Minggu, 01 Januari 2017
HARI RAYA SANTA
MARIA BUNDA ALLAH, Hari Perdamaian Sedunia
warna liturgi
Putih
Bacaan
Bil. 6:22-27;
Mzm. 67:2-3,5,6,8; Gal. 4:4-7; Luk. 2:16-21. BcO Ibr2:9-17
Lukas
2:16-21:
16 Lalu mereka
cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang
berbaring di dalam palungan. 17 Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka
memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. 18 Dan
semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala
itu kepada mereka. 19 Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam
hatinya dan merenungkannya. 20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil
memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka
lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka. 21 Dan
ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu
nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.
Renungan:
Mungkin kita
pernah mengalami peristiwa-peristiwa istimewa dan besar dalam hidup kita. Ada
di antara kita yang tertegun ketika mengalaminya. Ada juga yang bersorak
gembira menyambutnya. Apapun ekspresi yang muncul peristiwa tersebut
menggoreskan tinta yang tajam pada sejarah hidup manusia.
Maria mengalami
peristiwa besar dalam hidupnya. Ia mengandung dan melahirkan Putera Allah.
Kelahiran sang Putera pun terlaksana bukan dalam suatu cara yang biasa. Ia
dilahirkan kala sensus penduduk pertama di dunia dilangsungkan. Tempatnya pun
hanya kandang hewan. Walau tak mewartakan apa-apa, para gembala datang dan
memuji kelahiran sang Putera. Peristiwa-peristiwa tersebut menghadirkan sejuta
makna dalam hidup Maria. Menyikapi itu, "Maria menyimpan segala perkara
itu di dalam hatinya dan merenungkannya" (Luk 2:19).
Menyikapi
peristiwa besar dalam hidupnya Maria diam, menyimpan dalam hati dan
merenungkannya. Tidak ada sorak sorai dalam kata dan tingkah laku Maria.
Peristiwa besar yang dialami perlu didalami dalam batinnya dan direnungkannya.
Pembatinan Maria ini mengantarkannya sebagai ibu seperti ibu umumnya. Ia mendidik
anaknya dan mengantarkannya bertemu dengan aneka tradisi hidup, budaya dan
agama. Maria tetap Maria. Ia seorang ibu yang berhati dan beriman mendalam.
Kontemplasi:
Bayangkan sikap
ibu Maria menanggapi dan menghadapi rencana Tuhan.
Refleksi:
Bagaimana
menyikapi peristiwa-peristiwa besar dalam hidupmu?
Doa:
Tuhan Allah kami,
semoga kami pun mampu mengolah segala pengalaman hidup kami dengan baik. Semoga
kami menyediakan waktu untuk membatinkan dan merenungkannya. Amin.
Perutusan:
Aku akan
membatinkan dan merenungkan pengalaman hidupku. -nasp-
0 comments:
Post a Comment