Rabu, 07 September 2016
Hari biasa
warna liturgi
Hijau
Bacaan
1Kor. 7:25-31;
Mzm. 45:11-12,14-15,16-17; Luk. 6:20-26. BcO 2Ptr. 2:9-22
Lukas
6:20-26:
20 Lalu Yesus
memandang murid-murid-Nya dan berkata: "Berbahagialah, hai kamu yang
miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. 21 Berbahagialah, hai kamu
yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu
yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. 22 Berbahagialah kamu,
jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu,
dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. 23 Bersukacitalah
pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga;
karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. 24
Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah
memperoleh penghiburanmu. 25 Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena
kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan
berdukacita dan menangis. 26 Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu;
karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi
palsu."
Renungan:
Suatu kali ada
yang bertanya maksud dari sabda ini, "Berbahagialah, hai kamu yang miskin,
karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah" (Luk 6:20). Lalu ia
melanjutkan pertanyaan, "Bagaimana dengan orang kaya, apakah mereka tidak
empunya Kerajaan Allah?"
Sabda ini memang
mengusik hati kita, memancing aneka macam pertanyaan: apa artinya miskin, siapa
yang disebut miskin, apa kita harus jadi miskin, bagaimana dengan orang kaya,
apa yang mesti dilakukan oleh orang kaya dll. Satu hal yang bisa saya sampaikan
adalah bahwa orang miskin adalah orang yang mengandalkan kebaikan. Mereka
orang-orang yang seringkali tidak tahu harus dari mana menjamin hidupnya.
Kebaikan Allah melalui sesama itulah yang menjaminnya.
Dari sisi itu
rasanya kita semua adalah orang miskin. Siapa pun dari kita mengandalkan
kebaikan Allah dan sesama. Maka rasanya kala hidup kita mengandalkan kebaikan
kita pun layak menjadi bagian dari Kerajaan Allah. Maka baiklah kiranya kita
selalu merasa dan menjaga kepasrahan diri kita pada kebaikan Allah.
Kontemplasi:
Duduklah dengan
tenang. Bayangkan bacaan dalam Injil Luk. 6:20-26.
Refleksi:
Apa yang perlu
kita lakukan agar layak disebut berbahagia?
Doa:
Tuhan walau harta
berlimpah dalam hidupku aku tetap bersandar dan mengandalkan kebaikan-Mu. Hanya
karena rahmat-Mu aku bisa hidup seperti sekarang ini. Amin.
Perutusan:
Aku akan
mengandalkan kebaikan Tuhan. -nasp-
0 comments:
Post a Comment