Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, November 8, 2016

Sabda Hidup


Rabu, 09 November 2016
Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran
warna liturgi Putih 
Bacaan
Yeh. 47:1-2,8-9,12; Mzm. 46:2-3,5-6,8-9; 1Kor. 3:9b-11,16-17; Yoh. 2:13-22. BcO 1Ptr. 2:1-17 atau Why. 21:9-27

Yohanes 2:13-22:
13 Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. 14 Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. 15 Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. 16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." 17 Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." 18 Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" 19 Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." 20 Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" 21 Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. 22 Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.

Renungan:
Sering kita menemukan sesuatu yang kurang menyenangkan dan menimbulkan banyak grundelan. Kala kita mengurus sesuatu kita harus membayar lebih dari yang seharusnya kita bayarkan. Kala kita menolak membayar maka urusan akan lama dan mungkin tidak selesai. Hal itu memaksa kita untuk mengikuti alur yang dibiasakan. Kita tidak bisa menghindar apalagi menolak.
Ketika menyaksikan situasi seperti itu Yesus tidak tinggal diam. Ia membuat cambuk dari tali dan mengusir para pedagang di Bait Allah. Ia memporak porandakan mereka yang memperdagangkan persembahan suci. Namun tindakan itu tentu mengusik hati mereka yang terkena. Mereka tidak senang dengan pembersihan yang dilakukan Tuhan. Maka merekapun menyimpan dendam.
Mereka yang dibersihkan pasti menyimpan dendam. Mereka merasa ladang penghasilan mereka hilang. Maka mereka pun menyimpan dendam pada para pembersih. Segala cara akan ditempuh untuk menyingkirkan orang yang bersih dan pembela keadilan. Cara kasar dan cara "suci" pun akan dijadikan senjata bagi usaha mereka. Maka mari kita dukung mereka yang bersih. Kita waspadai jangan sampai kita terbuai "cara suci" mereka yang mau mengembalikan daya untuk mengelabui masyarakat.

Kontemplasi:
Bayangkan pungli-pungli yang kaualami. Ambillah sikap bersama warga untuk memberantasnya.

Refleksi:
Bagaimana membongkar dan menyingkirkan praktek-praktek yang seakan "suci" namun tidak adil?

Doa:
Tuhan berilah keberanian padaku untuk tidak menyerah pada tuntutan mereka yang tidak adil. Semoga aku bisa menjadi tanda terang pada dunia yang bersih. Amin.

Perutusan:
Aku akan turut serta dalam pemberantasan pungli. -nasp-

0 comments:

Post a Comment