Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, January 2, 2014

BERSAHABAT DENGAN KEMATIAN (Sajian 1)


Kolom "Pastoral Ketuaan" akayang tak bisan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Merindukan Kematian

Hidup kita adalah peluang singkat untuk berkata "ya" kepada kasih Allah. Kematian kita adalah pulang kembali ke rumah kasih itu sepenuhnya. Apakah kita merindukan untuk pulang ke rumah? Rupanya kebanyakan upaya kita ditujukan untuk memperlambat pulang kembali ke rumah sepanjang bisa. Rasul Paulus menulis kepada orang-orang Kristen di  Filipi dengan menunjukkan sikap yang berbeda. Ia berkata: "Aku  ingin pergi untuk dapat bersama dengan Kristus, dan ini merupakan kerinduanku yang paling besar - namun demi kamu, tetap hidup di dalam tubuh ini merupakan kebutuhan yang lebih mendesak". Kerinduan Paulus yang paling dalam ialah bersatu sepenuhnya dengan Allah melalui Kristus dan kerinduan itu membuatnya memandang kematian sebagai "keuntungan positif". Akan tetapi, keinginan lainnya adalah untuk tetap hidup di dalam tubuhnya untuk menyelesaikan perutusannya. Hal itu akan memberikannya kesempatan untuk berkarya dan berbuah banyak. Sekali lagi kita ditantang untuk melihat kehidupan kita dari atas. Jikalau benar Yesus datang untuk memberikan persatuan sepenuhnya dengan Allah kepada kita, dengan membuat kita sebagai mitra kematian dan kebangkitan-Nya, apa lagi yang bisa kita rindukan kecuali meninggalkan tubuh yang fana ini sehingga dengan demikian mencapai tujuan akhir keberadaan kita? Alasan satu-satunya untuk tetap berada di lembah air mata ini dapat melanjutkan perutusan Yesus yang telah mengutus kita ke dunia sebagaimana Bapa mengirim-Nya ke dunia. Dengan memandang Dia di atas, hidup ini adalah perutusan yang singkat, seringkali menyakitkan penuh dengan kesempatan-kesempatan untuk melakukan karya yang berbuah banyak bagi kerajaan Allah, dan kematian adalah pintu yang terbuka yang membawa kita ke dalam balairung perayaan di mana Raja itu sendiri akan melayani kita.

Semua itu sepertinya menjadi cara terbaik untuk hidup! Namun itulah cara Yesus dan jalan yang harus kita tempuh. Tak ada yang menyakitkan mengenai hal itu. Sebaliknya, itulah suatu visi kehidupan dan kematian yang penuh sukacita. Sepanjang kita berada di dalam tubuh, marilah kita merawat tubuh kita sungguh-sungguh sehingga dapat membawa sukacita dan damai kerajaan Allah kepada mereka yang kita jumpai di dalam perjalanan kita. Tetapi apabila saatnya tiba untuk menghadapi kematian dan mati itu sendiri, marilah kita bersukacita bahwa kita dapat pulang kembali ke rumah dan bersatu dengan Dia yang menyebut kita yang terkasih.
dari Here and Now

1 comments:

Unknown said...

Trims atas sajian ke 1 nya, ditunggu lanjutannya

Post a Comment