Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, November 21, 2016

Sabda Hidup


Selasa, 22 November 2016
Peringatan Wajib St. Sesilia
warna liturgi Merah 
Bacaan
Why. 14:14-20; Mzm. 96:10,11-12,13; Luk. 21:5-11. BcO Dan. 6:5-28

Lukas 21:5-11:
5 Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: 6 "Apa yang kamu lihat di situ akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan." 7 Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?" 8 Jawab-Nya: "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. 9 Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera." 10 Ia berkata kepada mereka: "Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, 11 dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.

Renungan:
Merenungkan bacaan hari ini kok saya pingin masuk ke dalam suasana hati dalam diri Tuhan Yesus ya. Kala itu Ia lagi bersama-sama dengan orang banyak di dekat Bait Allah. Orang-orang pun mengagumi bangunan itu. Mungkin dalam hati-Nya Ia pun mengaguminya. Namun Ia melihat bahwa kemegahan itu akan hancur. Tak ada satu batu pun menumpang di batu yang lain. Hancur. Remuk. Tak berbekas. Mata-Nya melihat kemegahan itu. Mata batin-Nya melihat bahwa yang megah itu hancur. Pedih.
Sayang sabda-Nya tidak disikapi orang-orang dengan baik. Maka hancurlah pula yang megah itu. Hal ini berbeda dengan jaman sekarang. Ketika tercium ada bahaya yang akan menghancurkan maka aparat dengan sigap berusaha mencegahnya. Ketika seorang pemimpin terancam nyawanya maka para pengawal dengan sigap menyelamatkannya. Ketika suatu bangsa terancam oleh usaha makar maka aparat pun segera bertindak.
Kita mungkin juga bisa melihat kemungkinan yang megah itu hancur. Ketika kita menyaksikannya dan diam maka pada saat itu terjadi kita hanya akan merasa sayang dan pedih. Rasanya kita perlu turut menjaga agar yang megah itu tetap bertahan. Tidak cukup kita hanya mengagumi. Hanya mengagumi akan membuat kita terlena.

Kontemplasi:
Bayangkan kisah dalam Injil Luk. 21:5-11. Bandingkan dengan kondisimu.

Refleksi:
Bagaimana menjaga agar kemegahan itu tidak dirobohkan oleh musuh?

Doa:
Tuhan, semoga aku mampu mendengarkan bisikan-Mu dan selalu siap menjaga kehidupan di sekitarku selaras dengan bisikan-Mu. Jangan biarkan kami roboh. Amin.

Perutusan:
Aku akan selalu waspada terhadap segala usaha untuk merobohkan kemegahan hidup bersama. -nasp-

0 comments:

Post a Comment