Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, January 28, 2014

Sabda Hidup


Rabu, 29 Januari 2014
Yosef Freinademetz, Arkanjela Girlani
warna liturgi Hijau
Bacaan:
2Sam. 7:4-17; Mzm. 89:4-5,27-28,29-30; Mrk. 4:1-20

Markus 4:1-20:
1 Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu. 2 Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka: 3 "Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. 4 Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. 5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. 6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. 7. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. 8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat." 9 Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" 10 Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu. 11 Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, 12 supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun." 13 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain? 14 Penabur itu menaburkan firman. 15 Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka. 16 Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, 17 tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad. 18 Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, 19 lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. 20 Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat."


Renungan:
Beberapa hari terakhir ini kita menyaksikan berlimpahnya air di mana-mana. Sungai mengalir deras. Banyak jalan raya tergenang air. Ladang padi pun seakan berubah menjadi lautan. Ribuan hektar sawah yang mulai hijau terendam air. Padi memang membutuhkan air. Namun kala seluruh badannya terendam air ia pun akan mati membusuk.
Ya, tanaman membutuhkan tempat dan sarana-sana pendukung pertumbuhan yang tepat. Kala kurang atau berlebihan maka ia pun tidak mampu bertahan. Ketika kebutuhan-kebutuhan itu terpenuhi dengan tepat maka pertumbuhannya pun akan menghasilkan buah yang berlimpah.
Kita pun membutuhkan ruang tumbuh dan rabuk-rabuk yang tepat. Perbedaan dengan tanaman, mereka tidak mampu menyediakan sendiri kebutuhan-kebutuhan tersebut. Sebagai manusia kita bisa menyediakan sendiri segala sesuatu yang kita perlukan. Dan dalam hal iman kita pun mempunyai kemampuan yang memadai untuk menguatkannya, apalagi Tuhan telah menyediakan rahmat yang cukup bagi hidup kita.

Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu. Lihatlah perjalanan sejarah hidupmu. Amati di mana dirimu dapat bertumbuh dengan baik dan di mana anda bantet (tidak berkembang)

Refleksi:
Tulislah pengalamanmu menyuburkan tanaman hidupmu.

Doa:
Tuhan semoga aku mampu menemukan lahan subur untuk pertumbuhan iman dan hidupku. Amin.

Perutusan:
Aku akan menyuburkan tanah yang kaupakai untuk hidupku.

0 comments:

Post a Comment