Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, May 27, 2016

Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus (Luk 9:11b-17)

diambil dari http://www.mirifica.net by on Jendela Alkitab, Mingguan


Rekan-rekan yang budiman!

KISAH Yesus memberi makan lima ribu orang dalam Luk 9:11b-17 dibacakan pada perayaan pesta Tubuh dan Darah Kristus tahun C. Peristiwa ini juga dikisahkan dalam kedua Injil Sinoptik lainnya (Mat 14.13-21; Mrk 6.30-44). Bahkan Yohanes juga merekamnya (Yoh 6:1-14) walaupun kisah ini ditaruhnya dalam hubungan dengan pewartaan Yesus sebagai sumber kehidupan sejati. Markus, Matius dan Lukas sama-sama menceritakannya langsung setelah berita kematian Yohanes Pembaptis sampai kepada Yesus. Ada beberapa kekhususan dalam Injil Lukas yang patut didalami.

Yang Khas pada Lukas

Lukas menghubungkan peristiwa Yesus memberi makan lima ribu orang itu dengan pengutusan kedua belas murid untuk memberitakan Kerajaan Allah dan menyembuhkan orang sakit (Luk 9:2) dengan berbekal “tenaga” dan “kuasa” yang diberikan Yesus untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit (ayat 1). Dan hanya bekal inilah yang membuat pemberitaan dan tindakan mereka berhasil. Jadi bukan ketrampilan dan penampilan mereka sendiri.. Pengutusan serupa juga diceritakan Matius dan Markus (Mat 10:5-15 dan Mrk 6:7-13), namun mereka tidak langsung menghubungkannya dengan pemberian makan lima ribu orang seperti Lukas.

Kaitan erat itu terlihat di dalam Luk 9:11b. Dikatakan Yesus membicarakan Kerajaan Allah bagi orang banyak sambil menyembuhkan mereka yang butuh disembuhkan. Itulah dua perkara yang ditugaskannya kepada dua belas orang muridnya dalam Luk 9:2. Dalam Luk 9:10 disebutkan bahwa murid-murid tadi baru kembali keliling dan menceritakan kepada Yesus bagaimana mereka telah menjalankan pengutusan tadi. Yesus membawa mereka ke Betsaida untuk menyendiri, tentunya untuk bersama-sama mendalami pengalaman tadi. Tetapi orang banyak yang sudah mendengar, melihat, dan mengalami yang dilakukan para murid tadi tetap mengikuti. Mereka mau mendekat ke sumber “tenaga” dan “kuasa” yang telah mereka alami, yakni Guru para murid tadi. Dan inilah yang terjadi.

Orang banyak datang berkerumun. Mereka tahu kesempatan ini langka. Berbagai orang “pintar” berhimpun di satu tempat. Penyembuh-penyembuh hebat sedang berkumpul di sekitar Guru mereka. Dari padanyalah terpancar “dynamis” dan “eksousia”, tenaga dan kuasa, yang telah menyingkirkan kekuatan-kekuatan jahat dan penyakit. Begitulah cara berpikir orang-orang yang diceritakan Lukas. Ada baiknya kita berusaha ikut merasa-rasakannya. Kita tertarik mendekat ke tempat kejadian yang tidak biasa, entah apa saja: ke tempat kebakaran, ke kerumunan orang mendengarkan pembicaraan yang menarik, ke tempat kecelakaan. Apalagi ke tempat yang menggugah harapan dan memberikan kesembuhan!

Orang banyak yang berkerumun itu bukannya tergiur oleh serangkai pernyataan teologis mengenai kehadiran Tuhan. Bagi mereka Kerajaan Allah ialah kehadiran Yang Mahakuasa yang memberi harapan, ketenangan, keberanian, keuletan, kesembuhan, apa saja yang membuat mereka hidup terus. Terutama bagi mereka yang merasa butuh ditopang. Mungkin mereka tidak mengungkapkannya dengan kata-kata, tapi pencaharian “makna hidup” seperti ini ialah cara mengakui kehadiran Yang Ilahi dalam kehidupan. Dan bila semakin didalami, semakin nyata pula hadirnya Kerajaan Allah. Semua orang bisa mengalaminya. Dulu dan kini

Beramai-ramai Kenduri di Betsaida

Murid-murid yang duabelas itu baru saja kembali dari “merasul”. Dan mereka sukses. Apa yang biasa terjadi seusai menjalankan tugas mulia? Atasan yang berlaku sebagai manajer yang baik akan memuji sehingga orang merasa lebih berhasil dan meningkatkan daya kerja. Dan pembaca yang jeli akan berpikir ke sana pula. Murid-murid tentunya menginginkan sedikit istirahat, menikmati keberhasilan itu bersama Guru mereka. Pesta ala kadarnya. Kenduri. Slametan. Itulah kiranya yang sedang terjadi.

Lukas mengungkapkan hal ini dalam Luk 9:10. Yesus mengajak murid-muridnya ke Betsaida. Maksudnya sekadar rekoleksi, sejenak beristirahat. Tak ada salahnya juga bila murid-murid merencanakan kenduri merayakan sukses mereka. Kota Betsaida itu kota di pinggir danau di Galilea yang jadi pusat bisnis perikanan dan mereka kenal baik. Murid-murid itu kan tadinya pengusaha bisnis ikan yang cukup sukses. Kini mereka jadi penjala manusia yang sukses – dengan “tenaga” dan “kuasa” yang mereka terima dari Guru mereka. Dan di kota itu mereka masih memiliki relasi yang akan senang ikut merayakan sukses mereka dalam cara hidup mereka yang baru ini. Perhelatan mudah diatur. Sekaligus reuni.

Bagaimana dengan orang banyak yang mengikuti dan mengagumi kelompok murid dan Guru ini? Mereka itu seperti para penonton yang membesarkan hati pemain. Tetapi kini ada waktu istirahat bagi para pemain sendiri. Kami butuh waktu untuk kami sendiri. Mau bicara antar kita dan teman-teman dekat. Demikian pikir para murid. Wajar. Dan siapa tidak akan bersikap demikian? Jadi tak aneh bila mereka usul agar Yesus menenangkan orang banyak, menyuruh mereka pulang dan istirahat juga.

Pemberian yang tak Dinyana-nyana

Bagaimana reaksi Yesus? Lukas, juga Matius dan Markus, sama-sama menyebutkan Yesus berkata, “Kalian harus memberi mereka makan!” (Luk 9:13, lihat Mat 14:16 Mrk 6:37). Di sini kita mesti membaca dengan cara yang cocok. Paling gampang dan paling kerap orang akan membacanya sebagai reaksi seorang tokoh yang besar, yang mau mengajar rasa tanggung jawab kepada murid-muridnya. Betulkah? Bila dipikir-pikir, kok tidak amat cocok. Ini hanya akan membuat figur Yesus terasa jauh, seperti bukan dari dunia sini, dan murid-murid akan jadi karikatur. Lebih baik kita menafsirkannya sebagai usul Yesus yang wajar tanpa mau mengajar kesalehan baru. Ia bermaksud mengatakan, mari kita ajak saja orang-orang yang sudah ada di sini. Biar pesta kita makin meriah! Dan tentu saja ia tahu tidak begitu sukar bagi murid-murid yang punya relasi di Betsaida itu untuk mengadakan perhelatan bersama orang banyak. Mereka kan cukup mempunyai uang. Kata orang sekarang, tinggal telpon catering service setempat.

Cara membaca seperti ini lebih berpijak di bumi. Dan manusiawi. Apa jeleknya. Injil dikabarkan bagi manusia. Dan Lukas juga memberi isyarat-isyarat bahwa begitulah maksudnya. Dalam ayat yang sama, ayat 13, murid-murid yang cekatan berpikir, ini tidak praktis, kita belum siapkan sebanyak itu. Kita kan hanya merencanakan kenduri di antara kita sendiri. Memang ada lima roti dan dua ikan. Mau mengajak orang lain? Anda bicara mengenai orang yang sudah berkumpul di sini! Limaribu orang! Memang ini cara bicara melebih-lebihkan. Tapi tetap jelas bahwa yang dimaksud ialah jumlah yang berlipat ganda. Mereka juga berkata, kalau mau, bisa juga diusahakan belanja makanan tambahan, telpon kenalan kalau perlu. Markus juga berpikir ke sana, dengan caranya sendiri. Dalam Mrk 6:37 murid-murid rada protes, apa kita sanggup bayar 200 dinar untuk itu! Kita punya uang, tapi mbok ya jangan dihambur-hamburkan untuk itu. Yohanes malah ingat bahwa Filipus-lah yang bicara mengenai 200 dinar itu: uang sebanyak ini juga tak cukup untuk mentraktir orang banyak ini lho. Pembaca mesti sadar, Yohanes tidak asal menyebut nama ini. Filipus itu murid yang berasal dari kota Betsaida sendiri (lihat Yoh 1:44), tempat kini mereka sedang mau mengadakan refleksi kerasulan dan slametan!. Amat boleh jadi Filipus itu malahan jadi tuan rumah yang kini kedodoran di-“todong” agar juga memestakan orang banyak! Tentu bisa dan duit ada, tapi …!

Kegembiraan bagi Semua Orang

Sekian bacaan yang berusaha melihat segi-segi manusiawi yang disampaikan dalam Injil. Yang penting ialah berpijak pada kenyataan yang masih bisa kita lihat sehari-hari. Atas dasar itu kita bisa memasuki bagian kedua yang lebih rohani sifatnya. Jelas ukuran-ukuran praktis tidak memungkinkan ikut mengajak pesta orang banyak. Bukan karena tak bisa, tapi tidak pada tempatnya, bukan saatnya… dalam hitungan murid-murid, dalam hitungan kita juga. Namun justru saat itu terjadi hal yang menakjubkan yang melampaui ukuran-ukuran praktis, yang melebihi kemampuan biasa. Bagaimana persisnya terjadi tak bisa dilacak. Kita hanya melihat penyelesaiannya. Semua orang akhirnya ikut kebagian makan, semua orang dapat ikut berpesta. Lima ribu lelaki, tak terhitung perempuan dan anak-anak yang ikut meramaikan. Mereka ikut bergembira merayakan suksesnya misi Kerajaan Allah dan penyembuhan! Ada baiknya kita berhenti sejenak untuk ikut merasakan kegembiraan yang muncul dari huruf-huruf Injil Lukas. Diceritakan Yesus menengadah ke langit, memecah-mecahkan roti, memberikan kepada murid-murid supaya dibagikan kepada orang banyak (ayat 16). Injil-Injil lain juga mengatakan hal ini. Namun Lukas berpikir lebih jauh. Nanti ia menampilkan kembali hal ini pada saat kedua murid yang letih lesu di Emaus itu menjamu Yesus di pondok mereka. Saat itu juga terbuka mata mereka (Luk 24:30-31). Dan saat itu juga Yesus lenyap dari pandangan mereka dan yang tinggal hanyalah kegembiraan dalam diri mereka yang membuat mereka cepat-cepat kembali ke Yerusalem mengabarkan bahwa Yesus telah bangkit.

Lukas menunjukkan hubungan peristiwa Yesus memberi makan lima ribu orang itu dengan kenyataan Kerajaan Allah dan kesembuhan utuh dalam diri Yesus yang bangkit yang kini dikabarkan kepada orang banyak. Orang banyak makan sampai kenyang (Luk 9:17). Dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan yang belum termakan itu menandakan kegembiraan dan kepuasan masih cukup ada bagi siapa saja yang akan dijumpai keduabelas murid nanti, termasuk kita. Maka tak aneh bila orang beriman sekarang mau melihat perayaan Ekaristi sebagai kenyataan yang diwartakan Injil hari ini. Ekaristi itu ikut serta merayakan keberhasilan Yesus Kristus dalam membawakan Kerajaan Allah kepada orang banyak. Ini agape dalam ujud perjamuan liturgis dan sakramental. Tak aneh, menurut jilid dua buku Lukas, orang-orang kristen pertama itu berbagi milik dan bertekun bersama. Mereka juga “memecahkan roti” bergilir di rumah masing-masing …(Kis 2:44-46). Mereka kenduri dengan sukacita. Tentunya dalam artian yang kita bicarakan hari ini.

Enam Kisah Yesus Memberi Makan Orang Banyak

Dalam Injil-Injil terdapat enam kisah Yesus memberi makan orang banyak:
– Lima ribu orang: Mrk 6:30-44 // Mat 14:13-21 // Luk 9:10-17
– Orang banyak Yoh 6:1-15 [lebih dekat dengan yang di atas, tapi dengan seluk beluk khas “saksi mata”]
– Empat ribu orang: Mrk 8:1-10 // Mat 15:32-39 [tanpa paralel dalam Injil Lukas]

Kisah-kisah itu tumbuh di beberapa kalangan Gereja Perdana mengenai ekaristi dan dipakai sebagai katekese umat. Injil-Injil kemudian mengolahnya lebih lanjut. Peristiwa memberi makan lima ribu orang berasal dari lingkungan pengikut Yesus dari kalangan Yahudi (kentara antara lain dari sisanya yang “12” bakul, jumlah suku-suku Israel) , sedangkan yang menyangkut empat ribu orang berkembang di lingkungan orang bukan asal Yahudi (sisanya “7” bakul). Olahan Markus kemudian dipakai oleh Matius dan Lukas. Tetapi Lukas hanya meneruskan yang pertama. Mengapa justru dia yang berasal dari kalangan bukan Yahudi tidak merekam yang kedua yang asalnya dari lingkungan bukan Yahudi? Soal ini dapat diterangkan sebagai berikut. Perkembangan ekaristi di kalangan bukan Yahudi digarap Lukas secara penuh dalam Kisah Para Rasul bermula dari kisah Kornelius hingga timbulnya komunitas-komunitas bukan asal Yahudi yang lain. Oleh karena itu ia merasa tidak perlu menyertakan kisah yang kedua tadi dalam Injilnya.

Bagaimana dengan Yohanes? Kiranya ia hanya kenal tradisi yang pertama. Tetapi ia mengenalnya dengan lebih baik daripada Markus (dan tentunya kedua penginjil lain yang berdasarkan Markus). Boleh diandaikan Yohanes mengalami sendiri peristiwa itu sebagai salah satu dari Yang Duabelas. Ia bahkan mengingat nama murid yang berbicara dengan Yesus, yakni Filipus dan Andreas dan beberapa seluk beluk khas yang hanya bisa diberikan oleh saksi mata.

Barusan ada email dari Luc. Saya kutipkan di bawah. Ia punya pikiran orisinil yang sering kurang muncul dalam benak kami para ekseget sekolahan.

Gianto

Gus,

Uraianmu itu umumnya cocok dengan yang kupikirkan. Tapi tak perlu kau garis bawahi semua itu kau dengar dariku. Dengarkan juga cerita Oom Hans (Yoh 6:1-15). Di situ Yesus bertanya kepada Filipus di mana dapat membeli makanan – sebetulnya maksudnya hanya untuk ngecek apa Filipus ngerti apa yang sedang terjadi. Perhatikan, Oom Hans menggarisbawahi dua hal lain: Andreas mendapatkan seorang anak yang membawa lima potong roti dan dua ikan (ayat 9) dan catatan bahwa di tempat itu ada banyak rumputnya (ayat 10). Anak itulah yang memungkinkan Yesus memberi makan orang banyak. Ngerti maksudku? Ibunya tentunya menyuruhnya membawakan bungkusan roti dan ikan sebagai tanda terimakasih kepada salah satu dari para murid Yesus tadi. Dan bingkisan kecil ini, dengan berkat dari Tuhan, menjadi pemberian bagi semua orang. Kamu mungkin merasa tafsiran ini tak biasa. Apa punya tafsiran yang lebih jitu? Dan apa berani membantah Oom Hans? Lalu, rumput itu kan bukan hanya sekadar rumput tebal dan empuk untuk berbaring. Siapa makan rumput? Domba-domba…ha! Orang banyak itu domba-domba. Di sini sang Gembala Baik mengurus mereka, memberi makan mereka di tempat yang banyak rumputnya.

Salam hangat,
Luc

Credit Foto: introiresecum.blogspot.com

0 comments:

Post a Comment