Senin, 18 April 2016
Yohanes 10:1-10
10:1. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;
10:2
tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.
10:3
Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia
memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.
10:4
Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan
domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.
10:5
Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya,
karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal."
10:6
Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka
tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.
10:7
Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah
pintu ke domba-domba itu.
10:8
Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan
domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.
10:9
Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk
dan keluar dan menemukan padang rumput.
10:10 Pencuri datang hanya untuk
mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai
hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, di dalam mengelola dan mengembangkan umat dan atau masyarakat seorang tokoh atau pengurus atau pemimpin harus melandaskan diri pada realita. Untuk ini orang harus bertolak dari fakta yang didasarkan pada data.
- Tampaknya, untuk mendapatkan data pada zaman kini penelitian paling tidak dalam bentuk surve harus dijalani. Segala data dari lembaga statistik akan sangat bermanfaat untuk memahami keadaan yang diurus.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa sebanyak dan selengkap serta sesahih apapun data dimiliki, bagi yang biasa bergaul akrab dengan gema relung hati itu semua tak sungguh memberikan pemahaman tentang umat atau masyarakat bahkan dapat membingungkan pengurus atau pemimpin kalau tak dilandasi kesediaan mengalami hidup bersama dengan yang diurus untuk mendapatkan nuansa sambung hati dan jiwa. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang dalam mengurus kelompok dan atau organisasi akan mendasarkan diri pada kesediaan hadir dalam realitas kebersamaan para anggota.
Ah, kalau
sudah lulus pendidikan tinggi ya pasti mudah memahami orang lain walau tanpa
berjumpa langsung.
0 comments:
Post a Comment