Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, November 14, 2013

YANG SENANG DI TENGAH YANG REPOT


Pada Kamis 14 November 2013 jam 17.50 Rama Bambang sudah berada di Kapel Domus Pacis. Seperti biasa kalau ikut Misa Komunitas, Rama Bambang menyalakan lilin, menyiapkan bacaan untuk lektor dan buku untuk pemimpi, serta meletakkan stola di altar. Namun, seperti biasa pula, ketika masuk kapel lampu listrik langsung dihidupkan sehingga ruang kapel menjadi terang benderang. Ketika sedang hening berdoa, Rama Bambang terkejut karena tiba-tiba lampu di atas altar padam. Tetapi jawaban segera datang dengan dilihatnya Rama Yadi menuju altar dengan berguman "Larone akeh tenan" (Banyak sekali laron). Laron adalah binatang kecil yang punya sayap untuk terbang dan biasa muncul dalam musim penghujan. Dalam kamus Bahasa Indonesia yang ada di kamar Rama Bambang dijelaskan bahwa kata sebutan laron adalah nama dari Bahasa Jawa yang berarti "kelekatu". Ketika masuk kamar makan sesudah misa, Rama Bambang juga langsung mengulurkan tangan memejet tombol untuk menghidupkan lampu. Dalam hati Rama Bambang sebetulnya heran mengapa kamar makan yang biasanya terang di malam hari tetapi pada saat itu gelap. "Sing diuripke pinggir-pinggir mawon ndhak lawuhe kebak laron" (Yang dihidupkan yang pinggir saja supaya lauknya tak dipenuhi laron) kata Rama Yadi dari belakang Rama Bambang. Rama Bambang berguman dalam hati "O, iya, pas akeh laron" (O, iya, banyak laron).

Tentang laron juga menjadi pembicaraan pertama ketika Rama Yadi, Rama, Harto, dan Rama Bambang bersama-sama makan pada keesokan pagi harinya, Jumat 15 November 2013. "Wau dalu teng ngarep kamar kula kebak laron. Ning esuke pun resik. Mbokmenawa dha digawa semut" (Tadi malam depan kamar saya penuh dengan laron. Tetapi pada pagi hari sudah bersih. Barangkali dibawa oleh semut-semut) kata Rama Yadi. Ternyata kehadiran laron Kamis malam cukup merepotkan kebanyakan penghuni Domus. Tetapi tidak semua penghuni Domus merasa terganggu. Diam-diam Rama Bambang merasa senang. Sesudah misa dan sebelum makan ketika laron-laron masih beterbangan Kamis malam, Rama Bambang bertanya kepada Mas Santosa, pramurukti Domus, "Njenengan doyan laron?" (Apakah Anda suka makan laron?). "Mboten, rama. Kula alergi nek nedha" (Tidak, rama. Kalau makan saya terus alergi gatal-gatal) sahut Mas Santosa. "Kamar kula kebak laron teng njobin. Niku isa disapu terus digoreng" (Ada banyak di lantai kamar saya. Bisa dikumpulkan dengan disapu kemudian digoreng) Rama Bambang meneruskan. Mas Santosa mengetengahkan nasehat "Nek disapu rak reget ta, rama" (Kalau dengan sapu akan kotor, rama). "Mangke terus dikumbah, digoreng ngangge tigan, enak tenan" (Nanti dicuci dan kemudian digoreng dengan telor, sungguh nikmat) Rama Bambang ganti menjelaskan. Maka Rama Bambang mempunyai tambahan menu lauk telor dadar  dengan laron karya Mas Santosa pada makan pagi Jumat. Rama Bambang hanya tertawa ketika diberi komentar oleh Rama Harto "Kelingan dhek tesih alit, nggih?" (Teringat masa kecil, ya?).

0 comments:

Post a Comment