Selasa, 13 September 2016
Peringatan Wajib St.
Yohanes Krisostomus
warna liturgi
Putih
Bacaan
1Kor.
12:12-14,27-31a; Mzm. 100:2,3,4,5; Luk. 7:11-17. BcO Est. 4:1-16
Lukas
7:11-17:
11 Kemudian Yesus
pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama
dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. 12 Setelah
Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki,
anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai
janda itu. 13 Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh
belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" 14 Sambil
menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia
berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" 15 Maka
bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya
kepada ibunya. 16 Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil
berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan
"Allah telah melawat umat-Nya." 17 Maka tersiarlah kabar tentang
Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.
Renungan:
Suatu kali
terdengar percakapan, "Wah pas orang itu meninggal yang layat sedikit
sekali." Lalu ada yang menimpali, "Pas sembahyangan 3 hari tidak ada
yang datang." Yang lain mengatakan, "Peringatan-peringatan berikutnya
yang datang juga sedikit. Kasihan ya?" "Ya itu salahnya dia dan
keluarganya yang tidak pernah bermasyarakat," timpal yang lainnya.
Percakapan di
atas berbeda dengan yang dialami oleh janda dari Nain. "Setelah Ia dekat
pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak
tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda
itu" (Luk 7:12). Banyak orang menemani janda itu kala ia lagi berduka.
Mengalami dua
kisah di atas rasanya menjadi cermin bagi diri kita. Kira-kira siapa yang akan
melayat kita kala kita meninggal? Banyak? Sedikit? Pasti kita tidak akan bisa
bersaksi. Waktu yang akan menunjukkan. Namun rasanya hidup kita sekarang ini
bisa memberikan gambarannya. Keberadaan kita di antara sesama yang akan menjadi
kunci bagi kehadiran mereka yang kita tinggal.
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu
meninggal. Lihatlah berapa banyak orang yang menemani keluargamu yang berduka.
Refleksi:
Tulislah
pengalaman kontemplasimu.
Doa:
Tuhan Engkaulah
pemegang kehidupan kami. Kami tidak tahu kapan kami akan mati. Semoga di
kehidupan ini aku bisa memancarkan kasih. Amin.
Perutusan:
Aku selalu
mempunyai harapan hadirnya saudara dalam duka. -nasp-
0 comments:
Post a Comment