Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, January 28, 2014

TIBA DI RUMAH (Sajian 9)


Kolom "Pastoral Ketuaan" akayang tak bisan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis ole bahwa Engkau menantiku dan akan menyambutku pulang ke rumah ketika aku betrteh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Mendirikan Kemah

Kata "rumah" seringkali dipakai dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Mazmur penuh dengan kerinduan untuk berdiam di rumah Allah, berlindung di bawah sayap Allah, dan mencari perlindungan di dalam bait Allah yang suci; mereka memuji tempat Allah yang suci, kemah Allah yang menakjubkan, tempat perlindungan Allah yang kokoh. Kita bahkan dapat berkata bahwa "berdiam di rumah Allah" meringkas semua aspirasi yang dinyatakan dalam doa-doa yang terinspirasi ini. Karenanya sangatlah signifikan bahwa Santo Yohanes menjabarkan Yesus sebagai Sabda Allah yang mendirikan kemah-Nya di antara kita (Yohanes 1:14). Ia tidak hanya memberitahu kita bahwa Yesus mengundang dia dan Andreas saudaranya untuk berdiam di rumah-Nya (Yohanes 1:38-39), tetapi ia juga menunjukkan bagaimana Yesus secara bertahap mengungkapkan bahwa Dia sendiri adalah bait Allah yang baru (Yohanes 2:19) serta tempat berlindung yang baru (Matius 11:28). Hal ini dinyatakan sepenuhnya dalam sabda perpisahan, di mana Yesus mengungkapkan diri-Nya sebagai rumah yang baru: "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu." (Yohanes 15:4).

Yesus, yang di dalam diri-Nya berdiam kepenuhan Allah, telah menjadi rumah kita. Dengan menjadikan rumah-Nya berada di dalam kita, kita boleh membuat rumah kita di dalam Dia. Dengan masuk ke dalam keintiman kepribadian kita yang terdalam, Dia menawarkan kesempatan untuk masuk ke dalam keintiman-Nya dengan Allah. Dengan memilih kita sebagai rumah tinggal yang disukai-Nya, Dia mengundang kita untuk memilih-Nya sebagai rumah tinggal yang kita sukai. Inilah misteri inkarnasi. Hal ini dinyatakan dengan indahnya dalam perayaan Eakaristi ketika imam menuangkan sedikit air ke dalam anggur, seraya berkata: Dengan percampuran air dan anggur ini, semoga kita dapat berbagi dalam keilahian Dia yang mengosongkan diri-Nya untuk berbagi dalam kemanusiaan kita". Kasih Allah kepada kita yang tak terukur dinyatakan dalam perjumpaan suci ini. Allah begitu ingin untuk memenuhi kerinduan terdalam kita akan rumah sehingga Allah memutuskan untuk mendirikan rumah-Nya di dalam diri kita. Jadi kita tetap dapat menjadi manusia sepenuhnya dan tetap mempunyai rumah kita di dalam Allah. Di dalam rumah yang baru ini perbedaan di antara jarak jauh dan dekat tak ada lagi. Allah, yang berada paling jauh menjadi paling dekat, dengan mengambil rupa kemanusiaan kita yang fana. Dengan begitu, Allah meniadakan semua pembedaan di antara "jauh" dan "dekat" serta menawarkan kepada kita suatu keintiman di dalam mana kita dapat paling menjadi diri kita ketika kita menjadi paling serupa dengan Allah.
dari In the House of the Lord

0 comments:

Post a Comment