diambil dari http://www.landasanteori.com/2015/09
Pengertian Masa lansia adalah tahap terakhir dari masa dewasa, sehingga masa lansia sering juga disebut sebagai masa dewasa akhir sebelum memasuki tahap terakhir dari perkembangan manusia yaitu kematian. Masa lansia, yang biasanya dimulai pada usia 65 tahun, ditandai dengan banyaknya perubahan dalam hidup individu lansia secara fisik, kognitif, dan psikososial (Feldman, 2012). Dari ketiga perubahan tersebut, perubahan yang paling dirasakan dan dapat dilihat oleh individu lain adalah perubahan fisik, yang disebut juga sebagai proses penuaan (aging).
Proses penuaan (aging) ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu penuaan
primer (senescence) dan penuaan sekunder. Penuaan primer, atau yang
lebih dikenal dengan istilah senescence, adalah proses penuaan fisik
individu lansia yang terjadi pada semua manusia yang tidak dapat dicegah
karena bersifat genetik dan tidak dapat dicegah. Sebaliknya, penuaan
sekunder merupakan perubahan pada fisik lansia yang disebabkan oleh
penyakit, kebiasaan hidup sehat, dan berbagai faktor lainnya yang
sebenarnya dapat dicegah oleh individu bersangkutan. Sebagai contoh,
hanya beberapa individu lansia yang mengalami penyakit kencing manis
(diabetes mellitus) karena sering mengkonsumsi makanan yang manis dan
jarang berolahraga.
Secara fisik, individu yang telah berusia 65 tahun ke atas tentunya mengalami perubahan bertahap dari kondisi tubuhnya yang sehat menuju kondisi yang memprihatinkan seperti rasa sakit dan penyakit. Namun, ada beberapa individu lansia masih dapat bertahan dalam kondisi sehat dan tetap menikmati banyak kegiatan yang dilakukannya ketika masih muda dulu. Secara kognitif, individu lansia mengalami kemunduran dalam proses penalarannya, namun dapat mencari strategi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut. Secara psikososial, individu lansia menyesuaikan diri dalam menghadapi perubahan yang terjadi di lingkungannya, seperti kematian orang yang dikasihinya dan waktunya untuk pensiun dari pekerjaannya (Feldman, 2012).
Usia Lanjut Usia (Lansia)
Feldman (2012) menyatakan bahwa masa lansia dimulai dari usia 65 tahun
ke atas. Santrock (2011) menyebut masa lansia dimulai dari 60 tahun ke
atas sampai sekitar 120 tahun atau 125 tahun yang merupakan perkiraan
masa hidup terlama manusia zaman sekarang. Lansia merupakan individu
yang telah memasuki usia 65 tahun atau lebih (Papalia, Olds, &
Feldman, 2007). Menurut PBB atau United Nations (UN), lansia adalah
individu yang berusia 60 tahun ke atas (Blackburn & Dulmus, 2007).
Secara spesifik, Charness dan Bosman membagi usia lansia menjadi beberapa tahap (Santrock, 2011), yaitu:
- Tahap young-old (usia 65 sampai 74 tahun)
- Tahap old-old (usia 75 tahun ke atas)
Seorang ahli lain bernama Dunkle membagi usia lansia menjadi beberapa tahapan (Santrock, 2011). Tahapan tersebut meliputi:
- Tahap young old adult (usia 65 sampai 74 tahun)
- Tahap old-old adult (usia 75 sampai 84 tahun)
- Tahap oldest-old adult (usia 85 tahun ke atas)
Dari beberapa definisi ahli di atas, seorang individu telah memasuki
kategori lansia apabila berusia 60 atau 65 tahun ke atas, terlepas dari
bagaimana para ahli membagi usia lansia sendiri menjadi beberapa tahap.
Perkembangan Psikososial Lansia
Aspek psikososial pada masa lansia menentukan proses penuaan yang sukses
dalam kehidupan lansia yang bersangkutan. Berikut ini adalah paparan
beberapa teori tentang proses penuaan yang sukses pada masa lansia,
yaitu:
a. Disengagement theory
Cummings dan Henry menyatakan bahwa individu lansia secara perlahan-lahan mulai menarik diri dari dunia secara fisik, psikologis, dan sosial (Feldman, 2012). Secara fisik, lansia mengalami penurunan stamina tubuh sehingga aktivitas fisiknya mengalami perlambatan secara bertahap. Secara psikologis, lansia mulai menarik diri dari dunia luar dan lebih berfokus pada dunia psikologisnya sendiri. Secara sosial, Quinnan berpendapat bahwa lansia menarik diri dari pergaulan sosial dan jarang bertemu dengan orang lain lagi (Feldman, 2012).
Teori ini tidak banyak didukung dengan hasil penelitian. Di samping itu, teori ini menerima penolakan dari masyarakat karena teori ini memberikan gambaran masyarakat yang tidak mampu menyediakan pelayanan bagi lansia. Teori ini juga menyalahkan lansia karena menarik diri dari masyarakat. Menurut Crosnoe & Elder, para ahli gerontologi pada zaman sekarang juga menolak disengagement theory ini karena tidak semua lansia menarik diri dari masyarakat (Feldman, 2012).
b. Activity theory
Teori ini merupakan kebalikan dari disengagement theory. Teori ini menyatakan bahwa proses penuaan yang sukses terjadi apabila individu lansia tetap berhubungan dengan teman-temannya dan aktif dalam pergaulan sosial.
Hutchinson & Wexler menyatakan bahwa kebahagiaan individu berasal dari keterlibatannya dalam pergaulan masyarakat (Feldman, 2012).
Teori ini juga tidak terlalu banyak mendapat dukungan karena tidak semua aktivitas dapat memberikan kepuasan yang sama bagi lansia. Adams menyatakan bahwa yang memberikan kepuasan dalam kehidupan individu adalah sifat dasar aktivitas tersebut, bukan frekuensi mengikuti aktivitas (Feldman, 2012).
c. Continuity theory
Pushkar berpendapat bahwa individu yang mengetahui kapan waktunya untuk menarik diri dan kapan bergaul dengan masyarakatlah yang dapat menjalani proses penuaan dengan sukses (Feldman, 2012). Menurut Holahan dan Chapman, individu yang senang bergaul dengan masyarakat akan memperoleh lebih banyak kesenangan ketika bergaul dengan teman-temannya, sebaliknya individu yang senang menikmati waktunya sendirian akan menemukan lebih banyak kepuasan dengan aktivitas membaca atau berjalan-jalan sendiri di taman (Feldman, 2012).
d. Selective optimization
Paul Baltes dan Margaret Baltes mengemukakan model selective optimization sebagai kunci bagi lansia untuk menjalani proses penuaan yang sukses. Selective optimization adalah sebuah proses yang dilakukan individu dengan berfokus pada kemampuannya yang lain sebagai kompensasi atas kekurangannya pada keterampilan lain (Feldman, 2012). Proses ini dilakukan untuk memperkuat sumber daya kognitif, motivasi dan fisik secara umum.
Proses ini juga dilakukan untuk mengatasi kekurangan yang ditimbulkan oleh proses penuaan. Sebagai contoh, pianis profesional Arthur Rubinstein tetap menggalang konser pianonya dengan mengurangi jumlah lagu yang dimainkannya sebagai bentuk selektif dan berfokus pada beberapa lagu yang dimainkannya sebagai bentuk optimisasi (Feldman, 2012).
Aspek psikososial dalam kehidupan individu lansia tidak hanya berupa proses penuaan yang sukses, tetapi juga hubungan sosialnya dengan orang lain. Pertemanan merupakan salah satu hubungan yang sangat penting dan berarti dalam kehidupan lansia. Dalam pertemanan, individu memilih siapa yang mereka sukai dan tidak disukai. Teman juga dapat menjadi pengganti ikatan yang hilang karena ditinggal mati pasangan. Namun, teman sendiri juga dapat meninggal dunia. Persepsi lansia terhadap pertemanan juga menentukan bagaimana lansia bereaksi terhadap kematian temannya. Hartshorne menyatakan bahwa lansia yang memandang pertemanan sebagai hubungan yang tidak tergantikan akan mengalami kesulitan yang lebih besar dalam menghadapi kematian temannya dibandingkan dengan lansia yang memandang temannya sebagai satu di antara sejumlah teman lainnya (Feldman, 2012).
Hubungan pertemanan juga dapat menjadi dukungan sosial (social support) bagi lansia. Dukungan sosial adalah pemberian bantuan dan rasa nyaman oleh suatu jaringan yang terdiri dari orang-orang yang tertarik dan mengasihi (Feldman, 2012). Memiliki dukungan sosial dapat memberikan manfaat bagi lansia, yaitu sebagai tempat menceritakan permasalahan hidup lansia terutama bila orang yang memberikan dukungan sosial juga memiliki pengalaman yang serupa dengan individu yang sedang didukungnya, memberikan bantuan material seperti mengurus rumah tangga, dan memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan hidup sehari-hari (Feldman, 2012). Memberikan dukungan sosial kepada orang lain ternyata juga dapat meningkatkan rasa percaya diri (self-esteem) dan merasa berguna pada lansia karena telah berkontribusi dalam kehidupan orang lain (Feldman, 2012).
Daftar Pustaka Makalah Masa Lansia
Santrock, J. (2011). Life-Span Development (13th ed.). New York: McGraw Hill International Edition.
Feldman, R. (2012). Discovering the Life Span (2nd ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc.
Blackburn, J., & Dulmus, C. (Eds.). (2011). Handbook of Gerontology: Evidence Based Approach to Theories, Practice, and Policy. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Papalia, D., Olds, S., & Feldman, R. (2007). Human Development (10th ed). New York: McGraw-Hill.
1 comments:
thank you, very helpful
Post a Comment