Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, March 7, 2013

PENGHAMBAT KERJA KAUM TUA

Pada hari Rabu 6 Maret 2013 saya mengikuti pertemuan Pendalaman Iman Aksi Puasa Pembangunan (APP) di Lingkungan Fransiscus Assisi Puren, Paroki Pringwulung. Sebagai penghuni Komunitas Rama Domus Pacis saya termasuk salah satu warga Lingkungan ini. Di dalam pertemuan itu kami merenungkan penghayatan salib dalam kerja. Yang berbicara cukup banyak. Tetapi yang diomongkan kalau bukan pengalaman kerja jaman dulu (karena sementara peserta sudah tua dan atau pensiun) pasti berbicara tentang kegiatan pelayanan di kampung dan terutama di Gereja seperti kor dan kerjabakti. Di dalam pembicaraan kemudian terjadi diskusi sebenarnya apa yang dimaksud kerja itu. Apakah kegiatan sosial baik di kampung maupun di Gereja termasuk kerja? Dari pembicaraan bersama ternyata kebanyakan mulai mengkaitkan kerja dengan cari nafkah. Saya lalu meneguhkan dengan ayat Kitab Suci "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan" (2 Tes 3:10). Saya menambahkan bahwa ini perintah iman untuk semua orang termasuk kaum tua. Yang bebas tidak kerja adalah yang "sakit, jompo, dipenjara". Dari sini ternyata muncul berbagai soal: Kalau sudah pensiun, apakah masih laku kerja? Kalau sudah tua, bagaimana dapat mendapatkan penghasilan seperti dulu? Jaman sekarang sulit cari pekerjaan, padahal sudah tua juga masih harus menanggung pembeayaan anak dan atau cucu.

Dari berbagai pembicaraan, saya mencoba untuk merumuskan hambatan kaum tua untuk bekerja mencari (tambahan) uang :

  • Gambaran kerja sebagai status kepegawaian. Secara umum ternyata bekerja dipahami sebagai status menjadi pegawai dalam suatu lembaga atau institusi. Kerja bukan terutama menjadi kegiatan ekonomi mencari penghasilan untuk kebutuhan hidup. Kerja menjadi status sosial sebagai upaya mendapatkan dan atau mempertahankan kedudukan. Hal inilah yang mengakibatkan banyak kaum muda dan tua produktif menganggur karena mayoritas tidak akan tertampung menjadi pegawai atau buruh. Bagi yang pensiun atau berhenti, orang merasa jadi "sudah tidak terpakai" padahal masih mempunyai banyak kebutuhan. Bahkan bagi kaum tua di atas 56 tahun, dapat dikatakan amat sangat sedikit sekali yang mau memanfaatkan tenaganya.
  • Gambaran penghasilan rendah. Ada keluhan bahwa sesudah tua orang mengalami kemerosotan fisik dan kalau bekerja tidak mendapatkan uang sebanyak ketika masih produktif. Hal ini membuat semangat untuk kerja juga merosot kalau tak dapat dikatakan menghilang. Hal ini menjadi penghambat bagi orang yang masih mau mempertahankan gaya hidup seperti ketika masih berpenghasilan seperti dulu. Tetapi hal ini juga menjadi penghambat bagi yang tidak menyadari bahwa tanggungjawab di masa tua tidak akan sebanyak dengan ketika masih muda dan atau produktif. Misalnya, dulu masih harus menanggung makan, minum, pendidikan sekolah, kesehatan dan kehidupan lain dari anak(-anak). Bisa terjadi, walau dulu penghasilan besar, sisa yang dapat ditabung hanya sedikit. Orang seperti ini dapat tak menyadari bahwa hasil kecil pada masa kini, dengan tanggungjawab kecil, dapat memiliki sisa lebih besar dan bernilai dibandingkan dahulu.
  • Korban budaya "extended familiy". Masih ada banyak orang yang ikut menanggung beban kebutuhan keluarga anak, bahkan menanggung hidup dan sekolah cucu. Sebenarnya ini adalah pola tradisional agraris dimana yang disebut keluarga adalah persaudaraan atau kekerabatan bersama yang berasal dari silsilah keturunan tertentu. Pada waktu itu kebutuhan tidak sebesar dan semahal masa kini. Dulu segalanya dapat dipenuhi bersama dengan kepemilikian bersama. Masa kini orang harus menanggung keluarganya sendiri-sendiri. Kini segalanya serba uang. Kebutuhan pokok tidak hanya sandang, pangan dan papan. Pendidikan dan kesehatan yang berbeaya tinggi sudah menjadi kebutuhan dasar. Sebenarnya Kitab Suci sudah mengatakan bahwa orang yang sudah berkeluarga akan meninggalkan orangtuanya (band Kej 2:24). Tetapi budaya extended family sedikit banyak masih meresap dalam mayoritas warga masyarakat. *Rama Bambang

0 comments:

Post a Comment