Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, December 9, 2016

Ulasan Eksegetis Adven IIIA 11 Des 2016 (Mat 11:2-11)

diambil dari http://www.mirifica.net by on Jendela Alkitab, Mingguan


ENGKAUKAH YANG DIJANJIKAN BAKAL DATANG?

Bacaan hari Minggu Adven III ini (Mat 11:2-11) menceritakan bagaimana Yohanes Pembaptis mengutus murid-muridnya kepada Yesus untuk memastikan apakah ia itu betul dia yang diwartakan bakal datang (ay. 2-3) dan jawaban Yesus (ay. 4-6). Selanjutnya, ketika murid-murid Yohanes telah pergi, Yesus berbicara kepada orang banyak mengenai Yohanes Pembaptis (ay. 7 dst.).

MENCARI TAHU – MEMASTIKAN – PERCAYA

Beberapa waktu sebelumnya, Yohanes Pembaptis ditangkap oleh Herodes Antipas (Mat 4:12). Ini perkara politik. Warta kenabian dan seruan pertobatannya Yohanes membuat guncangan di masyarakat dan dikhawatirkan akan membahayakan kedudukan Herodes di hadapan penguasa Romawi. Ada alasan lain. Yohanes pernah mengecam keras perkawinan Herodes dengan Herodias yang waktu itu masih bersuamikan saudara tiri Herodes sendiri (Mat 14:4; terlarang menurut Im 18:6). Di penjara Yohanes masih bisa menerima kunjungan murid-muridnya. Dari merekalah Yohanes mendengar tentang Yesus yang mulai dikenal di masyarakat.

Menurut Mat 3:11, Yohanes memaklumkan kedatangan dia yang lebih berkuasa dari padanya yang akan membaptis dengan Roh dan api sehingga orang dapat memasuki Kerajaan Surga setelah menerima baptisan tobat yang diserukannya. Tetapi belum jelas baginya siapa orangnya. Dalam pemaklumannya nama Yesus memang tidak disebut. Ketika Yesus datang kepadanya minta ikut dibaptis (ay. 13-15), Yohanes tentunya menduga bahwa dia inilah orangnya. Ada pengalaman rohani. Injil menggambarkannya dengan terdengarnya kata-kata dari langit bahwa Yesus itu anak terkasih dan mendapat perkenan ilahi (ay. 17.) Tetapi diakah orang yang dinanti-nantikan? Keragu-raguan ini tidak perlu ditafsirkan sebagai kekurangpercayaan. Dibutuhkan berita lebih lanjut yang bakal memastikan bahwa dia itulah orangnya. Iman yang hidup tetap butuh informasi yang aktual, bukan sekadar mengamini rumus-rumus kepercayaan saja.

PERCAYA – TINDAKAN APA ITU

Pertanyaan Yohanes apakah Yesus itu betul-betul dia yang bakal datang, atau masih akan ada orang lain, menunjukkan bahwa Yohanes ingin mendengar berita yang tepercaya. Ia juga mau mengajar murid-muridnya agar berani mengenal siapa tokoh Yesus itu sesungguhnya dengan menemuinya sendiri.

Termasuk tindakan beriman usaha mengerti mana tanda-tanda yang bisa membuat orang percaya. Percaya dan beriman itu seperti semua tindakan manusia, bisa dan butuh dipertanggungjawabkan. Iman bukan hanya perasaan mantap sehidup semati saja. Malah rasa mantap seperti itu bakal kurang berdaya menghadapi pelbagai tantangan baru.

Yohanes sebetulnya menghadapi masalah “teologi dasar” seperti itu. Di hati dan dalam niatan ia percaya bahwa ada yang bakal datang mengutuhkan warta Kerajaan Surga. Tapi siapakah dia itu dalam kenyataannya? Orang yang dikabarkan di mana-mana mengerjakan perkara-perkara ajaib itukah? Bila betul, bagaimana penjelasannya? Apa ada kelanjutan dengan cara-cara Yang Ilahi mewahyukan kehendak-Nya dan memperkenalkan diri dulu? Apa betul-betul dapat diterima manusia. Atau tokoh yang sekarang populer itu cuma mau memanfaatkan gairah orang banyak melihat hal-hal yang mengguncang batin tapi tidak membawa ke pengalaman yang lebih utuh? Apa ia membantu orang menjadi makin mandiri batinnya atau malah membuat mereka menjadi permainan dorongan-dorongan rohani yang tak berujung pangkal?

Kebutuhan mempertanggungjawabkan terasa mendesak karena pada waktu itu warta yang dibawakan Yohanes dan pengajaran yang diberikan Yesus sering dipertanyakan dan bahkan ditolak. Dalam Mat 11:16-19, yang menjadi konteks bacaan hari ini, disebutkan, ada orang-orang yang menganggap Yohanes kerasukan setan karena menjalankan laku tapa keras, malah ada yang tidak menggubris Yesus walaupun ia tidak seperti pertapa hidupnya. Bahkan kebaikannya kepada para pemungut pajak dan pendosa dijadikan bahan cibiran. Memang sepanjang Mat 11-12 digambarkan sikap orang-orang yang tidak mau menerima warta Yohanes dan kehadiran Yesus sendiri.

TANDA-TANDA KEDATANGAN TUHAN

Yesus meminta agar murid-murid Yohanes melaporkan kepada guru mereka apa yang mereka lihat dan dengar, yakni orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin dibawakan berita gembira. Kesembuhan ajaib itu diceritakan dalam Mat 8-9: tentang orang buta, lihat 9:27 dst.; orang lumpuh 8:5 dst. dan 9:1 dst.; orang kusta 8:1 dst.; orang tuli 9:32 dst.; orang mati 9:18 dst. Peristiwa-peristiwa ini memenuhi warta Yes 35:5-6: “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan bisa melihat dan telinga orang-orang tuli akan bisa mendengar. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai….” Pewartaan kabar gembira kepada kaum miskin membuat Yesus serasa memenuhi yang sudah dikatakan dalam Yes 61:1, “Roh Tuhan ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku. Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan….” Pendengar diminta menyimak kembali pewahyuan ilahi yang sudah sering didengar dan mencoba melihat kenyataannya sekarang. Penyembuhan dan kabar gembira kepada orang-orang yang sengsara tadi membuat kedatangan Yesus semakin dapat dipertanggungjawabkan, semakin “accountable”.

Pada akhir jawabannya, Yesus menyebut berbahagia orang “yang tidak menolaknya”, ungkapan aslinya, “yang tidak tersandung karena aku”. Orang yang bisa menerima warta Yesus tanpa merasa tersinggung dan menyambutnya dengan merdeka boleh merasa bahagia. Mereka ini menerima Kerajaan Surga (bdk. Mat 5:3 dst. – Sabda Bahagia). Begitulah kebahagiaan tercapai dengan mencari tahu bagaimana dan dengan cara apa kedatangannya menjadi semakin bermakna dan semakin bisa dinikmati orang zaman ini. Menayangkan Yesus sebagai tokoh yang ekslusivist rasanya sudah bukan zamannya lagi, di mana saja. Tetapi memperkenalkannya sebagai sosok yang bisa menghadirkan keilahian yang penuh pengertian membuat pewarta iman makin bisa disebut berbahagia.

YOHANES PEMBAPTIS

Setelah murid-murid Yohanes pergi, Yesus mulai berbicara mengenai Yohanes. Dikatakannya bahwa orang-orang datang kepada tokoh itu karena ia tidak seperti “buluh digoyang angin” (ay. 7), sebuah ibarat yang mirip ungkapan Indonesia “seperti air di daun talas”. Mereka datang untuk berguru kepada orang yang wataknya kuat, kepada orang yang berprinsip, berkepribadian. Itulah Yohanes Pembaptis.

Ditambahkan bahwa mereka tentunya tidak ke tempat sepi untuk menemui orang yang “berpakaian halus” (ay. 8-9). Mereka datang mendengarkan seorang nabi yang menyampaikan sabda Tuhan. Yohanes digambarkan memakai pakaian kasar dari bulu unta dan berikat pinggang kulit (Mat 3:4) seperti nabi zaman dulu (bdk. pakaian nabi Elia dalam 2 Raj 1:8)! Juga di zaman sekarang orang masih suka mendengar tokoh yang berintegritas kenabian tetapi yang tidak memaksa-maksakan penghayatan sendiri.

Siapakah yang dimaksud dengan “yang terkecil dalam Kerajaan Surga” yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis, yang hingga kini tak ada yang melebihinya? Bila diingat kata-kata Yohanes Pembaptis sendiri, maka jelas yang dimaksud ialah Yesus. Dalam Mat 3:11 Yohanes menegaskan, akan datang yang lebih berkuasa dari padanya dan dia ini akan membaptis dengan Roh dan api. Tapi kemudian bagaimana bisa dijelaskan bahwa menurut Mat 11:11 Yesus itu “terkecil” dalam Kerajaan Surga? Gagasan paling kecil bisa dikenakan kepada orang yang ditugasi melayani orang lain. Dan dalam Mat 20:28 Yesus menerapkan gagasan melayani tadi kepada dirinya sendiri. Ia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Untuk membuat Yang Ilahi mendekat kepada manusia. Itulah kebesarannya.

Seandainya hari ini kita bertanya kepada Yesus, “Engkaukah dia yang bakal datang?”, jawabannya akan sama. Ia akan mengajak kita memahami karya ilahi yang masih tetap berlangsung di antara kita di dunia ini kendati sering masih terselubung. Itulah jalan mengenalinya. Lalu, apa kita bisa mengharapkan diri kita juga akan dibicarakan oleh Yesus dengan para penghuni surga – seperti dulu ketika ia berbicara tentang Yohanes kepada orang banyak? Matt mengangguk penuh pengertian. Kita boleh merasa beruntung disertai Matt dalam Masa Adven ini.

Salam hangat,
A. Gianto

0 comments:

Post a Comment