diambil dari http://www.mirifica.net by A. Gianto on Jendela Alkitab, Mingguan
MENYELARASKAN LANGKAH
Dalam Mat 3:1-12 (Injil Minggu Adven II tahun A)
dikisahkan bagaimana Yohanes Pembaptis tampil mengumumkan kedatangan
Kerajaan Surga serta menyerukan agar orang bertobat. Dalam bahasa
sekarang, seruan ini sama dengan ajakan memahami apa yang sedang terjadi
dalam diri kita dan dunia sekitar. Nada penuh berharap dalam bacaan
pertama, Yes 11:1-10, dapat membantu memahami warta tadi. Di situ
dinubuatkan kedatangan Raja Damai keturunan Isai (ayah raja Daud;
leluhur Yesus juga. Bdk. Mat 1:5-6 Luk 3:32). Raja itu akan memperoleh
kebijaksanaan (Yes 11: 1-2) untuk menegakkan keadilan (ay. 3-5) dan
merukunkan mereka yang biasanya saling bermusuhan (ay. 6-9) dan dengan
demikian ia menjadi pangkal harapan orang banyak (ay. 10).
DIUMUMKAN LAMA SEBELUMNYA
GUS: Matt, selamat datang! Langsung tanya ya, dari mana kauperoleh bahan mengenai Yohanes Pembaptis itu?
MATT: Dari diktat Mark – eh, bagi kalian Injil
Santo Markus. Tapi kuolah kembali. Kuperjelas dengan bahan tambahan dari
sumber lain, misalnya kata-kata Yohanes Pembaptis sendiri dalam ay. 2:
“Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!” yang tak dituliskan
Mark. Ia mengatakan Yohanes memberitakan baptisan tobat untuk pengampuan
dosa (Mrk 1:4) tanpa menyebut Kerajaan Surga sudah dekat, yang
dikatakan oleh Yesus sendiri (Mrk 1:15, “Kerajaan Allah”; dibicarakan di
bawah).
GUS: Ajakan Yohanes Pembaptis kok sama dengan
yang diucapkan Yesus yang juga kautulis dalam Mat 4:17, sejajar dengan
Mrk 1:15 tadi.
MATT: Kontinuitas, kawan, kontinuitas itu wajar!
Orang hidup bukan asal ganti panutan. Warta Yesus itu melanjutkan dan
melaksanakan hal-hal yang sudah disampaikan pendahulunya. Akan kita
lihat nanti Yesus mengajar orang zamannya agar sampai pada inti Taurat,
yakni ajaran-ajaran sudah jadi menjadi pegangan hidup turun-temurun. Ia
mengajak orang merasukinya dan tidak tinggal di luar-luarnya.
GUS: Eh, kita kan bicara mengenai Yohanes Pembaptis dan belum tentang Yesus.
MATT: Yohanes Pembaptis kutampilkan sebagai suara
yang berseru di padang gurun agar disiapkan jalan yang rata bagi dia
yang akan datang itu (Yes 40:3). Yang sedang dinanti-nantikan itu akan
datang dan memimpin kembali orang-orang ke dalam Kerajaan Surga lewat
jalan yang rata tadi. Malah Mark menyisipkan nubuat yang sebenarnya
berasal dari Maleakhi 3:1 “Lihatlah, aku menyuruh utusan-Ku
mendahuluimu….” Utusan itu ialah Yohanes.
GUS: Banyak ahli mengatakan, kau tidak ikut
mengutip ayat itu dengan alasan mau merapikan tulisan Mark yang
menggabungkan ayat Maleakhi tadi bersama dengan kutipan dari Yesaya.
MATT: Coba tanya Luc saja deh, dia kan juga tidak mengutip Maleakhi (Luk 3:4-6).
GUS: Tapi Luc mengutip lebih, yakni Yes 40:3-5, bukan hanya ay. 3 seperti kamu.
MATT: Ia menulis bagi orang-orang yang tidak amat
mengenal tulisan para nabi. Jadi kutipan itu diperluasnya supaya
konteksnya jelas. Tetapi pembacaku dulu sudah cukup tahu Kitab Suci dan
tak butuh diberi banyak-banyak. Yang penting mereka mengerti bahwa
Yohanes datang dengan wibawa dari atas sana. Kalau ditengok kembali,
memang sosok besar tidak tampil begitu saja, kata orang zaman sekarang,
ada kredensialnya. Kedatangan Yesus dimaklumkan Yohanes Pembaptis. Dia
sendiri diwartakan oleh Yesaya sang Nabi besar itu.
KEKUATAN-KEKUATAN YANG DI ATAS
GUS: Matt, mau tahu nih, sebetulnya, seruan dalam ayat-ayat Yesaya itu ditujukan kepada siapa?
MATT: Apa belum tahu?
GUS: Soalnya, dalam Yes 40:1-2 yang tidak ikut
kaukutip, ada seruan Yang Mahakuasa kepada makhluk-makhluk ilahi agar
mereka menghibur umat-Nya dan menyadarkan mereka bahwa hukuman mereka
telah selesai. Apa bagimu ayat yang kauambil alih itu (Yes 40:3) masih
juga menghimbau kekuatan-kekuatan itu agar menyiapkan jalan dan
meluruskannya – bukan kepada manusia?
MATT: Tentu saja! Yohanes malah menggemakan
seruan Yang Mahakuasa sendiri kepada kekuatan-kekuatan surgawi tadi.
Yohanes akrab dengan mereka. Orang datang kepadanya minta dibaptis
sebagai tanda bertobat dan agar disertai kekuatan-kekuatan tadi
menemukan kembali jalan yang lurus.
GUS: Dalam kesempatan itu Yohanes juga
mengatakan, akan datang orang “yang lebih berkuasa” dan yang akan
membaptis dengan Roh Kudus dan api, tidak seperti dia yang membaptis
dengan air. Penjelasannya?
MATT: Air membersihkan yang menempel di luar.
Baptisan Yohanes melepaskan beban-beban rohani. Baptisan yang diberikan
Yesus membuat orang bisa melangkah ringan, seperti dibawa Roh Kudus, dan
membersihkannya sampai sedalam-dalamnya, seperti api memurnikan barang
campuran. Ini arti baptisan dengan Roh Kudus dan api. Yohanes
menambahkan, dia yang akan datang itu akan menyendirikan yang berisi Roh
dan sudah murni tadi dari yang kopong, seperti orang menampi gandum dan
memisahkannya dari sekam (ay. 12).
GUS: Ketika berkata bahwa ia tak layak “membawa kasutnya”, apakah Yohanes mau merendah?
MATT: Gini, bagi orang Yahudi, “membawa kasut”
atau tindakan yang sehubungan dengan itu, “membuka tali kasut” yang
muncul dalam tulisan Mark, Luc dan Oom Hans (Mrk 1:7 Luk 3:16 Yoh 1:27)
itu kiasan yang berasal dari praktik hukum adat bertindak sebagai orang
“yang diberi kuasa” bila orang yang berwenang terhalang. Yohanes hendak
mengatakan, dirinya tak layak menerima kuasa mewakili Yesus!
GUS: Bisa kuteruskan penjelasan ini ke umat? Membantu.
MATT: Kami dulu berusaha mengartikan
perkara-perkara yang mereka alami serta merumuskannya dalam cara bicara
orang yang kami layani. Memang penting mengartikan pengalaman dan
merumuskannya kembali dengan bahasa yang bisa dimengerti. Jangan buat
umat terombang-ambing pembicaraan ini atau itu.
KERAJAAN SURGA
Kata Yunani “basileia”, yang biasa diterjemahkan
sebagai “Kerajaan”, dipakai untuk membicarakan wibawa seorang raja,
termasuk juga orang-orang yang mengakui kuasanya, bukan hanya terbatas
pada gagasan wilayah seperti bila kita berbicara mengenai “kerajaan
Majapahit” misalnya. Istilah Inggris “kingdom” sebenarnya tidak amat
tepat, banyak yang lebih suka memakai pengertian “reign”. Tapi agar
tidak memperumit perkaranya, kita pakai saja “Kerajaan Surga” dengan
sekadar penjelasan.
GUS: Kembali ke pokok yang tadi sudah sedikit
kita bicarakan. Yohanes berseru bahwa “Kerajaan Surga” sudah dekat (Mat
3:2). Injil lain lebih memakai “Kerajaan Allah”. Kau menyebutnya
Kerajaan Surga, untuk menghormat, begitukah?
MATT: Kalau mau dibilang menghormat boleh saja.
Tapi ada yang lebih penting. Dengan mengatakan Kerajaan Surga, jadi
lebih jelas bahwa kenyataan yang dimaksud itu bukan dari dunia sini.
Orang tidak perlu mengimpikan bahwa sebentar lagi akan terwujud
pemerintahan di bumi dengan Mesias dari Allah sebagai pucuk pimpinannya.
Ini masalah kami dulu. Ada sementara pihak yang mengira Yesus akan
mendirikan pemerintah baru lengkap dengan pasukannya segala. Apa di
zaman kalian tak ada kecenderungan seperti itu?
GUS: Apa dampaknya bagi kehidupan yang di sini sekarang?
MATT: Ah, diskusikan soal itu dengan dosen
teologi sosial, mereka lebih tahu daripada penulis Injil. Tapi kalau
boleh kukatakan, justru karena tidak masuk dalam sistem dunia ini maka
kehadiran Kerajaan tadi dapat menjadi arahan batin orang yang mau
bekerja sama meluruskan bumi ini. Eh, tergoda aku oleh gagasan
menyelaraskan langkah dengan yang di atas sana itu, mengarah sama dengan
yang di arah yang di atas sana itu, gitu dah ibaratnya.
GUS: Lewat baptisan roh dan api dalam artian yang kaujelaskan di atas?
MATT: Tentu saja, asal tidak begitu saja
diartikan menjadi membaptis orang! Tapi ah tak usah kucampuri urusan
pengaturan agama. Injil kan sumber inspirasi.
TUMBUH DAN BERBUAH
Masih sempat kami diskusikan kata-kata keras
Yohanes Pembaptis terhadap orang Farisi dan orang Saduki yang datang
minta ikut dibaptis (Mat 3:7-10). Kepala mereka seolah-olah diguyur air
dingin supaya tidak mimpi bakal bisa lepas dari murka Tuhan kelak.
Status keturunan Abraham bukan jaminan agar selamat. Yang perlu
diusahakan, seperti ditegaskan sang Pembaptis (ay. 8) yakni, “…hasilkan
buah-buah yang sesuai dengan pertobatan!” Kiasan menghasilkan buah itu
amat dalam maknanya. Pertobatan saja belum cukup, meniatkan yang baik
masih perlu tumbuh terus menjadi pohon, berbunga, mekar dan berbuah,
tidak mandeg, mandul, kopong dan mengering. Bila tak menghasilkan buah,
pohonnya hanya akan dikapak sampai ke akar-akarnya dan dimusnahkan (ay.
10). Ini peringatan bagi mereka yang picik batinnya, yang tak punya
kepedulian yang sungguh akan hadirnya Yang Ilahi. Mereka itu orang-orang
yang tidak mau membiarkan-Nya datang merasuki batin serta menumbuhkan
niat untuk berbuah.
Salam,
A. Gianto
0 comments:
Post a Comment