Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, December 25, 2016

Rm. Tri Wahyono Juga Ikut Misa


Para rama Domus Pacis pada Hari Raya Natal 2016 tak ada satu pun yang absen dalam Perayaan Ekaristi. Rama Joko mendampingi Rm. Toto memimpin Misa Pertama di gereja Paroki Pringwulung. Rm. Agoeng membantu Paroki Karanganyar dan pada malam Natal memimpin misa di Kapel Tawangmangu. Rm. Yadi dan Rm. Bambang membantu Paroki Wonosari. Kalau Rm. Bambang hanya membantu untuk Misa Pertama malam Natal, Rm. Yadi masih membatu hingga tanggal 25 Desember 2016. Kalau Rm. Yadi untuk sampai di tempat dijemput dan kemudian diantar kembali ke Domus, tidak demikian dengan Rm. Agoeng dan Rm. Bambang. Rm. Agoeng berangkat dan pulang sendiri dengan mobilnya. Sedang Rm. Bambang diantar oleh suami-istri keluarga Handoko dengan Granmax, mobil Domus. Sementara itu dalam pelayanan membantu misa, Rm. Agoeng dan Rm. Bambang membawa Kalender Domus Pacis 2017 untuk dijual ke umat. Di dalam pelayanan penjualan, Rm. Agoeng dibantu oleh Mas Eman dari Komsos KAS dan untuk Rm. Bambang itu dilakukan oleh Mas Handoko dan Mbak Sri, istrinya.

Sementara itu tiga rama Domus yang lain juga merayakan Natal dengan ikut Misa Pertama malam Natal. Mereka ikut misa di gedung Gereja Paroki Pringwulung. Tentu saja ketiga rama ini, yaitu Rm. Tri Hartono, Rm. Harto dan Rm. Tri Wahyono harus mendapatkan pendampingan khusus. Beberapa pemuda mahasiswa anggota San Egidio secara khusus mendampingi Rm. Harto. Mereka menjemput dan mengantar pulang Rm. Harto dengan kursi rodanya. Adapun Rm. Tri Hartono berjalan pelan-pelan lewat pintu gerbang belakang, karena gerbang depan terutup oleh banyaknya motor yang diparkir. Mbak Tari menjadi pendamping Rm. Tri Hartono dengan memegang lengan. Yang paling membuat kejutan adalah Rm. Tri Wahyono. Karena kondisinya beliau sudah tidak pernah ikut perayaan Ekaristi termasuk Natal 2015 dan Paskah 2016. Tetapi ketika Mbak Tri, pramurukti, bertanya "Badhe ngersakke misa Natal mboten?" (Rama mau misa Natal atau tidak?), Rm. Tri Wahyono menjawab "Nggih" (ya). Beliau ketika ikut misa didampingi oleh Vito, anak laki-laki Mbak Tari, yang mendorong dengan kursi roda. Rm. Tri Hartono berceritera dengan suaranya yang amat lirih dan gerakan telapak tangan tanda menolak ketika makan pagi 25 Desember 2016 "Dhek arep diwenehi komuni takelikke" (Ketika akan diterimakan komuni aku melarangnya). Rm. Tri Wahyono memang sudah melupakan makna komuni kudus.

0 comments:

Post a Comment