Selasa, 13 Desember 2016
Peringatan Wajib St.
Lusia
warna liturgi
merah
Bacaan
Zef. 3:1-2,9-13;
Mzm. 34:2-3,6-7,17-18,19,23; Mat. 21:28-32. BcO Mi. 4:1-7
Matius
21:28-32:
28 "Tetapi
apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi
kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini
dalam kebun anggur. 29 Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. 30 Lalu
orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu
menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. 31 Siapakah
di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka:
"Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal
akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. 32 Sebab Yohanes datang
untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya.
Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya.
Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu
tidak juga percaya kepadanya."
Renungan:
Sering kita temui
ketika pejabat datang laporan yang diterima adalah hal-hal baik saja. Sang
pejabat pun senang menerima laporan seperti itu. Mungkin ia pun merasa puas
karena menilai hasil kerjanya juga baik sehingga tidak ada niat sedikitpun
menyelidiki kebenaran laporan anak buahnya. Istilah yang sering kita dengar
tentang ini adalah "abs: asal bapak senang".
Anak sulung
menjawab "Ya" ketika ayahnya meminta dirinya pergi ke ladang, namun
ia tidak pergi. Ia hanya menyenangkan ayahnya dengan jawabannya. Anak bungsu
menjawab dengan jawaban yang tidak menyenangkan. Namun ia menyesal dan
memperbaiki itu. Ia pun pergi ke ladang.
Jawaban yang
hanya demi menyenangkan tidak akan membawa pada perubahan, malah mungkin makin
memperburuk keadaan. Kenyataan tidak bisa dilihat dengan sungguh-sungguh. Maka
bila ada kekurangan ya kekurangan tersebut yang akan bertahan, tidak ada
langkah perbaikan. Namun masih ada kesempatan bagi kita untuk menyesali. Mari
kita sesali tindakan-tindakan yang asal membuat senang atau juga tindakan yang
tidak menyenangkan. Masih banyak kesempatan untuk memperbaiki diri.
Kontemplasi:
Bayangkan kisah
dalam Injil Mat. 21:28-32. Bandingkan dengan pengalamanmu.
Refleksi:
Bagaimana caranya
bersikap jujur atas situasi yang kita alami?
Doa:
Bapa semoga aku
berani mengatakan yang kualami apa adanya. Semoga aku tidak menipu dengan
laporan-laporan palsu. Semoga aku pun siap membantu mereka yang membutuhkan. Amin.
Perutusan:
Aku
akan berkata jujur tentang situasi yang kualami dan menjadi tanggungjawabku. -nasp-
0 comments:
Post a Comment