Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, January 22, 2014

NOVENA SEMINAR 2014


Sebagaimana terjadi pada tahun 2013, pada tahun 2014 ini Komunitas Rama Domus Pacis juga akan menggelar program Novena Ekaristi Seminar Maret-November. Hari dan waktunya tetap, yaitu setiap Minggu Pertama jam 09.00-12.00. Tema-tema selama tahun 2014 akan memperdalam beberapa tema tahun 2013: 1) galau di masa tua (Maret, April, Mei; 2) kemerosotan daya indrawi di masa tua (Juni, Juli); 3) kaum tua dan kaum muda (Agustus, September, Oktober, November). Acara tetap dikemas dengan Seminar 2 Jam dan ditutup dengan Liturgi Ekaristi.

Untuk menjadi peserta siapapun tetap harus mendaftar paling lambat 7 hari sebelum pelaksanaan per bulan. Hal ini berkaitan dengan penyediaan konsumsi. Tidak ada uang pendaftaran. Bila akan ikut membantu keuangan, peserta cukup ambilbagian dalam pengisian kolekte sukarela. Semua yang terlibat dalam penyelenggaraan Novena ini hadir melayani tanpa mendapatkan anggaran keuangan termasuk para pembicara. Novena ini menjadi acara Gerejawi yang menekankan perbuatan dari semangat berbagi. Ada yang berbagi pikiran, ada yang berbagi tenaga, dan ada yang berbagi uang.

Tema-tema Novena Ekaristi Seminar tahun 2014 di Domus Pacis

TEMA
LATAR BELAKANG
PEMBICARA
Ngapa Kudu Urip?
(sangkan paraning dumadi)

·    Kegalauan kaum tua dapat terjadi karena tidak memahami apa, mengapa, dan kemana hidup ini harus terjadi (sangkan paraning dumadi).
·    Orang dapat hanya disibukkan dengan pikiran dan perasaan terhadap hal-hal yang terjadi sehari-hari. Tetapi bagaimana kesejatian hidup, hal ini kerap luput dari pemahaman dan penghayatan.
Bapak Drs. Gregorius Sukadi
Wis Ora Kanggo?
(gunane wong tuwa)

·    Orang dapat merasa galau kalau dalam pengalaman hidupnya banyak memegang peran dalam kumpulan-kumpulan dan tentu juga dalam keluarganya. Tetapi ketika kondisinya makin mundur, termasuk ketika harus berhadapan ketentuan-ketentuan masa kini, orang harus lengser dan menjadi anggota biasa. Perasaan tidak terpakai rasa  dapat menghinggapi orang.
·    Apalagi kalau masih merasa mampu dan berdaya, orang dapat dijangkiti post power syindrome.
·    Di sini pemahaman akan makna hidup menjadi penting.
Bapak Drs. Singgih HS
Golek Dalan Padhang?
(jatining urip langgeng)

·    Sekalipun sudah tahu bahwa hidup di dunia terbatas, tetapi orang dapat takut pada realitas kematian. Sekalipun sudah tahu pelajaran tentang hidup abadi, orang dapat terlena akan keyakinan itu dalam penghayatan hariannya termasuk kesibukannya.
·    Semua itu memudahkan orang mudah terjangkiti jiwa takut dan hidupnya tak mudah gembira. Maka pemahaman apa itu hidup sesudah kehidupan dunia ini dan bagaimana menghayatinya dalam keseharian, hal ini dirasa penting untuk menjadi insan gembira dan pemancar sukacita.
Rama Petrus Agoeng Sriwidodo, Pr.
Yèn Akèh Ra Kepenak?
(rikala mata, kuping, irung, tutut, lan rasa suda dayané)

·    Keterbatasan daya indrawi dapat membuat orang merasa amat menderita. Kegiatan tubuh pun menjadi terganggu.
·    Barangkali rasa derita itu muncul karena kurangnya pengetahuan bagaimana mengoptimalkan daya(-daya) yang terbatas.
Bapak Dokter Suharnadi, SpD
Saya Tuwa Saya Gampang Lungkrah?
(njaga awak seger)

·    Makin tua tubuh dapat tergaanggu oleh rasa tak segar dan pegal-pegal.  
·    Bagaimana dapat merasakan badan rileks, hal ini menjadi dambaan orang yang mengalami masa tua.
Bapak Prof. Dr. A Supratiknya
Tuwa Kon Nginternèt?
(urip tuwa ing jaman saiki)

·    Hubungan kaum tua dengan kaum muda kerap terhambat karena yang muda banyak diwarnai dengan alat-alat digital atau tekhnologi informasi.
·    Kaum tua dapat merasa disepelekan oleh yang muda karena mendapatkan julukan “jadul” (jaman dulu), sebutan kini untuk kaum kolot.
·    Yang jadi soal adalah bagaimana kaum jadul dapat hidup bersama kaum “jakin” (jaman kini).
Rama Petrus Agoeng Sriwidodo, Pr.
Wong Tuwa Ora Kajèn?
(jatiné unggah-ungguh)

·    Orang tua kerap merasa terganggu oleh tindak tanduk kaum muda yang dirasa melupakan etika. Banyak kaum muda dianggap tidak berlaku sopan terhadap yang tua.
·    Sementara itu kaum muda juga kerap merasa selalu dinilai negatif karena dianggap tidak hormat pada yang tua. Segala upaya menghargai yang tua dapat tidak diperhitungkan.
·    Benarkah sopan-santun sudah hilang di jaman kini?
Rama D Bambang Sutrisno, Pr.
Gègèr Warisan?
(kawicaksanan ngedum)
·    Hingga saat ini hubungan antar keluarga dari satu keturunan dapat ribut karena soal pembagian warisan.
·    Kesadaran akan kepastian hukum yang berkembang juga dapat membuat tanah-tanah hibah tanpa sertifikat juga dapat menjadi sumber sengketa.
·    Yang jadi soal, apakah orang tua yang masih hidup harus sudah membagi warisan. Bagaimana nanti kalau tidak punya apa-apa lagi?
Bapak Yohanes Suryo Adi Pramono, MA, Phd
Wicaksana Iku Wani Mundur?
(tuladhaning Rama Kardinal Darmojuwono)
·    Kedudukan dan posisi tua dapat membuat orang selalu ingin menjadi pemuka dan penentu segalanya. Dari sini berbagai kegelisahan batin dan stres dapat muncul karena post power syndrom dan mau tetap kuasa.
·    Almarhum Rama Kardinal Justinus Darmojuwana dapat menjadi inspirasi penghayatan iman ketuaan. Beliau berani mundur dan dilakukan sebelum masa pensiun sebagai Uskup.
Rama D Bambang Sutrisno, Pr.

0 comments:

Post a Comment