"Mooo ....." (Rama) suara perempuan berseru pada Rabu 13 April 2016 sekitar jam 16.00 yang kemudian diteruskan dengan kata-kata "Rama Bambang neng ngendi, mbak?" (Rama Bambang kemana, mbak). Rm. Bambang yang sedang berada di kamar makan tahu bahwa itu suara Bu Titik Untung dari Ambarrukmo. Ketika keluar dari kamar makan Rm. Bambang melihat Bu Titik berdua dengan Bu Wardi, yang juga dari Ambarrukmo. Mbak Tari, karyawati Domus, menerima kedatangan mereka. "Iki Bu Pieter ngenehi gelas 20 dosin. Lehku nggawa mung nganggo motor. Mbak Wardi sing nyekeli. Saiki lagi 12 dosin. Sing 8 dosin iki engko takbalenane" (Bu Pieter memberi gelas sebanyak 20 dosin. Aku membawa hanya dengan motor. Mbak Wadi yang memangku. Sekarang baru 12 dosin. Ini aku akan kembali mengambil yang 8 dosin) Bu Titik memberi penjelasan. Terhadap penjelasan itu Rm. Bambang memberi tanggapan "La ya rekasa ta. Bokonge ra entuk nggon neng sedhel" (Pasti amat susah. Kedua pantat tak mendapatkan tempat di sadhel). Rm. Agoeng yang ikut menyambut dan Mbak Tari tertawa karena pantat kedua ibu itu memang cukup besar. Kedua ibu itu pergi dan kembali lagi di Domus Pacis membawa 8 dosin gelas lain. Dengan demikian memang ada 20 dosin gelas dalam kothak-kothak dos. Ketika pulang Bu Titik bilang ke Rm. Bambang "Aja lali SMS matur nuwun ke Bu Pieter lho" (Jangan lupa mengirim SMS terima kasih ke Bu Pieter). Rm. Bambang memang sudah SMS ke Bu Pieter mengucapkan terima kasih atas pemberian 20 gelas. Bu Pieter adalah peserta baru dalam Novena Ekaristi Seminar di Domus. Dan mulai dengan Maret 2016 ikut menjadi relawati masak Domus yang tergabung dalam kelompok Ambarrukmo. Bu Pieter adalah umat Paroki Baciro yang tinggal di Sorowajan Baru. Beliau tahu bahwa untuk kepentingan Novena Domus, relawati penyedia konsumsi masih menambah gelas dengan menyewa karena persediaan Domus kurang.
Wednesday, April 20, 2016
Sumbangan Gelas
"Mooo ....." (Rama) suara perempuan berseru pada Rabu 13 April 2016 sekitar jam 16.00 yang kemudian diteruskan dengan kata-kata "Rama Bambang neng ngendi, mbak?" (Rama Bambang kemana, mbak). Rm. Bambang yang sedang berada di kamar makan tahu bahwa itu suara Bu Titik Untung dari Ambarrukmo. Ketika keluar dari kamar makan Rm. Bambang melihat Bu Titik berdua dengan Bu Wardi, yang juga dari Ambarrukmo. Mbak Tari, karyawati Domus, menerima kedatangan mereka. "Iki Bu Pieter ngenehi gelas 20 dosin. Lehku nggawa mung nganggo motor. Mbak Wardi sing nyekeli. Saiki lagi 12 dosin. Sing 8 dosin iki engko takbalenane" (Bu Pieter memberi gelas sebanyak 20 dosin. Aku membawa hanya dengan motor. Mbak Wadi yang memangku. Sekarang baru 12 dosin. Ini aku akan kembali mengambil yang 8 dosin) Bu Titik memberi penjelasan. Terhadap penjelasan itu Rm. Bambang memberi tanggapan "La ya rekasa ta. Bokonge ra entuk nggon neng sedhel" (Pasti amat susah. Kedua pantat tak mendapatkan tempat di sadhel). Rm. Agoeng yang ikut menyambut dan Mbak Tari tertawa karena pantat kedua ibu itu memang cukup besar. Kedua ibu itu pergi dan kembali lagi di Domus Pacis membawa 8 dosin gelas lain. Dengan demikian memang ada 20 dosin gelas dalam kothak-kothak dos. Ketika pulang Bu Titik bilang ke Rm. Bambang "Aja lali SMS matur nuwun ke Bu Pieter lho" (Jangan lupa mengirim SMS terima kasih ke Bu Pieter). Rm. Bambang memang sudah SMS ke Bu Pieter mengucapkan terima kasih atas pemberian 20 gelas. Bu Pieter adalah peserta baru dalam Novena Ekaristi Seminar di Domus. Dan mulai dengan Maret 2016 ikut menjadi relawati masak Domus yang tergabung dalam kelompok Ambarrukmo. Bu Pieter adalah umat Paroki Baciro yang tinggal di Sorowajan Baru. Beliau tahu bahwa untuk kepentingan Novena Domus, relawati penyedia konsumsi masih menambah gelas dengan menyewa karena persediaan Domus kurang.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment