Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, November 18, 2013

TERNYATA ADA YANG GEMETAR


Pagi ini, Selasa 19 November 2013, sekitar jam 04.00 Rama Bambang menyadari keteledorannya. Ada ingatan ke kata-kata Rama Agoeng ketika memberikan kamera kecil "Kamera alit ngaten niki praktis isa ngge motret peristiwa-peristiwa" (Kamera kecil seperti ini sangat praktis untuk mengabadikan peristiwa-peristiwa dalam gambar). Ingatan ini muncul ketika Rama Bambang akan menuliskan peristiwa sore sekitar jam 04.00-05.30 Senin 18 November 2013. Ada penyesalan dalam hatinya "Wah, wingi kok ora tak foto" (Wah, kenapa kemarin aku tidak memotret mereka). Kemarin ada 3 ibu penggerak anak dari Paroki Medari datang diantar Bu Rini, salah satu relawati Domus Pacis. Mereka adalah Bu Nana, Bu Tina dengan anak balitanya, dan Bu Kris. Pembicaraan dimulai dengan rencana Tutup Tahun Iman Pendampingan Iman Anak (PIA) Rayon Sleman, Yogyakarta, yang akan berlangsung di Banteng. Dari sini kemudian terjadi omongan asyik tentang sulitnya menggerakkan PIA di Wilayah-wilayah. Tentu saja dukungan orang tua anak-anak menjadi bahan ngrumpi disertai kegeraman hati. Rama Bambang hanya menanggapi soal perbedaan model yang menekankan sistem keorganisasian dan yang menekankan sistem gerakan. Dia berkata juga "Pokoke sing nyangkut kegiatan-kegiatan sing ana gathuke karo Museum Misi Muntilan aku wis mandheg. Jan-jane ana seka Magelang sing ngajak aku omong-omong tentang PIA sekarang. Menjelang Natal iki ya ana beberapa njaluk aku mimpin Misa Anak-anak. Kabeh tak tolak. Takkon menghubungi Rama Nurwidi utawa sapa liyane" (Yang jelas aku sudah berhenti menjalani kegiatan-kegiatan yang banyak diurus oleh Museum Misi Muntilan. Sebetulnya dari Magelang ada yang mengajak berbicara tentang PIA masa sekarang. Menjelang Natal ini ada juga beberapa yang minta aku memimpin misa untuk anak-anak. Semua kutolak dan kuminta berhubungan dengan Rama Nurwidi atau rama lain).

Ketika akan pulang, mereka membuka tas plastik yang ternyata berisi sabun cair, cairan pewangi cucian, pasta gigi, sampo, pembersih kaca, dan pembersih lantai. "Sukakke pundi, rama. Ben ditata Mbak Nana" (Disimpan di mana, rama. Biarkan ditata oleh Mbak Nana) kata Bu Tina. Rama Bambang menyahut "Wis nehke meja wae. Ra papa" (Letakkan di meja saja. Tak apa). Bu Tina masih meneruskan "Niki artane kates" (Ini uang pembelian pepaya) sambil menyerahkan uang. Mereka memang tahu bahwa Domus Pacis menjual hasil tanaman kebun seperti pepaya dan pisang. Mas Heru, yang mengurus kebun, menyerahkan satu dos berisi buah pepaya ketika tahu Bu Rini datang. Bu Rini memang biasa ikut menjualkan buah, rosario buatan Rama Yadi, dan produksi Komsos KAS. Namun ketika mereka sudah meninggalkan Domus, ternyata ada sebuah kabar. Kabar ini diinformasikan ketika sedang makan malam. "Rama, wau Bu Rini jan-jane gemeter badane" (Rama, tadi badan Bu Rini gemetar) Mbak Tari, karyawati Domus, berkata sambil menyuapi Rama Harto. "Sakit napa?" (Apakah sakit?) tanya Rama Bambang. Sahut Mbak Tari "Criyose dereng dhahar wiwit siang ing sekolah. Rikala dumugi ndalem pun dientosi ibu-ibu wau kengeterke teng Domus" (Katanya belum makan sejak siang di tempat mengajar. Ketika sampai rumah sudah dinanti oleh ibu-ibu diminta mengantar ke Domus). "La saget njaluk nedha njenengan teng dapur, ta?" (Dia bisa minta makan ke Anda di dapur, kan?) Rama Bambang berkomentar. "Nggih pun criyos. Ning nembe manasi soto wau siang, kanyata kedah cepet kondur sebab ibu-ibu sanes pun pamit" (Tadi juga sudah bilang. Tetapi ketika sedang memanasi soto menu siang, ternyata ibu-ibu yang lain sudah minta pamit) Mbak Tari memberikan penjelasan. Rama Bambang hanya tersenyum sambil berkata dalam hati "Ooooo .... gemeter kaliren, ta?" (Ooooo .... gemetar kelaparan, ta?).

0 comments:

Post a Comment