Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, December 29, 2016

Hadiri Seribuharian


Senin tanggal 19 Desember 2016 merupakan hari istimewa bagi para rama Domus Pacis. Ternyata mobil besar yang dijanjikan oleh Bu Ninik siap di Domus jam 05.30 sore sudah datang sebelumnya. Ketika Rm. Bambang keluar menuju kanopi depan ruang tamu, ayahnya Bu Ninik ikut mobil itu. Bu Madi, Bu Mardanu, Bu Sri Handoko dan Bu Rini juga sudah siap. Mereka adalah bagian dari para relawan Domus yang bersama Mas Handoko yang akan menyopiri granmax, mobil Domus. Sebenarnya juga ada relawan lain (Bu Tatik, Bu Sri dan Bu Wardi) yang ikut dalam mobil Bu Titik yang dikendarai oleh Pak Untung, suami Bu Titik. Adapun mobil yang disediakan oleh Bu Ninik dimaksudkan untuk semua rama untuk menghadiri undangan ke Klaten. Pak Naryo, yang bersama Bu Ninik istrinya juga menjadi relawan dan pemerhati Domus Pacis, mendapatkan amanat dari ibunya agar semua rama Domus dihadirkan dalam peringatan 1000 hari almarhum Bapak YB Bejo Partosiswoyo, suaminya. Tetapi dari ketujuh rama Domus ada 2 orang yang tak hadir, yaitu Rm. Joko dan Rm. Tri Wahyono yang kondisinya sudah harus ada di rumah. Pak Tukiran, karyawan Domus, diikutsertakan untuk mendampingi Rm. Harto, sementara Rm. Tri Hartono didampingi oleh Bu Rini. Semua inilah yang menyebabkan pada sore itu jam 05.30 ada dua mobil yang keluar dari Domus Pacis. Rm. Bambang ikut granmax yang dalam perjalanan menjemput Bu Mumun.

Sesampai di kota Klaten rombongan Domus menuju Gedung Ekakapti, gedung pertemuan milik Paroki Santa Maria Assumpta Klaten. Para rama Domus dan grup relawannya, termasuk rombongan Pak Untung, didudukkan di bagian depan berhadapan langsung dengan altar, karena acara satu-satunya adalah Misa Kudus. Memang Rm. Yadi duduk di bagian belakang, karena tidak berani merasakan dingin langsung dari AC. Tampaknya hal ini juga dialami oleh Rm. Subi, pastor sepuh dari Paroki Pringwulung, yang tadinya duduk bersama deretan Rm. Bambang dan kemudian menyingkir ke bagian belakang. Dalam misa ini Rm. Agoeng menjadi salah satu selebran dalam misa bersama Rm. Boni, imam mantan pastor pembantu Pringwulung asal Klaten, dan Rm. Supriyanto selebran utama yang jadi Pastor Kepala Klaten. Kebetulan Rm. Agoeng juga berasal dari Paroki Klaten. Barangkali kehadiran para rama Domus yang sudah tua dan atau difabel menarik beberapa umat sehingga sesudah misa selesai, pada waktu acara konsumsi, tak sedikit yang menghampirinya. Bagi Rm. Bambang momen ini juga menjadi kesempatan berjumpa dengan umat yang pernah dilayani pada tahun 1981-1982. Apalagi untuk saat ini paling tidak sepertiga peserta Novena Domus adalah umat Paroki Klaten.

Ketika perjalanan pulang ternyata Rm. Yadi dan Rm. Trihartono, tentu saja juga termasuk  Bu Rini, ikut mobil granmax. Para ibu relawan yang ketika berangkat berada satu mobil dengan Rm. Bambang berpindah di mobil yang disediakan oleh Bu Ninik. "Teng mobil ageng wau asrep sanget" (Tadi di mobil besar terasa amat dingin) kata Rm. Yadi memberi alasan mengapa pindah di granmax. Meskipun demikian, peristiwa menghadiri undangan di Klaten hari ini, bagi para rama Domus tampaknya amat mengesan seperti piknik. Hal ini terbukti ketika makan pagi, Selasa 20 Desember 2016, pembicaraan tentang Misa Seribu Hari Pak Bejo menjadi pembicaraan hangat.

0 comments:

Post a Comment