Senin, 26 September 2016
Kosmas &
Damianus
warna liturgi
Hijau
Bacaan
Ayb. 1:6-22; Mzm.
17:1,2-3,6-7; Luk. 9:46-50. BcO Ydt. 5:1-21
Lukas
9:46-50:
46 Maka timbullah
pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di
antara mereka. 47 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia
mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya, 48 dan berkata
kepada mereka: "Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut
Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena
yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar." 49 Yohanes
berkata: "Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami
cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." 50 Yesus berkata kepadanya:
"Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak
kamu."
Ada ratusan
daerah sedang persiapan untuk Pilkada. Mereka akan berebut untuk menjadi yang
terbesar di daerahnya, menjadi pemimpin. Banyak persiapan, kampanye bahkan
serangan disiapkan untuk menjatuhkan lawannya. Tidak jarang isu SARA pun
berseliweran. Amplopan pun bertebaran kepada para pemilih. Mereka bukan bermain
pada bagaimana program pelayanan masyarakat yang akan dilakukan tapi berkutat
pada usaha menjatuhkan lawan dengan serangan-serangan yang naif.
Para murid sempat
bertengkar karena ingin menjadi yang terbesar di antara mereka. Menghadapi itu
Yesus menghadirkan seorang anak kecil. Siapa pun yang menyambut anak itu dalam
nama-Nya ia menyambut Dia. Dengan begitu ia menjadi pribadi yang besar.
Menyambut anak
kecil, menerima orang kecil dan menyejahterakan orang kecil dalam nama-Nya
mempunyai arti memuliakan nama Tuhan. Kiranya itu yang bisa menjadi salah satu pegangan
para calon pemimpin. Bagaimana mereka menawarkan program yang mampu mengangkat
harkat martabat manusia, bukan malah merendahkan martabat dirinya sendiri
dengan cara menyerang martabat lawannya.
Kontemplasi:
Pejamkan matamu
sejenak. Bayangkan para calon pemimpinmu. Mana di antara mereka yang sungguh
mau "menerima anak kecil dalam nama Tuhan".
Refleksi:
Bagaimana menilai
pemimpin yang layak dipilih?
Doa:
Bapa semoga aku
mampu dengan jernih memilih pemimpin yang baik bukan sekedar karena ia
golonganku, berduit dan kelihatan mempesona. Amin.
Perutusan:
Aku akan
mempelajari siapa calon pemimpinku dengan teliti. -nasp-
0 comments:
Post a Comment