Tuesday, December 13, 2016
Small is Beautiful
Kerap terjadi orang yang sudah tua apalagi mengalami idapan penyakit atau beberapa penyakit merasakan diri menjadi renta. Bagi yang pernah mengalami menjadi tokoh dan atau pejabat dalam institusi, orang dapat mengidap post power syndrome atau lalu loyo merasa sudah menjadi bagaikan sepah yang dibuang. Tulisan di bawah disajikan oleh Rm. Bambang sekedar menjadi sharing pengalaman. Memang, yang disharingkan hanya satu pengalaman. Tetapi dengan satu pengalaman sebenarnya itu sungguh menjadi daya yang mendorong munculnya energi untuk munculnya kegiatan atau hal-hal lain.
Sebuah Informasi
Ketika membuka Blog Domus www.domuspacispuren.blogspot.com pada jam 04.04 pagi hari Sabtu tanggal 10 Desember 2016, Rm. Bambang melihat jumlah pageviews ada 300.060. Kemudian sesudah makan pagi pada hari itu jumlah visitors ada 47.000. Jumlah 47.000 ini berasal dari 68 negara, negara-negara Asia Pasific, Uni Eropa dan 2 kelompok tak jelas dari mana. Visitor baru yang selalu masuk setiap hari berasal dari Indonesia dan Amerika Serikat. Urutan selanjutnya untuk masuknya visitor baru berasal dari daerah Asia Pasific. Lima besar jumlah visitor adalah Indonesia (67,5%), Amerika Serikat (24,3%), Asia Pasific (2,4%), Israel (1,6%), dan Uni Eropa (1,2%). Lainnya ada di bawah 1%.
Berkaitan jumlah orang yang membuka Blog Domus baik sebagai pelanggan maupun sebagai pendatang baru, hal ini hanya menjadi sebuah perkiraan. Dari data yang ada, blog ini mulai dipublish pada Maret 2013. Di dalam perkembangan tiga bulan terakhir rata-rata dua hari sekali paling tidak jumlah pageviews ada 1.000. Tentu saja yang terjadi dapat lebih karena biasanya ada di atas 500 bahkan di atas 600. Sementara itu jumlah pendatang baru rata-rata minim ada 25 orang. Mengingat setiap 24 jam selalu ada 3 teks dipublish (2 renungan dan 1 lain), maka dapat diperkirakan rata-rata setiap hari ada pelanggan tetap 158 orang yang membuka tiga kali.
Sebuah Refleksi
Berhadapan dengan informasi di atas Rm. Bambang teringat salah satu teman yang berkata "Wong niku nek pun tuwo lan pensiun, pikirane pun mboten wonten sing purun ngangge" (Orang kalau sudah tua dan pensiun, tidak ada yang memakai pendapatnya). Teman rama memang memiliki sejarah jabatan. Dalam omongan, dia mengatakan lembaga yang memberi tugas resmi kini tak memperhitungkan pemikirannya. Rm. Bambang dalam hati hanya bertanya "Apakah ini yang membuat orang merasa sudah tidak terpakai dan tak ada gunanya?"
Rm. Bambang memang yang diserahi oleh Rm. Agoeng untuk mengurus Blog Domus. Ini bukan tugas resmi. Sebagai orang yang sudah berada di rumah tua dan bebas tugas, Rm. Agoeng melatih Rm. Bambang untuk masuk dunia maya dengan alat digital. Dari masuk bulan Juli 2010 hingga tahun 2014 Rm. Bambang tidak dengan mudah pelan-pelan membiasakan diri dengan Email, Facebook, Blog, BBM dan terakhir WA. Maklum saja, dia dapat menggunakan HP untuk SMS dan telepon ketika usia sudah 55 tahun. Ketika masih dinas hingga permulaan tahun 2012, dia amat kesulitan untuk menulis naskah. Menulis sebulan untuk 6 halaman saja harus dikerjakan dengan susah payah. Tetapi dengan mengurus Blog, Rm. Bambang terpaksa harus menulis setiap hari. Hal ini tentu didorong oleh Rm. Agoeng yang mengatakan "Seratan mboten kedah indah kados karya sastra utawi karya ilmiah. Pokoke nyerat kangge menyampaikan warta" (Tulisan tidak harus seperti karya sastra atau karya ilmiah. Yang pokok untuk menyampaikan warta). Dengan bekal ini Rm. Bambang berusaha dan membiasakan diri menuliskan yang dipikir, dirasakan dan dibayangkan seperti kalau omong di depan banyak orang.
Ternyata dengan pengalaman menangani Blog Domus, Rm. Bambang merasa masih bisa berbuat sesuatu untuk orang lain. Tampaknya ada juga orang-orang lain yang merasa dapat menarik makna dari yang ditayangkan di media maya. Memang pada permulaan dengan mendapatkan pembaca 25 orang dia sudah merasa senang sekali. Tetapi ternyata makin lama makin banyak yang membuka Blog Domus. Suatu ketika ada seorang Prodiakon Paroki yang berkata "Rama, tolong renungannya segera dikirim. Saya biasa memakai renungan dari Domus Pacis untuk tugas di tengah umat." Bahkan ada umat yang biasa membaca Blog Domus mengatakan bahwa rama di parokinya kerap mengambil renungan Blog Domus dalam misa. Memang kalau dibandingkan dengan orang-orang tenar, jumlah yang menyukai dan menshare tayangan Domus Pacis barangkali masih terhitung kecil. Meskipun demikian, dalam pengalamannya Rm. Bambang menemukan diri masih memiliki makna dalam penghayatan hidup hariannya. Makna ini bagi Komunitas Rama Domus Pacis ternyata juga dapat diketemukan. Lewat media-media sosial ini Domus Pacis makin dikenal oleh umat sehingga tidak sedikit yang berkunjung dan menjalin hubungan kerja sekalipun terbatas pada talenta yang masih ada. Bahkan untuk kebutuhan para rama Domus baik yang harian seperti konsumsi harian dan kebutuhan khusus, banyak pihak ikut membackup. Banyak relawan ikut membantu. Peristiwa pembangunan talud Domus dan bangunan lain tidak lepas dari kepedulian banyak pihak yang tahu justru lewat media-media itu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment