Selasa, 20 Desember 2016
Hari Biasa Khusus
Adven
warna liturgi
Ungu
Bacaan
Yes. 7:10-14;
Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; Luk. 1:26-38. BcO Yes. 41:21-29
Lukas
1:26-38:
26 Dalam bulan
yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea
bernama Nazaret, 27 kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang
bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. 28 Ketika malaikat
itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai,
Tuhan menyertai engkau." 29 Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu
bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. 30 Kata malaikat itu
kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di
hadapan Allah. 31 Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan
seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. 32 Ia akan
menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan
mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, 33 dan Ia akan menjadi
raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak
akan berkesudahan." 34 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal
itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" 35 Jawab malaikat itu
kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi
akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut
kudus, Anak Allah. 36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang
mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam
bagi dia, yang disebut mandul itu. 37 Sebab bagi Allah tidak ada yang
mustahil." 38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan;
jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan
dia.
Renungan:
Maria seorang
perawan dan belum menikah menerima kabar dari malaikat Gabriel bahwa dirinya
akan mengandung. Ia akan mengandung Putera Allah dari Roh Kudus. Berita itu
tentu membawa suasana gembira tapi sekaligus meninggalkan segudang tanya dan
kekhawatiran. Ada banyak resiko yang akan dihadapi oleh Maria. Karena malaikat
menguatkannya maka Maria pun menjawab, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba
Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (Luk 1:38).
Kira-kira apa
yang akan anda katakan bila mendapat kabar seperti Maria itu? Akankah anda
menerima atau malah menolak kabar tersebut? Pasti ada banyak keraguan yang
berkembang dalam diri kita. Tugas itu memang menggembirakan, dinanti-nantikan
banyak orang, namun tugas itu mengandung konsekuensi yang besar.
Di sini saya
pribadi mengagumi sikap dari ibu Maria. Dengan kesederhanaan ia menegaskan
perutusan Allah. Dengan ketegasan ia menyanggupi dan membiarkan warta itu
terjadi pada dirinya. Rasanya dalam momen-momen tertentu kita pun mesti berani
menegaskan dan menyanggupi perutusan kita dengan tegas. Kita beri ruang pada
karya Allah di dalam hidup kita.
Kontemplasi:
Bayangkan kisah
dalam Injil Luk. 1:26-38. Bandingkan pengalaman Maria dengan pengalamanmu.
Refleksi:
Bagaimana
mengiyakan perutusan yang berat?
Doa:
Bapa terima kasih
atas teladan ibu Maria. Semoga aku pun mempunyai kesanggupan seperti Maria. Amin.
Perutusan:
Aku akan
menyiapkan diriku untuk menerima tugas berat yang sewaktu-waktu datang
menghampiriku. -nasp-
0 comments:
Post a Comment