Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, April 19, 2016

Kunjungan Sosial?



Pagi hingga siang Minggu 10 April 2016 sudah ada dua rombongan berkunjung di Domus Pacis, yaitu Persekutuan Doa (PD) Rhema Paroki Kotabaru dan kelompok yang datang dari Paroki Kalasan. Pada sore hari pun masih ada kunjungan. Ini terjadi pada jam 17.00 lebih sedikit. Lebih dari 20 orang umat Lingkungan Yohanes Rasul Ambarrukmo, Paroki Baciro, berkunjung dalam rangka Paskahan. Bu Titik membuka dengan doa untuk kunjungan yang disambut oleh Rm. Yadi, Rm. Harto, Rm. Tri Hartono dan Rm. Bambang. Kemudian Pak Slamet dalam sambutannya menyampaikan bahwa kunjungan ini merupakan pewujudan Aksi Puasa Pembangunan (APP) dalam Prapaskah 2016. Dia berceritera bahwa ada dana yang dikhususkan untuk kunjungan sosial. "Wah, kuwi ngelongi APP Paroki" (Itu mengurangi dana APP Paroki) tiba-tiba Rm. Yadi memotong kata-kata Pak Slamet yang disambut suara aklamasi banyak tamu "Mboten, ramaaaa" (Tidak, rama). Ternyata Lingkungan ini dalam masa Prapaskah dan masa Adven memiliki program pengumpulan iuran khusus. Untuk masa Prapaskah digunakan untuk menyumbang "tempat sosial" menyangkut kaum kecil lemah miskin tersingkir difabel (KLMTD). Sedang hasil iuran Adven untuk pesta Natalan umat.

Sambil menikmati minuman dan snak (oleh-oleh Ambarrukmo) pertemuan dilanjutkan dengan mendengar kisah tentang Domus Pacis dari Rm. Yadi dan Rm. Bambang. Tampaknya perkembangan Domus Pacis dari hanya tergantung pada pengurus resmi dari Keuskupan beserta karyawan hingga menjadi bagian dari umat lintas paroki termasuk dalam penyediaan makan dan dalam karya amat menarik para tamu. Pertanyaan tentang pembuatan talud juga muncul. Mereka tampak ikut girang ketika mendengar bahwa program pembuatan talud telah selesai. Bahkan sisa dana dari umat dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain seperti penggantian kerpus bangunan Domus. Sesudah sambutan dari Pak Beni sebagai Ketua Lingkungan, pertemuan ini ditutup dengan makan malam bersama gado-gado yang disediakan oleh para tamu. Secara diam-diam kunjungan ini juga menjadi semacam reuni dengan Rm. Bambang. Maklum saja Rm. Bambang memang berasal dari Padukuhan Ambarrukmo. Sementara tamu adalah teman sepermainan bahkan sejak belum jadi Katolik. Sementara yang masih muda pada umumnya anak atau menantu dari teman-teman Rm. Bambang. Maka kadang-kadang di luar acara resmi terjadi gelak tawa karena ingatan ketika dulu sering nakal dan ugal-ugalan. "Saiki kowe wis ora tau crita saru, ya?" (Sekarang kamu tidak lagi menyampaikan kisah-kisah porno, ya?) tanya Mas Lanjar yang dijawab oleh Rm. Bambang "Kuwi tugasku nek pas mangan bareng" (Itu tugas kala makan Komunitas).

0 comments:

Post a Comment