Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, December 5, 2015

UNTUNG ADA NGEPOS


Sore itu, Rabu 25 November 2015, hujan tercurah dengan deras di Domus Pacis. Jam 17.00 Rm. Bambang baru saja selesai mandi. "Sapaaaa kae? Udan-udan kok ya ana wong teka" (Siapa itu yang datang pada saat hujan seperti ini?) kata Rm. Bambang dalam hati sambil membayangkan Rm. Harto akan mendapatkan tamu. Beberapa saat kemudian Mas Abas, karyawan Domus, masuk kamar Rm. Bambang dan berkata "Rama, wonten tamu saking Srumbung. Radi kathah" (Rama, ada tamu dari Srumbung. Jumlahnya agak banyak). "Nek ngono Rama Tri Hartono karo liyane diaturi metu" (Kalau begitu Rm. Tri Hartono dan rama lain diminta keluar ikut menemui) kata Rm. Bambang yang langsung disahut oleh Mas Abas "Criyose ajeng sowan Rama Bambang" (Katanya akan bertemu dengan Rama Bambang). Ternyata ada 5 orang ibu, 1 bapak, dan 2 anak kecil dari Ngepos, Srumbung Utara, Paroki Salam yang memang bermaksud mengunjungi Rm. Bambang. "Kangen je, mo" (Kami merasa rindu, rama) kata Bu Naryati yang tampaknya menjadi inisator kunjungan kecil itu. Mereka bilang malam sebelum hari itu dalam omong-omong spontan ingin ke Rm. Bambang dan ikut misa di Domus Pacis. Mereka membawa oleh-oleh hasil pertanian dan beberapa makanan pedesaan. Ngepos memang merupakan sebuah dusun dimana salah satu pos pengawasan Gunung Merapi berada.

Sesudah omong-omong sana-sini, Rm. Bambang meminta karyawan untuk mengajak Rm. Harto dan Rm. Tri Hartono mulai misa. Sore itu Rm. Bambang memang diminta oleh Rm. Hantoro untuk memimpin misa Domus. Ketika makan siang, dan barang kali tahu Rm.Yadi tidak ada karena opname di Panti Rapih, Rm. Hantoro bertanya ke Rm. Bambang "Engko sore kowe ana ora?" (Nanti sore kamu punya acara tidak?) yang dijawab "Aku neng ngomah" (Aku di rumah tak ke mana-mana). "Nek ngono engko sing mimpin misa kowe. Aku dikon misa neng Lingkungan Samirono" (Kalau begitu nanti kami yang memimpin misa. Aku diminta memimpin misa di Samirono). Sebenarnya Rm. Bambang sudah membayangkan bahwa pada sore itu akan memimpin "Misa Silensium" (Misa dalam suasana diam) karena volume suaranya Rm. Harto dan Rm. Tri Hartono amat lirih sekali. Pada sore itu Bu Rini, salah satu relawati, memang datang dan memperbaiki jahitan jubah Rm. Hantoro. Walau bilang akan ikut misa, tetapi biasanya kalau ikut misa Bu Rini akan memejamkan mata dan berdoa dengan khusuk sehingga sering tak bersuara dalam jawaban-jawaban liturgi. Dengan situasi dan kondisi Domus Pacis saat itu, kunjungan kelompok kecil dari Ngepos sungguh menghadirkan suasana segar. Dari mereka ada yang tampil jadi lektor. Jawaban-jawaban liturgi terasa semarak. Bahkan kata-kata dan doa yang dinyanyikan pun disambut dengan suara bersemangat. Maka Rm. Bambang terbebas dari rasa memimpin misa dengan "omong sendiri".

0 comments:

Post a Comment