Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, March 1, 2013

SMALL IS BEAUTIFUL


Tak sedikit kaum tua yang sadar atau tidak sadar mengalami tekanan batin karena sudah tak sehebat dahulu. Segalanya jadi terbatas. Keuangan dapat menyusut. Kegiatan sudah tak segemuruh dulu. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) membuat kebanyakan kaum tua menjadi kecil. Kecil wawasannya, kecil langkah geraknya. Segalanya menjadi terbatas. Terbatas kekuatan raga, terbatas kekuatan cipta, terbatas kekuatan kepekaan. Dalam keadaan seperti ini orang tua dapat merasa tersisihkan, terpinggirkan, bahkan terlupakan.

Akan tetapi, segala gundah galau seperti itu hanya terjadi bila orang dalam ketuaannya berjiwa kerdil hasil dari rasa tamak akan mempertahankan yang sudah lewat. Bila jiwa terbuka pada yang ilahi, kaum tua dapat bersemangat karena kata-kata ilahi : "Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya." (Mazmur 92:13-16)

Bagaiakan tumbuhan, kalau orang ditanam dalam bait Tuhan, kaum tua pun akan tetap mampu menjadi sumber kesegaran untuk ikut membawa cakrawala sukacita (warta Injili). Berkaitan dengan istilah bait Tuhan, ini adalah relung hati karena di sinilah Roh Kudus bertahta. Dengan demikian, bila orang tua makin mengembangkan kemampuan olah hati, makin tua orang makin kuatlah dia menjalani realita hidup. Yang disebut hidup adalah kondisi segar karena orang dapat menghayati segala kebaikan sesuai dengan situasinya. Misalnya, situasinya sudah kena penyakit diabet. Dengan kesadaran batin karena olah hati, orang akan kuat hidup dalam kedisiplinan orang berguladarah tinggi. Hasilnya pasti bisa jauh lebih segar dari pada ketika belum kena gula darah. Ada yang kini merasa lebih segar dari 4 tahun yang lalu. Dalam kondisi diabet, orang ini membiasakan diri mengganti nasi dengan makan banyak sayur dan buah. Padalah sebelumnya kalau tidak nasi gudeg atau nasi goreng atau bakmi, orang ini belum merasa makan. Kini dia dapat bertahan berdiri selama 1 jam. Padahal sebelumnya dalam tempo 5 menit kaki sudah merasa sakit. Kini orang ini pun bisa kena hujan setiap sore dan tidak masuk angin sebagaimana dulu biasa terjadi. Orang ini sekarang sudah lewat 62 tahun. Hidupnya segar dan mudah gembira. Banyak orang menyukai kehadirannya walau yang dilakukan sudah tak sehebat 10 tahun yang lalu.

Berkaitan dengan makin sedikit yang dilakukan, hal ini juga bukan masalah. Sebenarnya yang menentukan nilai hidup bukan yang kuantitatif tetapi yang kualitatif. Walau masih segar, orang yang tak berkualitas (ditanam dalam baik Tuhan) harganya juga rendah. Kita dapat meresapi Sabda Tuhan  "Dan tidak seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik" (Lukas 5:39). Untuk anggur tua, orang cukup meminum sedikit saja dan badannya akan hangat dan segar. Gerak aktif sedikit pun dalam ketuaan, kalau muncul dari penghayatan iman, akan menyemarakkan kehidupan yang lebih luas. Small is beautiful. Yang kecil ternyata indah juga.

0 comments:

Post a Comment