Rabu, 20 April 2016
Hari Biasa Pekan
IV Paskah
warna liturgi
Putih
Bacaan
Kis. 12:24-13:5a;
Mzm. 67:2-3,5,6,8; Yoh. 12:44-50. BcO Kis. 13:44-14:7
Yohanes
12:44-50:
44 Tetapi Yesus
berseru kata-Nya: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya
kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; 45 dan barangsiapa melihat
Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. 46 Aku telah datang ke dalam
dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan
tinggal di dalam kegelapan. 47 Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku,
tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan
untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. 48 Barangsiapa
menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu
firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir
zaman. 49 Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang
mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku
katakan dan Aku sampaikan. 50 Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup
yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang
difirmankan oleh Bapa kepada-Ku."
Renungan:
Dulu saya pernah
diutus menyampaikan pesan pada seseorang. Namun karena belum kenal dengan orang
tersebut maka saya meminta yang mengutusku untuk mengabari orang tersebut. Di
lain kesempatan tanpa meminta dikabari terlebih dulu aku menyampaikan pesan
yang mesti kuomongkan. Dan ternyata dengan kedua cara ini penerima pesan
percaya kepada pesan yang kusampaikan.
Yesus paham bahwa
orang-orang Yahudi telah mengenal Allah. Ia datang ke dunia untuk menyampaikan
pesan Allah tersebut. Semestinya mereka langsung menerima pesan yang
disampaikan. Namun demikian ternyata tidak semua orang gampang menerima pesan
tersebut. Tidak sedikit yang mempertanyakan keabsahan pesan yang dibawa Yesus.
Kadang ada orang
yang tidak mudah menerima pesan. Kadang pula ada yang menipu dengan
pesan-pesannya. Kondisi ini sering membuat tidak mudahnya penyampaian suatu
pesan. Kiranya kita bisa mengecek pada sang pemberi pesan. Atau kalau kita
tetap ragu kita bisa menangkap kebenaran pesan tersebut dengan keheningan
batin. Batin yang jernih akan mampu menangkap pesan dengan baik.
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu
memperoleh tamu. Tamu itu menyampaikan pesan dari sahabatmu yang telah lama tak
berjumpa denganmu.
Refleksi:
Tulislah
pengalamanmu menilai dan menangkap pesan dari sang utusan.
Doa:
Tuhan, bukalah
hatiku supaya mampu menangkap pesan-pesanMu dengan baik. Amin.
Perutusan:
Aku akan membawa
diriku dalam keheningan agar gampang menangkap pesan Tuhan. -nasp-
0 comments:
Post a Comment