Santo Karolus Borromeus, Uskup
Jumat, 4 November 2016
Lukas 16:1-8
16:1. Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:
"Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan
tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya.
16:2 Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata
kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab
atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara.
16:3 Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang
harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara.
Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu.
16:4 Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya
apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan
menampung aku di rumah mereka.
16:5 Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang
berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu
kepada tuanku?
16:6 Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu
katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang
lain sekarang juga: Lima puluh tempayan.
16:7 Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan
berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang
itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul.
16:8 Lalu tuan
itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan
cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada
anak-anak terang.
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, di tengah masyarakat ada gambaran bahwa akal-akalan adalah tindakan tak bermoral. Dalam akal-akalan orang membelokkan kebenaran demi kepentingan diri.
- Tampaknya, ada gambaran di kalangan kaum beragama bahwa yang sungguh beriman akan selalu hidup lurus. Hidup lurus terjadi karena orang akan berjalan sesuai dengan ajaran dan tata aturan keagamaan.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, selurus apapun keagamaan seseorang sehingga akan membenci orang yang suka merekayasa apapun dengan akal busuknya, seorang agamawan harus tetap dapat belajar dari berbagai pandangan ilmu duniawi agar tetap mampu ber-Tuhan dalam situasi dan kondisi kongkretnya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan selalu berjuang semakin ikut Tuhan sesuai dengan perkembangan situasi hidup dan budaya setempat.
Ah, yang namanya beragama itu
adalah hidup untuk menentang kekuatan-kekuatan duniawi.
0 comments:
Post a Comment