandingkan dengan kemampuan mengoperasionalisasikan hal-hal produksi masa kini. Dalam hal ini saya akan mensharingkan pengalaman yang barangkali dapat dipakai sebagai bahan refleksi.

Dalam salah satu misa arwah pada Selasa malam 12 Maret 2013, lagu-lagu disemarakkan oleh OMK TB Choir (Kor Orang Muda Katolik Tambak Bayan) dari Paroki Babarsari, Yogyakarta. Anggota kor adalah mahasiswa-mahasiswi Universitas Katolik Atmajaya campuran suku Indonesia seperti Jawa, Flores, Timor, Batak. Pemilik hajat memaang dosen Atmajaya. Peserta misa memang didominasi oleh kaum tua. Nyanyian misa sungguh apik karena diambil dari lagu-lagu yang dapat diikuti oleh umat sementara kor mengiringi dengan paduan suara sopran, alto, tenor, bas dan iringan yang bagus sekali. Suasana menjadi hangat diwarnai dengan ungkapan-ungkapan spontan umat ketika saya menyampaikan khotbah. Setiap kali saya menggunakan ungkapan-ungkapan berbahasa Jawa, saya berhenti sesaat dan bertanya kepada para mahasiswa anggota kor "Tahu tidak?" Ketika ada yang bengong dan ada yang nyeletuk memakai bahasa Jawa bernada lucu "Ngertiiiii" (tahu), umat tertawa. Saya memang langsung memberikan penjelasan dengan bahasa Indonesia. Ketika saya memakai ungkapan idiom masa ini, sebagaimana saya mengerti lewat sinetron-sinetron muda dan remaca di TV, saya bertanya pada umat "Ngerti ora?" (tahu atau tidak). Suasana umat (tua dan muda) terasa terpusat pada saya dan tak ada yang sibuk bicara sendiri. Bahkan ketika dari Injil Yoh 15:9-13 saya menyelipkan ayat 12-13 dengan Macapat (kidung tradisional Jawa), kaum muda kor yang pada umumnya tak dapat berbahasa Jawa tampak terpana memperhatikan saya. Saya pun mengulas isinya dengan mengIndonesiakan dan menafsir berdasarkan banyak pengalaman yang saya ketemukan dalam berita-berita dan sinetron TV. Ketika hajatan usai dan saya akan pulang, selain umat umum, para mahasiswa tadi menghampiri saya dan berebut menyalami termasuk mereka yang dari Flores yang matanya tampak berbinar-binar.

Pengalaman kecil itu menyadarkan saya bahwa kaum muda masih menerima saya yang sudah masuk golongan kaum tua. Saya kini paham mengapa ada kaum muda yang meminta saya memimpin Ekaristi Kaum Muda. Barangkali kemampuan hati bersambunglah yang menentukan apa orang masih bermakna dan berfungsi atau tidak untuk masa kini. Pada hemat saya istilah ngetrend lebih berkaitan dengan kemampuan hidup yang bermakna dan berguna untuk masa kini. Masa kini bukan hanya milik kaum muda, remaja dan anak. Masa kini juga milik kaum tua. Kaum muda yang sungguh ngetrend adalah yang dapat sambung bermakna dan bermanfaat bagi kaum tua. Kaum tua ngetrend adalah orang tua yang bermakna dan berfungsi bagi yang muda. Ngetrend adalah soal kemampuan SAMBUNG HATI LINTAS GENERASI. Bahwa ada perbedaan bentuk dan ungkapan, hal ini tidak menjadi soal. Yang pokok kemampuan jumpa hati. Bentuk lama dan baru harus sama-sama mendapat tempat sebagaimana kata Yesus "Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya" (Mat 9:17). Saya, yang sudah tidak mampu mengikuti khasanah lagu-lagu baru, tidak akan terhalang hanya karena memakai khasanah lama, macapat.  *Rama Bambang

0 comments:

Post a Comment