Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, December 5, 2016

Lansia Kuncen


"Sebagai orang yang sudah tua bahkan lanjut usia yang beriman pada Yesus, apa yang sering Kula sakanca kepingin ngangsu pengalaman ndherek Gusti saking para rama sepuh" (Kami ingin mendapatkan pengalaman ikut Tuhan dari para rama tua) kata salah seorang yang menjadi koordinator. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu 30 November 2016. Ketika datang mereka langsung diminta untuk menikmati minum dan snak yang sudah disiapkan oleh Bu Rini dan disajikan bersama Mbak Tari. Rekoleksi sendiri dimulai pada jam 09.15. Rm. Bambang dan Rm.Yadi bersama-sama menjadi pendamping.
dirasakan?" Inilah pertanyaan yang dilontarkan kepada 35 orang lanjut usia (lansia) dari Lingkungan Kuncen, Paroki Kumentiran. Mereka datang di Domus Pacis sejak jam 09.00 pagi untuk minta didampingi dalam acara rekoleksi. "

Terhadap pertanyaan yang disampaikan oleh Rm. Bambang, para peserta membicarakan lebih dahulu dengan teman-teman yang duduk berdekatan. Dari hasil pembicaraan itu muncul beberapa butir pengalaman:
  • Anak menikah dengan orang beragama lain dan kemudian pindah agama. Yang menjadi soal adalah tanggungjawab mendidik secara Katolik sebagaimana diucapkan ketika menikah Gereja. Apakah dengan peristiwa anak pindah agama itu akan membuatnya tidak masuk sorga?
  • Sekarang di tengah masyarakat ada keadaan yang amat tidak menghargai yang beragama Kristiani. Orang Kristiani dinomer duakan dan diacuhkan. Kalau ada acara kerap tidak diberi tahu.
  • Sebagai keluarga yang mengalami pernikahan campur dengan orang beda agama, sebenarnya selama 25 tahun tidak ada soal. Tetapi kini dilarang menjalankan kekatolikan sehingga untuk ikut Misa dan sembahyangan harus sembunyi-sembunyi. Sebenarnya ada desakan untuk pindah agama.
Untuk menanggapi pengalaman itu, Rm. Yadi menyampaikan sharing kehidupan yang pernah dijalani. Beliau ketika masih muda mengalami diri sebagai orang Katolik di tengah orang-orang yang amat merendahkan dan menghina. Tetapi Rm.Yadi tetap gembira dan tidak takut karena ikut Yesus itu membanggakan. Sebenarnya dulu beliau pernah masuk biara Bruder MTB selama 4 tahun tetapi kemudian keluar. Ketika di Madura menjadi awak kapal, beliau terus menjaga diri untuk tidak ikut arus kebiasaan buruk para awak kapal lain. Beliau kemudian kembali ke daerahnya dan oleh Rama Paroki diminta untuk menjadi guru SMP Albertus, Godean, dan bahkan 3 bulan kemudian diangkat menjadi kepala sekolah. Padahal Rm. Yadi hanya berpegang pada ijasah SMA. Yang menjadi andalan adalah menjalani dan menjaga kedisplinan. Ketika sudah berusia 36 tahun beliau masuk Seminari Tinggi Kentungan. Karena sudah lama tak belajar, maka proses menjalani kuliah juga kerap harus mengulang beberapa mata kuliah pada setiap ujian.

Dari sharing Rm. Yadi, Rm. Bambang menarik beberapa butir prinsip hidup. Dengan prinsip-prinsip ini Rm. Bambang menyoroti pokok-pokok pengalaman yang muncul dari peserta. Tentu saja dalam pengulasan ini terjadi tanya jawab antara para peserta dengan kedua rama. Dalam hal ini setiap kali Rm. Bambang mengulang prinsip yang diperoleh dari sharing pengalaman Rm. Yadi:
  1. Sikap dasar yang harus dimiliki adalah BANGGA KARENA IKUT TUHAN YESUS.
  2. Untuk menjadi bangga ada lima semangat yang harus diperjuangkan: kegembiraan, keberanian, kedisiplinan, ikut kegiatan pelayanan, mengubah tantangan menjadi kesempatan bersaksi kasih
Pada jam 11.30 rekoleksi selesai. Para peserta menutup dengan makan bersama santapan yang disediakan oleh Mbak Tatitik yang dibantu oleh Bu Madi dan Bu Mardanu.

0 comments:

Post a Comment