Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, March 13, 2013

"ORA ET LABORA" DAN KERJA GRESEKAN 
                    Belajar Dari Rama Yadi dan Rama Harto

Bagi kaum muda dan para lulusan sarjana, pengangguran menjadi momok kehidupan. Menganggur juga biasa muncul dalam pembicaraan kaum tua lebih-lebih di kalangan para pensiunan. Membuat kerja sendiri (wirausaha) dan bukan menjadi pegawai tampaknya bukan merupakan hal yang menggembirakan hati pada umumnya orang. Bahkan, kalau jujur, pekerjaan di luar status pegawai dan atau buruh dapat dipandang sebagai keterpaksaan.

Berkaitan dengan hal tersebut, saya terkesan dengan Injil hari ini. Dalam Injil para musuh Yesus meragukan kemesiasan-Nya. Di situ Tuhan berkata: "Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku" (Yoh 5:36). Di dalam Yesus pekerjaan muncul dari relasi-Nya dengan Bapa. Padahal relasi dengan Allah adalah doa. Dari sini ternyatalah bahwa antara kerja dan doa amat erat berhubungan. Dari sini layaklah dipahami kalau Ora et Labora (berdoa dan bekerja) menjadi pertanda iman yang mendalam dari sesorang. Orang yang sungguh beriman akan memelihara hubungan pribadi dengan Allah dengan doa pribadi. Doa pribadi adalah kontak batin seseorang dengan Allah berdasarkan situasi kondisi kongkretnya. Pengalaman batin ini akan mendorong orang untuk serius dalam hidupnya yang terwujud dalam sikapnya mencari kesibukan untuk mengisi hidup. Kerja menjadi tindakan yang mengalir dari doa. Sementara itu doa pun menjadi amat bermakna dan hangat karena kerja yang memberikan makna hidup seseorang. Maka kerja bukanlah status tetapi tindakan bermakna bagi diri dan orang lain baik keluarga sendiri, orang-orang yang dilayani, keluarga maupun masyarakat luas. Dengan kerja orang mengalami hidup yang signifikan dan relevan untuk diri dan orang lain. Kerja dalam konteks Ora et Labora membuat orang (entah sebagai pegawai atau buruh entah bukan sebagai pegawai atau buruh) akan selalu gresekan (mencari-cari) melakukan sesuatu atas inisiatif sendiri.




Dengan gambaran kerja gresekan tersebut, barangkali baik kalau Rama Yadi dan Rama Harto menjadi referensi bagi kaum tua yang sudah mengalami keterbatasan. Rama Yadi dengan usia 75 tahun dan kondisi fisik yang tidak kokoh sudah merasa tidak dapat tampil di depan jemaat besar. Berbicara pun tidak sesegar dan sekreatif dulu. Pelayanan misa terjadi hanya kalau ada keluarga atau kapel membutuhkan. Waktu lowongnya amat banyak. Bahkan Rama Yadi kerap merasa hidupnya hanya menunggu saat Tuhan memanggil. Beliau tidak pernah takut bicara tentang kematian untuk dirinya. Hidupnya banyak terisi dengan doa-doa pribadi. Ternyata sejak dua tahun terakhir waktu lowongnya, sekalipun terjadi saat terbangun jam 2 pagi, terisi dengan gerakan jari-jari merangkai rosario. Sekalipun ada banyak hasil kerjanya yang dijadikan hadiah, kini banyak pula yang membeli dan memesan rosario karyanya.
Ada pun Rama Harto adalah sosok yang sudah tidak dapat bepergian sendiri. Kamar adalah teman akrabnya yang sehari tak sampai dari 210 menit (14,48%) ditinggalkan untuk makan tiga kali dan misa di kapel. Keluar rumah biasanya terjadi hanya untuk kontrol dokter di Rumah Sakit Panti Rapih dan pergi bersama orang serumah sebulan sekali yang tidak akan menyita 8 jam (1,11%) sebulan. Doa pribadi juga menjadi warna hidup Rama Harto. Akan tetapi volume dan kelancaran berbicara karena kondisi sakitnya tidak membuat Rama Harto menjalin komunikasi dengan tamu yang datang ke kamarnya. Sesudah di Domus Pacislah Rama Harto sehari-hari menerima tamu yang berkonsultasi dan atau meminta doa. Hal ini kini menjadi kerja harian Rama Harto sekalipun pantat selalu menempel di kursi tua.  *Rama Bambang

0 comments:

Post a Comment