Sekitar 330 orang terpukau dengan pembicaraan dalam Novena Ekaristi Seminar di Domus Pacis pada hari Minggu 6 November 2016. Ini adalah pertemuan terakhir untuk 9 kali hari Minggu Pertama di tahun 2016. Dalam pertemuan ini Bapak Prof. Dr. Agustinus Supratiknya, dosen Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, hadir menyumbang wawasan psikologis. Seperti biasa yang menjadi pemandu adalah Rm. Bambang. Tema yang dibicarakan adalah "Plong" Menghadapi Ajal. Berkaitan dengan dekatnya akhir hayat, Pak Pratik mengetengahkan tanda-tanda fisik dan psikologis. Paparan selanjutnya adalah tahap-tahap orang menghadapi maut: menyangkal, marah, mencoba menawar, sedih, dan menerima kematian. Akhirnya pembicaraan bagaimana mendapingi agar "plong" menjelang ajal menjadi pokok terakhir. Pembicaraan menjadi makin menarik setelah muncul pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut:
- Firasat sebelum wafat yang biasa diketahui sesudahnya.
- Pesan-pesan.
- Mati suri.
- Punya cekelan (ajimat) yang membuat sulit menghembuskan nafas terakhir.
- Mengeluh tak diurus padahal merasa sudah akan wafat.
- Cara mendoakan yang akan meninggal tetapi masih gelisah terus.
- Rujukan ke peristiwa salah satu penjahat, sering diberi nama Dismas, yang disalib bersama Yesus dan yang mendapat kesempatan masuk Firdaus bersama-Nya.
TEMA
|
LATAR BELAKANG
|
PEMBICARA
|
Seger Sanadyan Duwé Lelara
|
·
Tidak sedikit kaum lanjut
usia mengalami (beberapa) penyakit.
·
Tidak sedikit pula yang
mengalami penyakit menahun.
·
Soal: Secara medis, bagaimana itu dapat dihadapi agar hidup tetap terasa
“segar”
|
Bapak Dr. FX
Suharnadi
(5 Maret 2017)
|
Sumringah Sanadyan Ruwet
|
·
Masalah kaum lanjut usia
dapat bermacam-macam.
·
Masalah itu dapat muncul
dalam diri dan dapat diakibatkan dari luar.
·
Soal: Bagaimana tetap ceria walau sedang mengalami masalah?
|
Bapak Prof. Dr.
A Supratiknya
(2 April 2017)
|
Seneng Nadyan Ra Mudheng
|
·
Kaum lanjut usia kerap
bingung karena tidak tahu kosa kata anak-anak jaman kini.
·
Perilaku model anak sekarang
juga kerap mengganggu pikiran dan perasaan.
·
Soal: Bagaimana dapat sumèlèh
walau tidak sambung.
|
Rama
Petrus Agoeng Sriwidodo, Pr.
(7 Mei 2017)
|
Kolot Ning Ora Alot
|
·
Pola hidup kaum lanjut usia
pada umumnya dibentuk oleh kehidupan masyarakat agraris, yang alami.
·
Kehidupan sekarang diwarnai
oleh pola global, internasional yang selalu baru dan diperbarui karena
pesatnya perkembangan tekhnologi informasi.
·
Soal: Bagaimana tidak menjadi bingung sekalipun pola pikirnya
tradisional.
|
Bapak Soerjo
Hamidjojo
(4 Juni 2017)
|
Tetep “Kerèn” Sanadyan Ijèn
|
·
Seaktif apapun dalam banyak
kumpulan yang diikuti, kaum lansia tetap akan mengalami banyak kesendirian.
·
Perhatian khusus personal
juga makin sedikit dialami dan bahkan banyak orang yang dulunya dekat kini
ada banyak dalam kesibukannya sendiri.
·
Soal: Bagaimana dapat merasakan tidak disepelekan walau banyak kurang
disapa?
|
Bapak
Prof. Dr. A Supratiknya
(2 Juli 2017)
|
Gambira Sanadyan Tanpa Bandha
|
·
Tidak sedikit kaum lanjut
usia yang mengalami susutnya harta kekayaan.
·
Di kalangan pensiunan,
nafkah penghasilan pun jadi amat terbatas.
·
Soal: Bagaimana dapat kecukupan walau sudah tak berpenghasilan.
|
Rama
Petrus Agoeng Sriwidodo, Pr.
(6 Agustus 2017)
|
Gambira Sanadyan Tanpa Kuwasa
|
·
Bagaimanapun juga pada
umumnya kaum lansia sudah tidak menjadi penentu.
·
Sekalipun berada di rumah
sendiri, kaum lansia sudah tidak dapat asal menyuruh pada yang lain.
·
Soal: Bagaimana tidak terlalu merepotkan orang lain walaupun kekuatan
fisik amat menurun?
|
(3 September 2017)
|
Sumringah Rohani Sanadyang Ra Mudheng
|
·
Pada umumnya kaum lanjut
usia mengalami bentuk hidup menggereja tempo dulu.
·
Padahal pada jaman kini
pandangan dan bentuk pastoral ada bermacam-macam.
·
Soal: Bagaimana penghayatan rasa dulu di tengah pola Gereja Kini?
|
Rm. FX Sukendar
(1 Oktober 2017)
|
Saya Tuwa Saya Ahli “Ati”
|
·
Pada umumnya kaum lanjut
usia sudah amat merindukan ketenangan batin.
·
Padahal keagamaan masa kini
banyak diwarnai oleh aneka partisipasi kegiatan.
·
Soal: Bagaimana mampu selalu olah hubungan batin dengan Tuhan di tengah
keriuhan hidup termasuk dalam agama.
|
Rm. Bambang
(5 November 2017)
|
0 comments:
Post a Comment