Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, January 20, 2014

TIBA DI RUMAH (Sajian 1)


Kolom "Pastoral Ketuaan" akayang tak bisan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Kita Dicari Allah

Dari sebagian besar hidupku, aku telah berjuang untuk menemukan Allah, memahami Allah, mencintai Allah. Aku telah berusaha keras mengikuti arahan-arahan kehidupan spiritual - selalu berdoa, bekerja bagi orang lain, membaca Kitab Suci - serta menghindari banyak godaan yang mau mencerai-beraikan diriku. Aku mengalami kegagalan banyak kali, tetapi selalu mencoba kembali, bahkan jikalau aku sudah mendekati keputus-asaan.

Kini aku bertanya-tanya apakah aku telah cukup sadar bahwa sepanjang waktu ini Allah telah berusaha menemukan aku, memahami aku, dan mencintai aku. Pertanyaannnya bukanlah "Bagaimana aku mencari Allah?" tetapi "Bagaimana aku akan membiarkan diriku ditemukan-Nya?" Pertanyaannya bukanlah "Bagaimana aku memahami Allah?" tetapi "Bagaimanakah aku membiarkan diriku dipahami oleh Allah?" Dan akhirnya, pertanyaannya bukanlah "Bagaimana aku mencintai Allah?" tetapi "Bagaimanakah aku membiarkan diriku dicintai Allah?" Allah  mencariku sejauh-jauhnya, mencoba menemukan aku, dan merindukan untuk membawaku pulang ke rumah. Dalam kesemua tiga perumpamaan yang dikatakan Yesus sebagai tanggapan atas pertanyaan mengapa Ia makan bersama para pendosa, Ia menekankan tentang inisiatif Allah. Allah adalah gembala yang mencari domba-Nya yang hilang. Allah adalah perempuan yang menyalakan lampu, menyapu rumah dan mencari uang logamnya yang hilang ke mana-mana sampai ketemu. Allah adalah ayah yang mengamati dan menunggu anak-anaknya, berlari menjemput mereka, memeluk mereka, meminta dengan sangat, memohon dan mendorong mereka untuk pulang ke rumah.

Kelihatannya aneh, tetapi Allah ingin menemukan aku sebanyak, atau malahan lebih dari itu, aku ingin menemukan Allah. Ya, Allah membutuhkan aku sebanyak aku membutuhkan-Nya. Allah bukannya seorang kepala keluarga yang tinggal di rumah saja, tidak bergerak, dan mengharap anak-anaknya datang kepadanya, minta maaf atas perilaku menyeleweng yang mereka lakukan, mohon ampunan, dan berjanji akan berlaku lebih baik. Sebaliknya, Dia keluar dari rumah, mengesampingkan harga diri-Nya dengan berlari ke arah mereka, tidak mempedulikan permintaan maaf dan janji akan berubah, dan membawa mereka ke meja yang sudah disediakan dengan berlimpah untuk mereka.
dari The Return of the Prodigal Son

0 comments:

Post a Comment