Kamis, 24 Desember 2015
Hari Biasa Khusus
Adven
warna liturgi
Ungu
Bacaan
Pagi: 2Sam.
7:1-5,8b-12,16; Mzm. 89:2-3,4-5,27,29; Luk. 1:67-79. BcO Yes. 51:17-52:2,7-10
Lukas
1:67-79:
67 Dan Zakharia,
ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya: 68 "Terpujilah
Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, 69
Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud,
hamba-Nya itu, 70 seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut
nabi-nabi-Nya yang kudus 71 untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan
dari tangan semua orang yang membenci kita, 72 untuk menunjukkan rahmat-Nya
kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, 73 yaitu
sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia
mengaruniai kita, 74 supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah
kepada-Nya tanpa takut, 75 dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur
hidup kita. 76 Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi;
karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan
bagi-Nya, 77 untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang
berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, 78 oleh rahmat dan belas kasihan dari
Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang
tinggi, 79 untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan
maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera."
Renungan:
Saya tertarik
dengan ayat ini, "Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang
Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan
jalan bagi-Nya" (Luk 1:76). Zakharia sadar posisi anaknya adalah penyiap
kehadiran Tuhan. Ia akan mempersiapkan jalan bagi kehadiran Tuhan.
Dalam aneka macam
kesempatan kita melihat bagaimana orang tua mendidik anaknya. Tidak sedikit
dari mereka memberikan aneka macam jam les bagi anaknya. Ia bermimpi anaknya
mampu dalam segala hal. Tentu maksud ini baik saja. Namun demikian pantas
disadari bahwa ada batasan kemampuan seorang anak. Mereka memang pasti
mempunyai kemampuan yang lebih daripada orang lain, namun tidak akan mampu
dalam segala-galanya.
Belajar dari
Zakharia layak kalau kita sadar batas daya dan kuasa anak kita. Kita mesti peka
menangkap apa yang menjadi keunggulannya dan apa yang menjadi kelemahannya.
Bagaimana pun dia adalah pribadi yang layak mendapat kesempatan melakukan apa
yang baik untuk dirinya dan bernafas lega dalam kehidupan hariannya.
Kontemplasi:
Pejamkan sejenak
matamu. Lihatlah anak-anakmu. Awasi mereka dengan mata batin. Pertajam mata
batin anda dan temukan dunia yang layak dia hidupi selaras dengan bakatnya.
Refleksi:
Tulislah
pengenalanmu terhadap anak-anakmu.
Doa:
Bapa semoga aku
dapat mendampingi anak-anakku secara tepat dan mengembangkannya selaras dengan
pilihannya dan kehendakMu. Amin.
Perutusan:
Aku akan
mengenali panggilan dan peran anakku. -nasp-
0 comments:
Post a Comment