Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, December 7, 2016

Rekoleksi Ibu-ibu Paroki Medari


Pada tanggal 4 Desember 2016 pada jam 08.45 pagi rombongan Paguyuban Ibu-ibu Paroki (IIP) Medari sudah datang di Domus Pacis. Mereka langsung menikmati beberapa macam snak yang dibawa sendiri. Pihak Domus Pacis hanya menyediakan tempat snak dan teh serta gelasnya. Kalau biasanya dari Medari yang datang berkunjung adalah kaum lansia, kali ini jumlah peserta didominasi oleh ibu-ibu dari keluarga muda. Dari antara 40 orang yang datang, 3 orang di antaranya adalah bapak-bapak yang sudah masuk lansia. Ada juga tambahan 2 anak yang diajak oleh ibunya. Salah seorang bapak beserta istrinya tinggal di Pontianak tetapi saat itu sedang berkunjung pada saudaranya di Medari. Pada jam 09.00 mereka sudah duduk di tikar dan Rm. Bambang mengumandangkan lagu Mangga-mangga Sami Ndherek Gusti dengan keyboardnya. Para ibu dan bapak langsung mengikuti nyanyian itu. Suasana menjadi menggembirakan dan membuat ceria karena karena setiap kali kata-kata "sami ngherek Gusti" diganti dengan kata-kata lain dengan gerakannya seperti "sami rangkul-rangkulan", "sami salam-salaman" dan "sami pijet-pijetan". Kemudian doa pembukaan didahului dan ditutup dengan tanda salib model kasidah. Bapak Miyoto adalah pelaku doa pembukaan. Setelah itu Bu Rini, ketua ibu-ibu Medari, memberikan kata-kata sambutan yang menyatakan bahwa kunjungan ke Domus Pacis kali ini diisi dengan rekoleksi yang bertemakan "Budaya Kasih".

Dalam memproses pendampingan rekoleksi, Rm. Bambang memulai dengan menggali pandangan para peserta berkaitan dengan "kasih" sebagai orang Katolik. Untuk menggali pandangan mereka ada 2 langkah yang ditempuh. Langkah pertama Rm. Bambang menyajikan lagu lama yang berjudul Seruling Senja. Lagu ini dinyanyikan dua kali oleh Rm. Bambang. Kemudian para peserta yang sudah duduk dalam 6 kelompok, berbicara bersama dalam kelompok masing-masing tentang "Butir kasih apa yang terkandung dalam lagu itu?" Dari laporan-laporan kelompok, ternyata butir rasa "rindu" mendominasi penemuan. Rm. Bambang dalam memproses kemudian meminta setiap kelompok membuat penilaian penemuan itu sebagai pengikut Tuhan Yesus. Setelah memberikan penilaian, masing-masing kelompok membuat kesimpulan "Apa yang paling pokok untuk menghayati kasih sebagai orang Katolik?" Karena setiap kelompok menemukan beberapa pokok, maka masing-masing kelompok diminta untuk memilih satu pokok yang dipandang paling penting. Rm. Bambang meminta masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dengan menggunakan lagu Kondhok Ngorek. Ternyata masing-masing kelompok melaporkan dengan berdiri dan berjoget dengan iringan keyboard yang dimainkan oleh Rm. Bambang.

Dari 6 kelompok itu didapatkan enam pokok untuk penghayatan kasih: ketulusan, damai tentram, pengorbanan, menjadi berkat, madhep mantep (kemantapan) dan dekat Yesus. Berdasarkan pokok-pokok ini Rm. Bambang mengetengahkan pendalaman dan perluasan cakrawala dengan landasan Kitab Suci dan dokumen Gereja lainnya. Pada jam 11.00 rekoleksi selesai dan Rm. Yadi tampil menutup dengan Perayaan Ekaristi. Satu ibu memimpin nyanyian dengan buku Madah Bakti. Sementara satu ibu lain menjadi lektor. Dalam pengantar Rm. Yadi sudah membuat segar para peserta. Kesegaran masih berkembang ketika beliau berkhotah. Pada jam 11.55 Ekaristi selesai. Dari pihak peserta ada berbagai oleh-oleh untuk para rama serta sumbangan untuk pembuatan Kapel Domus. Hasil kolekte diserahkan untuk kas Komunitas Rama Domus. Untuk menutup keseluruhan acara ada makan siang bersama yang sudah dibawa dari Medari.

0 comments:

Post a Comment