Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, January 29, 2014

TIBA DI RUMAH (Sajian 10)


Kolom "Pastoral Ketuaan" akayang tak bisan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis ole bahwa Engkau menantiku dan akan menyambutku pulang ke rumah ketika aku betrteh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Rumah Keintiman

Ketika Yesus berkata: "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu", Dia menawarkan kepada kita suatu tempat yang intim yang benar-benar dapat kita sebut sebagai "rumah". Rumah adalah tempat atau ruang di mana kita tidak perlu takut, tetapi dapat melepaskan pertahanan kita dan menjadi merdeka, bebas dari kekuatiran, bebas dari ketegangan, bebas dari tekanan. Rumah adalah tempat di mana kita dapat tertawa dan menangis, berpelukan dan berdansa, tidur nyenyak dan bermimpi dengan tenang, makan, membaca, bermain, memandang api pendiangan, mendengarkan musik, dan berkumpul dengan sahabat. Rumah adalah tempat di mana kita dapat beristirahat dan disembuhkan. Kata "rumah" menghimpun serentetan perasaan dan emosi yang luas ke dalam satu gambaran, gambaran rumah di mana kita senang di dalamnya: rumah cinta kasih.

Namun di dunia ini berjuta-juta orang tidak mempunyai rumah. Sebagian tidak punya rumah karena penderitaan pribadinya, sedangkan yang lain karena terusir dari kota dan negara mereka. Di dalam penjara-penjara, rumah sakit jiwa, kamp pengungsi, apartemen kota yang tersembunyi, rumah-rumah jompo dan rumah-rumah singgah, kita mendapat secercah gambaran orang-orang yang tidak punya rumah di abad ini.

Akan tetapi, keadaan tidak-punya-rumah ini juga tampak secara kurang dramatis. Ketika memberi kuliah kepada para mahasiswa universitas yang datang dari banyak negara bagian dan negara, aku tersentak melihat betapa kesepiannya mereka. Bertahun-tahun mereka hidup di dalam kamar yang sempit, dikelilingi orang-orang asing, jauh dari keluarga dan sahabat-sahabat mereka. Hanya ada sedikit ruang privat dan bahkan lebih sedikit komunitas di dalam hidup mereka. Terlebih, mereka tidak punya hubungan dengan anak-anak atau orang-orang usia lanjut. Jarang mereka berada dalam pertetanggaan yang menyambut mereka atau suatu komunitas iman yang mendukung, dan hanya sangat sedikit dari mereka kenal keluarga-keluarga di mana mereka dapat singgah sewaktu-waktu serta merasa seperti di rumah. Aku jadi menganggap situasi di mana beribu-ribu orang dewasa muda itu hidup adalah "normal", tetapi ketika aku menelitinya lebih dekat maka tidak sulit untuk memahami betapa begitu banyak orang merasa tak punya akar dan bahkan merasa hilang.
dari In the House of the Lord

0 comments:

Post a Comment