Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, December 15, 2016

Sudah Jadi Paroki Administratif


"Dalam rombongan ini hanya ada 2 orang bapak lho, rama" seorang ibu berkata. Rm. Bambang bertanya "Endi?" (Mana?) yang dijawab "Sopir lan kenekipun" (Sopir dan keneknya). Omongan kecil ini ternyata membuka suasana kunjungan Ibu-ibu Mojosongo, Sala, yang disambut oleh Rm. Yadi, Rm. Tri Hartono, Rm. Harto Widodo, Rm. Tri Wahyono dan Rm. Bambang. Ibu-ibu, yang berjumlah 32 orang, sudah masuk gedung Domus Pacis pada jam 09.00 hari itu, Senin 12 Desember 2016. "Mojosongo sekarang sudah menjadi Paroki Administratif, rama" kata seorang ibu yang disambung komentar dari Rm. Yadi "Biyen wis takusulke dadi paroki. Ning Pastor Kepalane ora setuju" (Dulu saya sudah mengusulkan agar menjadi paroki. Tetapi tidak disetujui oleh Pastor Kepala). Ibu-ibu tertawa mendengar kata-kata Rm. Yadi, yang pernah cukup lama tinggal di Pastoran Paroki Purbowardayan dimana Mojongsongo menjadi salah satu wilayahnya.

Rm. Yadi tampak segar sekali mendapatkan kunjungan dari orang-orang yang sudah dikenalnya. Para ibu Mojosongo pun juga tampak amat ceria berjumpa dengan mantan pastornya. Rm. Yadi membuka dengan mengenalkan para rama yang tinggal di Domus Pacis. Cara omongnya selalu membuat gelak tawa dari para ibu. Dari omongan Rm. Yadi kemudian dibuka tanya jawab tentang situasi dan kondisi kehidupan Domus Pacis. Rm. Bambang menceriterakan bahwa segala kesegaran dan dinamika Domus Pacis datang karena topangan umat. Bahkan berbagai bangunan terjadi karena uluran kepedulian banyak umat. "Dhek mbangun talud, Purbowardayan mbantu akeh. Ning Mojosongo ora ana" (Ketika membangun talud, ada banyak bantuan dari Purbowardayan. Tetapi dari Mojosongo tidak ada) kata Rm. Bambang bernada seloroh. "Weee, mbantu!" (Kami membantu) kata serempak dari banyak ibu. "Sing mbantu ki Purbowardayan" (Yang membantu Purbowardayan) kata Rm. Bambang yang disanggah oleh ibu-ibu "Niku klebet Mojosongo, wong dereng dados Paroki Administratif" (Itu termasuk Mojosongo, karena waktu itu belum jadi Paroki Administratif). Dan Rm. Bambang pun bergaya membantah "Pokoke nganti saiki neng cathetanku ora ana Paroki Administratif Mojosongo) yang membuat terjadinya tawa terbahak-bahak. Kemudian, sesudah berfoto bersama, mereka meminta diri untuk melanjutkan perjalanan ke Ganjuran.

0 comments:

Post a Comment