Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, September 24, 2016

Sabda Hidup


Minggu, 25 September 2016
Hari Minggu Biasa XXVI
warna liturgi Hijau 
Bacaan
Am 6:1a,4-7; Mzm. 146:7,8-9a,9bc-10; 1Tim. 6:11-16; Luk. 16:19-31. BcO Ydt. 2:1-6; 3:6; 4:1-2,9-15

Lukas 16:19-31:
19 "Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. 20 Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, 21 dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. 22 Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. 23 Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. 24 Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. 25 Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. 26 Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. 27 Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, 28 sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. 29 Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. 30 Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. 31 Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."

Renungan:
Ada kebiasaan orang untuk memerintah. Orang yang terbiasa memerintah akan main perintah di mana pun dia berada. Namun pantas disadari tidak di semua tempat ia mempunyai kewenangan untuk memerintah. Pada tempat-tempat tertentu perintahnya tidak akan berlaku.
Si kaya dalam kisah Lazarus mempunyai kewenangan memerintah di kalangannya kala ia masih hidup. Ia bisa memerintah memberi makan Lazarus kepada pelayan-pelayannya. Namun hal tersebut tidak di lakukan. Saat di dunia kematian ia memerintah Abraham agar menyuruh Lazarus untuk menolongnya dan ia juga memerintah Abraham untuk mengingatkan keluarganya. Sayang dia sudah tidak punya kuasa memerintah lagi di dunia tersebut.
Rasanya kita perlu menyadari bahwa tidak di semua tempat dan situasi kita bisa main perintah. Kalau tidak ingin malu kita membatasi diri untuk memerintah. Bahkan kala kita mempunyai kewenangan untuk memerintah di tempat tersebut. Kebaikan bisa kita teladankan, bukan kita perintahkan.

Kontemplasi:
Duduklah dengan hening. Pejamkan matamu. Bayangkan si kaya dalam kisah Lazarus. Bandingkan dengan keseharianmu.

Refleksi:
Bagaimana menahan diri untuk main perintah.

Doa:
Tuhan semoga aku tidak tergoda untuk main perintah. Semoga kebaikan kuteladankan bukan kuperintahkan. Amin.

Perutusan:
Aku tidak akan asal main perintah. -nasp-

0 comments:

Post a Comment