Jumat, 18 November 2016
Pemberkatan
Gereja-gereja Basilik St. Petrus dan Paulus
warna liturgi
Hijau
Bacaan
Why. 10:8-11;
Mzm. 119:14,24,72,103,111,131; Luk. 19:45-48. BcO Dan. 2:1,25-47
Lukas
19:45-48:
45 Lalu Yesus
masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, 46 kata-Nya
kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu
menjadikannya sarang penyamun." 47 Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam
Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka
dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, 48 tetapi mereka tidak
tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya
dan ingin mendengarkan Dia.
Renungan:
Yesus mengusir
semua pedagang di Bait Allah. Mereka telah menjadikan rumah doa itu menjadi
sarang penyamun. Mereka "memperdagangkan" peribadatan. Menjual
barang-barang yang diperlukan untuk ibadat dengan harga sesuka hati mereka.
Demikian juga dalam penukaran uang. Akhirnya rakyatlah yang harus merasakan
akibatnya. Namun tindakan Yesus membongkar para pedagang itu membuat hati para
imam kepala dan ahli Taurat yang setiap hari di sana panas. Mereka marah dengan
tindakan Yesus itu dan ingin membinasakannya.
Membaca bacaan
hari ini aku kok jadi terbayang dengan situasi kondisi yang sekarang ini kita
hadapi. Kiranya orang-orang kita ini kok tidak senang dipimpin oleh pemimpin
yang bersih. Mereka lebih tenang kala dipimpin oleh pemimpin yang korup dan
tidak banyak berbuat. Pemimpin-pemimpin yang baik digoncang dengan aneka macam
cara. Yang penting pemimpin yang baik harus lengser, supaya pemimpin sesuai
dengan selera mereka dan menyokong mereka terpilih.
Tentu banyak orang
pintar di kelompok tersebut. Seperti juga para imam kepala dan ahli Taurat
adalah orang pintar. Namun emosi mereka lebih kuat sehingga membunuh
kepintarannya. Yang terpenting adalah kebutuhan dan kepentingannya terpenuhi,
pemimpin yang tidak memenuhi harus disingkirkan walau pemimpin tersebut
memperhatikan masyarakat luas.
Kontemplasi:
Bayangkan kisah
dalam Injil Luk. 19:45-48. Bandingkan dengan situasi sekarang ini.
Refleksi:
Bagaimana cara
berpikir secara komprehensif walau emosi lagi kuat?
Doa:
Allah Bapa kami
yang Mahabaik, limpahkanlah kebaikan-Mu ke dalam diriku. Semoga aku bisa
melihat segala sesuatu secara utuh, bukan hanya demi kepentinganku sendiri. Amin.
Perutusan:
Aku akan belajar
terus melihat segala sesuatu secara utuh. -nasp-
0 comments:
Post a Comment