Pada
Minggu 17 April 2017 Tim Kerja Pendampingan Iman Usia Lanjut (PIUL) Paroki St. Ignatius
Magelang mengadakan Paskahan bagi kaum lanjut usia. Lebih dari 250 orang hadir
di Gedung Mandala di kompleks Pastoran Ignatius Magelang. Dari pengamatan
sekilas tampaknya yang berusia di bawah 60 tahun tak lebih dari 10 orang. Acara
yang berlangsung pada jam 10.00-12.00 di warnai dua ibu muda, yang bertindak
sebagai MC dan pemandu nanyian-nyanyian bersama terdiri atas: nyanyi-nyanyi, doa
pembuka, nyanyi, sambutan rama Paroki, nyanyi, satu jam bersama Rm. Bambang,
nyanyi, door prize, nyanyi, doa penutup dan berkat. Acara Rm. Bambang memang
menjadi pokok dan mendapat kesempatan selama 1 jam. Rm. Bambang diminta
berbicara dengan topik “Tetap Menjadi Garam Dan Terang Dunia Di Usia Lanjut”.
Tulisan berikut adalah catatan dari yang disampaikan oleh Rm. Bambang.
Berbicara tentang garam dan
terang dunia kita dapat mengambil amanat Tuhan Yesus dalam Injil Matius yang
berbunyi:
"Kamu
adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?
Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang
dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang
tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas
kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah
hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu
yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Mat 5:13-16)
Dari
firman itu barangkali kita dapat membuat kesimpulan gampang-gampangan berkaitan
dengan hidup orang Kristiani di tengah kehidupan bersama:
·
Membawa rasa
enak.
(ay 13) Pengikut Tuhan Yesus di tengah kehidupan bersama dipanggil untuk
berjuang membawa rasa nikmat bagi orang-orang lain. Tentu saja hal ini
berkaitan dengan tugas iman untuk menjadi pemberita Injil atau kabar sukacita
ilahi.
·
Tampil sukacita. (ay 14-16)
Untuk menjadi pembawa suka cita, kita secara individual harus selalu menjadi
ceria sehingga siapapun yang berhadapan dengan kita kena aura sukacita kita.
Yang
harus dicatat dalam gambaran garam dan terang adalah bahwa keduanya akan
menjadi gangguan bagi dan bahkan ditolak oleh mereka yang sakit. Garam amat
mengganggu orang-orang yang mengalami hipertensi. Terang menjadi gangguan yang
sakit mata. Dengan demikian orang yang sungguh beriman akan menjadi gangguan dan
bahkan musuh bagi orang-orang yang hidupnya tidak terpuji bahkan jahat. Yang
jelas amanat ini adalah untuk semua pengikut Yesus tanpa memandang usia,
kedudukan, pendidikan, kebangsaan dan situasi-kondisi lainnya. Meskipun
demikian penghayatannya selalu sesuai dengan perkembangan situasi hidup dan
budaya masing-masing atau kelompok.
Lansia Di Tengah Budaya Jawa
Yang
menjadi pertanyaan adalah bagaimana kaum lansia menghayati amanat Tuhan untuk
menjadi garam dan terang dunia. Bagaimanapun juga situasi hidup kaum lanjut
usia tidak sama dengan generasi lain seperti anak, remaja, kaum muda dan kaum
dewasa lain. Di atas sudah dinyatakan bahwa situasi hidup dan budaya menentukan
bentuk penghayatan iman. Karena para peserta Paskahan berada dalam pengaruh
kuat budaya Jawa, baik sebagai orang Jawa maupun sebagai Tionghoa peranakan,
maka nuansa Jawa perlu mendapatkan pertimbangan. Dalam salah satu ajaran
tradisional dari Serat Wedhatama, KGPAA Mangkunegoro IV mengatakan dalam tembang Gambuh:
Samengko
ingsun tutur; Sembah catur supaya lumuntur; Dihin raga, cipta, jiwa, rasa kaki;
Ing kono lamun kelakon; Tandha nugrahaning Manon.
(Kini aku
berkata; Agar empat macam sembah kauterima; Yaitu sembah raga, sembah cipta,
sembah jiwa, dan sembah rasa; Apabila terlaksana; Itulah tanda anugerah Tuhan).
Raga sebagai ujung tombak
Dalam
tembang itu sembah raga disebut sebagai yang pertama kali. Hal ini bagi para
pengikut Kristus menjadi amat penting. Hubungan dengan Allah atau beriman
pertama-tama harus dihayati dalam kenyataan lahiriah ragawi, karena karya
keselamatan ilahi justru terjadi dengan kenyataan “Firman itu telah menjadi
manusia, dan diam di antara kita” (Yoh 1:14). Untuk menjadi garam dan terang
kehadiran seseorang pertama-tama dirasakan dan ditangkap dari realitas
lahiriahnya. Memang kehadiran orang tidak terlepas dari aktivitas cipta, jiwa
dan rasanya. Namun demikian tampilan kongkretnya amat ditentukan oleh realitas
ragawinya. Beriman memang menjadi upaya mengikuti dan semakin mengikuti Tuhan
dalam perkembangan situasi hidup dan budaya setempat.
Enak dan bercahayanya raga tua: kuasai “pucuk
lidah”
Bagaimanapun
juga pada umumnya orang makin tua akan makin rentan baik raga maupun jiwanya.
Dalam hal ini merosotnya kondisi ragalah yang biasanya mempengaruhi situasi
jiwani. Kemerosotan ragawi akan makin cepat kalau penyakit mulai berjangkit di
tubuh. Padahal ada penyakit-penyakit yang berdatangan bagi kebanyakan kaum tua
dan lansia. Hipertensi, kolesterol, trigliserit, asam urat dan diabetes dapat
disebut paling tidak salah satu masuk
dalam penderitaan orang yang kerap masuk pada lansia. Dalam kondisi badan
sepertiini yang amat berbahaya adalah kalau lansia keliru menyantap menu makan.
Lansia sudah tak dapat seperti ketika masih muda. Apalagi kalau sudah
terjangkit penyakit orang sudah tidak
seperti dalam kondisi sehat. Di sini orang harus menyadari bahwa kesejatian
makan bukanlah terutama mengikuti kebiasaan bahkan selera. Pada dasarnya makan
dan minum adalah untuk hidup sebagaimana kata-kata Yesus “Janganlah kuatir akan
hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, … Bukankah hidup itu lebih
penting dari pada makanan …” (Mat 6:25). Maka dapat dipahami kalau untuk hidup
damai sejahtera orang harus mampu mengusai “pucuk lidah”. Asal demi kesejatian
hidup lidah harus dibiasakan untuk menyantap hal-hal yang biasa saja di luar
kebiasaan dan seleranya. Segala doa harus menjadi kebiasaan jiwani untuk
menguatkan segi rasa agar sejalan dengan segi cipta untuk menguatkan segi raga
hidup dengan santapan yang benar. Dari sini terjadilah yang dikatakan dalam ungkapan
“dalam badan sehat terdapat jiwa sehat”. Kaum lansia yang segar raga akan
memiliki jiwa riang sehingga mudah menjalani amat Tuhan menjadi garam dan
terang dunia.
0 comments:
Post a Comment