Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, January 7, 2014

BERSAHABAT DENGAN KEMATIAN (Sajian 6)



Kolom "Pastoral Ketuaan" akayang tak bisan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Saat-saat Kematian

Aku tahu bahwa banyak orang hidup dengan perasaan mendalam bahwa mereka belum berbuat bagi yang sudah mati seperti apa yang mereka inginkan, dan tidak punya ide bagaimana disembuhkan dari perasaan bersalah yang menghantuinya. Mereka yang menghadapi kematian mempunyai kesempatan yang unik untuk memerdekakan orang-orang yang mereka tinggalkan. Sepanjang "jam-jam kematianku" perasaan paling kuat terpusat pada tanggungjawabku terhadap mereka yang akan meratapi kematianku. Apakah mereka akan meratap dalam sukacita atau dengan rasa bersalah, dengan bersyukur atau dengan penyesalan? Apakah mereka merasa ditinggalkan atau dimerdekakan? Beberapa orang telah melukai hatiku dalam-dalam, dan beberapa telah kulukai dengan mendalam. Kehidupan batinku telah dibentuk oleh kehidupan batin mereka. Aku mengalami suatu godaan nyata untuk mengikat mereka dalam kemarahan atau rasa bersalah. Namun aku juga tahu bahwa aku dapat memilih melepaskan mereka dan menyerahkan diriku sepenuhnya kepada hidup baru dalam Kristus.

Kerinduanku paling besar untuk bersatu dengan Allah melalui Yesus tidak muncul dari rasa tidak menghargai relasi antar manusia, tetapi dari kesadaran akut akan kebenaran bahwa Yesus yang mati dapat benar-benar menjadi hadiah terbesarku bagi orang lain. Dalam perspektif ini, kehidupan adalah suatu perjalanan persiapan yang panjang - mempersiapkan seseorang untuk benar-benar mati bagi orang lain. Hal itu adalah suatu seri kematian-kematian kecil di dalam mana kita diminta untuk melepaskan banyak bentuk kebergantungan dan semakin berpindah dan membutuhkan orang lain kepada menjalani hidup untuk mereka. Banyaknya perjalanan yang harus kita lakukan ketika kita bertumbuh dari peluang-peluang yang selalu baru untuk memilih bagi kita sendiri atau memilih bagi orang lain. Pertanyaan-pertanyaan terus menerus timbul sepanjang perjalanan-perjalanan ini dan mengkonfrontir kita dengan pilihan-pilihan sulit: Apakah aku menginginkan kekuasaan atau melayani; apakah aku ingin menonjol atau tetap tersembunyi; apakah aku berupaya ke arah karir yang sukses atau mengikuti panggilanku? Dalam artian ini, kita dapat berbicara mengenai kehidupan sebagai suatu proses panjang kematian diri, sehingga kita dapat hidup dalam sukacita Allah dan memberikan hidup kita sepenuhnya bagi orang lain.
dari Beyond the Miror

0 comments:

Post a Comment