Selasa, 22 November 2016
Peringatan Wajib St.
Sesilia
warna liturgi
Merah
Bacaan
Why. 14:14-20;
Mzm. 96:10,11-12,13; Luk. 21:5-11. BcO Dan. 6:5-28
Lukas
21:5-11:
5 Ketika beberapa
orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi
dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan,
berkatalah Yesus: 6 "Apa yang kamu lihat di situ akan datang harinya di
mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain;
semuanya akan diruntuhkan." 7 Dan murid-murid bertanya kepada Yesus,
katanya: "Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau
itu akan terjadi?" 8 Jawab-Nya: "Waspadalah, supaya kamu jangan
disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata:
Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. 9 Dan
apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu
terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti
kesudahannya akan datang segera." 10 Ia berkata kepada mereka:
"Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, 11 dan akan
terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar
dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda
yang dahsyat dari langit.
Renungan:
Merenungkan
bacaan hari ini kok saya pingin masuk ke dalam suasana hati dalam diri Tuhan
Yesus ya. Kala itu Ia lagi bersama-sama dengan orang banyak di dekat Bait
Allah. Orang-orang pun mengagumi bangunan itu. Mungkin dalam hati-Nya Ia pun
mengaguminya. Namun Ia melihat bahwa kemegahan itu akan hancur. Tak ada satu
batu pun menumpang di batu yang lain. Hancur. Remuk. Tak berbekas. Mata-Nya
melihat kemegahan itu. Mata batin-Nya melihat bahwa yang megah itu hancur.
Pedih.
Sayang sabda-Nya
tidak disikapi orang-orang dengan baik. Maka hancurlah pula yang megah itu. Hal
ini berbeda dengan jaman sekarang. Ketika tercium ada bahaya yang akan
menghancurkan maka aparat dengan sigap berusaha mencegahnya. Ketika seorang
pemimpin terancam nyawanya maka para pengawal dengan sigap menyelamatkannya.
Ketika suatu bangsa terancam oleh usaha makar maka aparat pun segera bertindak.
Kita mungkin juga
bisa melihat kemungkinan yang megah itu hancur. Ketika kita menyaksikannya dan
diam maka pada saat itu terjadi kita hanya akan merasa sayang dan pedih.
Rasanya kita perlu turut menjaga agar yang megah itu tetap bertahan. Tidak
cukup kita hanya mengagumi. Hanya mengagumi akan membuat kita terlena.
Kontemplasi:
Bayangkan kisah
dalam Injil Luk. 21:5-11. Bandingkan dengan kondisimu.
Refleksi:
Bagaimana menjaga
agar kemegahan itu tidak dirobohkan oleh musuh?
Doa:
Tuhan, semoga aku
mampu mendengarkan bisikan-Mu dan selalu siap menjaga kehidupan di sekitarku
selaras dengan bisikan-Mu. Jangan biarkan kami roboh. Amin.
Perutusan:
Aku akan selalu
waspada terhadap segala usaha untuk merobohkan kemegahan hidup bersama. -nasp-
0 comments:
Post a Comment