Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, November 16, 2016

Sabda Hidup


Kamis, 17 November 2016
Peringatan Wajib
St. Elisabet dr Hungaria, Biarw
warna liturgi Putih 
Bacaan
Why. 5:1-10; Mzm. 149:1-2,3-4,5-6a,9b; Luk. 19:41-44. BcO Dan. 1:1-21

Lukas 19:41-44:
41 Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, 42 kata-Nya: "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. 43 Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, 44 dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau."

Renungan:
Yerusalem menjadi ruang pengharapan sekaligus kepedihan bagi Yesus. Di Yerusalem Dia melambungkan perjumpaan-Nya dengan Bapa. Di Yerusalem pula ia akan menghadapi kematian-Nya. Ketika mendekati kota itu Ia pun bersedih. Ia pun menangisinya.
Setiap pribadi menyimpan ruang kepedihannya. Kadang-kadang ada seseorang yang selalu menghindari suatu tempat tertentu karena tempat tersebut mengingatkannya pada peristiwa sedih. Ada pula yang menghindari seseorang, atau pun peristiwa tertentu. Suasana itu terasa menghimpit hidupnya. Ia kesulitan menghadapinya. Ia akan selalu berusaha menghindar.
Yesus tidak menghindari ruang kepedihannya. Ia mendatanginya dan berdamai dengannya. Bagi-Nya mendekati ruang itu sebagai lambang keteguhan-Nya melaksanakan kehendak Bapa. Kiranya kita pun perlu berdamai dengan ruang kepedihan kita masing-masing. Kita tidak perlu selalu berusaha menghindarinya. Kita lepaskan rasa lelah kita dengan datang menemuinya.

Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu. Bayangkan kisah dalam Injil Luk. 19:41-44. Rasakan kepedihan yang dialami Yesus.

Refleksi:
Bagaimana mengatasi sesuatu yang menjadi trauma kita?

Doa:
Bapa, aku percaya Engkau menghendakiku untuk berdamai dengan segala yang aku hadapi. Semoga aku tidak dihantui oleh ketakutan akan kesedihanku. Amin.

Perutusan:
Aku akan datang dan menyelesaikan ruang kepedihanku. -nasp-

0 comments:

Post a Comment