Maut?
Akhir perjalanan
hidup. Akhir peziarahan hidup. Akhir panggilan hidup. Akhir derita hidup.
Perisitiwa yang
pasti. Tak terelakkan. Tak bisa kita kendalikan. Umumnya tak kita ketahui kapan
datang.
Tanda-tanda
Fisik?
1. Berhenti
bernafas.
2. Jantung
berhenti berdetak.
3. Kematian
otak: otak secara keseluruhan berhenti berfungsi dan tidak bisa berfungsi lagi,
khususnya sesudah mengalami koma.
4. Mendekati
ajal, khususnya pada mereka yang menderita sakit kronik: fisik secara
keseluruhan semakin lemah dan tidur dalam waktu makin panjang.
5. Menjelang
ajal (makin dekat pada ajal): nafas semakin lambat, jarak antar tarik napas
semakin panjang, sampai akhirnya mangkat: dada tidak lagi naik-turun, tidak ada
lagi nafas, mata berkaca-kaca, tidak ada lagi denyut nadi/detak jantung.
Tanda-tanda
Psikologis?
1. Fase Pra-aktif (bisa
berlangsung dalam hitungan mingguan atau bulanan):
a.
Menarik diri dari kegiatan sosial dan
lebih banyak menyendiri.
b.
Mulai melepaskan diri pada aneka
kelekatan: harta benda, kesenangan-keinginan, dsb.
c.
Secara tidak lazim menemui dan mengajak
bicara dengan sanak-saudara dan handai-taulan seolah untuk meminta maaf atau
memperbaiki hubungan.
d.
Merasakan peningkatan rasa cemas, rasa
tidak nyaman, bingung, mudah tersinggung, dsb.
e.
Menunjukkan peningkatan inaktivitas,
kehilangan vitalitas, peningkatan waktu tidur.
f.
Kehilangan minat-perhatian pada
aktivitas sehari-hari.
g.
Peningkatan ketidakmampuan sembuh dari
aneka luka, memar, infeksi.
h.
Kehilangan nafsu makan-minum.
i.
Bicara tentang kematian, mengaku bahwa
dirinya mendekati maut, atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang kematian.
j.
Minta bertemu dan bicara dengan pendeta,
atau mengalami peningkatan minat-perhatian untuk berdoa atau bertobat.
2. Fase Aktif (bisa
berlangsung dalam hitungan hari atau paling lama dua mingguan):
a.
Mengatakan bahwa dirinya akan segera
mangkat.
b.
Mengalami kesulitan menelan cairan, atau
bahkan menolak asupan makanan-minuman.
c.
Mengalami perubahan kepribadian.
d.
Makin kurang tanggap (responsive) terhadap kehadiran orang
lain atau kehilangan kemampuan berbicara.
e.
Tidak menggerakkan badan/anggota badan
sama sekali dalam waktu yang panjang.
f.
Anggota badan seperti tangan, kaki,
lengan tangan, lengan kaki terasa sangat dingin jika disentuh.
Catatan:
Tidak setiap orang menunjukkan semua tanda-tanda di
atas.
Tahap-tahap
Menghadapi Maut?
Khususnya
berdasarkan wawancara mendalam dengan sekitar 200 orang penderita sakit
terminal, Elisabeth Kubler-Ross menemukan
lima tahap yang biasa dialami oleh seseorang dalam bergulat dan akhirnya
berdamai dengan maut:
1. Menyangkal (denial): Menolak mengakui bahwa dirinya
sudah dekat dengan ajal. “Dokter salah diagnosis!”, pindah konsultasi ke dokter
lain, atau pura-pura tidak tahu.
2. Marah (anger): Menyadari bahwa dirinya
mendekati ajal, iri dan benci pada orang lain yang masih sehat, khususnya jika
masih memiliki banyak rencana dan keinginan, menuduh Tuhan tidak adil, dsb.
3. Mencoba menawar (bargain): Berusaha menawar langsung
dengan Tuhan atau melalui pendeta dengan berjanji bertobat, memperbaiki cara
hidup, dsb. Jika ternyata, ajal tetap menjelang:
4. Sedih (depression) dan putus harapan (hopelessness):
meratapi kesehatannya yang memburuk, meratapi bakal berpisah dengan orang-orang
yang dikasihi-mengasihi, meratapi rencana-keinginan yang tidak kesampaian, dsb.
5. Menerima kematian (acceptance): Akhirnya bisa menerima maut
yang tak terelakkan itu, dan mulai mempersiapkan diri maupun anggota keluarga
untuk menerima perpisahan.
Catatan:
1. Anggota
keluarga yang mendampingi dan menyaksikan orang yang menghadapi maut akan
mengalami kelima fase yang kurang lebih sama.
2. Orang
yang beruntung masih memiliki cukup waktu sebelum meninggal bisa didampingi
melakukan life review atau semacam
“persiapan diri menjelang ajal” meliputi: merenungkan kebermaknaan hidup yang
sudah dijalani, melakukan aneka perubahan (termasuk pertobatan, dsb.) dan
penyelesaian tugas-kewajiban yang masih tersisa (melunasi hutang, memohon maaf,
menulis wasiat, dsb.).
Mendampingi
Orang agar “Plong” Menjelang Ajal
1. Membantu
merasa tenang-nyaman: mengelus punggung, memegang tangan, membacakan kitab
suci, mendoakan, memperdengarkan musik, intinya meyakinkan bahwa yang
bersangkutan tidak sendirian menghadapi maut.
2. Membantu
mengatasi gangguan/ketidaknyamanan fisik, seperti bibir kering dsb.
3. Menemani
sanak-saudara dan handai-taulan yang datang menjenguk, termasuk bertanya kepada
yang bersangkutan tentang siapa yang ingin ditemui untuk terakhir kali dan
mengontak mereka.
4. Menyiapkan
daftar sanak-saudara dan handai-taulan yang perlu dihubungi saat ajal tiba.
5. Sebagai
pendamping, jangan segan mengungkapkan perasaan kita sendiri pada orang yang
kita percaya, khususnya jika yang menjelang ajal adalah pasangan kita dsb.
6. Jangan
segan mengucapkan selamat jalan kepada yang sedang menghadapi maut.
7. Yakinkan
kepada yang bersangkutan (jika atau pada saat masih memungkinkan):
a.
Agar merasa bersyukur atas semua
anugerah yang sudah diterima dalam hidup, memohon maaf atas semua
kesalahan-kekurangan, dan memberikan maaf kepada semua orang atas kesalahan
yang sudah mereka perbuat, khususnya melalui penerimaan sakramen-sakramen untuk
terakhir kali.
b.
Tidak segan meminta jika memang ingin
menghabiskan waktu sendiri.
c.
Agar menjadi penghibur bagi dirinya
sendiri. Tidak ada orang lain yang lebih tahu tentang dirinya daripada dirinya
sendiri.
d.
Agar tetap sabar. Orang lain bisa
berubah sikap saat mengetahui diri kita menjelang ajal, termasuk merasa
kehilangan.
e.
Agar tetap tenang: berpikir, membuat
rencana-keputusan-persiapan dengan tenang, termasuk semua anggota keluarga yang
terlibat.
f.
Pilih seseorang untuk menjadi orang
kepercayaan terakhir.
g.
Minta penjelasan tentang keadaan dirinya
serta apa saja dan untuk apa semua yang dilakukan terhadap dirinya oleh petugas
medis.
h.
Jangan membebani sanak-saudara dan
handai-taulan dengan kebingungan atau rasa bersalah: dengan cara tidak
mengungkapkan apa yang diinginkan atau sebaliknya, terlalu banyak meminta
melebihi kemampuan yang ditinggalkan untuk memenuhinya.
----------
0 comments:
Post a Comment