Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, May 17, 2016

Lansia Segar Karena Mencintai Diri


Ini adalah paparan untuk kaum lanjut usia (lansia) dalam Misa Lansia di Paroki Administratif Pringgolayan,Yogyakarta, pada hari Jumat pagi 29 April 2016. Sekitar 400 orang lansia, usia 60 tahun ke atas, menjadi peserta. Rama Bambang memanfaat bacaan hari itu untuk mendorong semangat menjadi lansia yang segar dalam masa ketuaannya.

Terbuka Pada Perkembangan Situasi Hidup dan Budaya

Bacaan pertama dalam misa itu diambil dari Kis 15:22-31:
15:22. Maka rasul-rasul dan penatua-penatua beserta seluruh jemaat itu mengambil keputusan untuk memilih dari antara mereka beberapa orang yang akan diutus ke Antiokhia bersama-sama dengan Paulus dan Barnabas, yaitu Yudas yang disebut Barsabas dan Silas. Keduanya adalah orang terpandang di antara saudara-saudara itu.
15:23 Kepada mereka diserahkan surat yang bunyinya: "Salam dari rasul-rasul dan penatua-penatua, dari saudara-saudaramu kepada saudara-saudara di Antiokhia, Siria dan Kilikia yang berasal dari bangsa-bangsa lain.
15:24 Kami telah mendengar, bahwa ada beberapa orang di antara kami, yang tiada mendapat pesan dari kami, telah menggelisahkan dan menggoyangkan hatimu dengan ajaran mereka.
15:25 Sebab itu dengan bulat hati kami telah memutuskan untuk memilih dan mengutus beberapa orang kepada kamu bersama-sama dengan Barnabas dan Paulus yang kami kasihi,
15:26 yaitu dua orang yang telah mempertaruhkan nyawanya karena nama Tuhan kita Yesus Kristus.
15:27 Maka kami telah mengutus Yudas dan Silas, yang dengan lisan akan menyampaikan pesan yang tertulis ini juga kepada kamu.
15:28 Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini:
15:29 kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat."
15:30 Setelah berpamitan, Yudas dan Silas berangkat ke Antiokhia. Di situ mereka memanggil seluruh jemaat berkumpul, lalu menyerahkan surat itu kepada mereka.
15:31 Setelah membaca surat itu, jemaat bersukacita karena isinya yang menghiburkan.

Terhadap para peserta diajukan dua pertanyaan: Apakah Anda juga makan makanan yang diperoleh dari kenduri yang diadakan oleh tetangga? Apakah Anda juga makan sarèn (menu berbahan darah binatang)? Ketika diminta untuk mengangkat tangan bagi yang “ya” menyantap, praktis semua menyatakan makan makanan kenduri. Hanya beberapa yang tidak makan sarèn, dengan alas an tidak doyan. Ketika dinyatakan bahwa kenduri, yang sejatinya makanan sesaji atau persembahan dalam agama Jawa, dan menu darah menjadi larangan sebagaimana dinyatakan dalam Kisah Para Rasul “kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah,” ….. para peserta hanya tertawa dengan nuansa tidak merasa bersalah. Bahkan mereka tertawa terbahak-bahak ketika Rm. Bambang berkata “Aku ya mangan kendhurènan lan ngèmèl sarèn” (Aku juga menyantap kenduri lan lahap makan sarèn).

Kutipan Kisah Para Rasul itu adalah hasil sesudah terjadi Konsili atau Sidang Seluruh Pimpinan Jemaat Pertama di Yerusalem. Yang menjadi pokok pembicaraan adalah perkara sunat. Jemaat pertama yang berakar pada tradisi agama Yahudi memiliki praktek sunat sebagai tanda beriman. Orang yang percaya kepada Allah akan bersunat. Di dalam keluarga yang sudah beragama Yahudi, anak akan disunat ketika berusia delapan hari. Yesus juga disunat (Luk 2:21). Bagi orang kafir yang kemudian memeluk agama Yahudi, dia juga harus disunat. Hal ini dapat dipahami karena bangsa Yahudi memang termasuk masyarakat patriarkat yang menempatkan seorang bapak sebagai penentu hidup. Kaum perempuan termasuk anak-anak berada dalam naungan bapak dan mengikuti bapaknya. Ketika Barnabas dan Paulus dalam pewartaan iman sampai pada masyarakat Yunani, situasi hidup dan pola budaya yang dihadapi amat berbeda. Kaum perempuan pun memiliki kedudukan sama dengan kaum lelaki. Semua dapat menentukan keyakinan sendiri termasuk dalam beriman kepada Tuhan Yesus Kristus. Di sinilah muncul masalah apakah tradisi sunat dalam beragama di kalangan bukan Yahudi harus dipertahankan. Ternyata Konsili Yerusalem memutuskan tradisi sunat, yang bagi agama Yahudi menjadi keharusan dasar dan paling utama, tidak menjadi tuntutan untuk para murid Kristus.

Dari bacaan itu para peserta misa lansia di Pringgolayan diajak memahami bahwa itu Tuhan Yesus Kristus harus membumi, sesuai dengan perkembangan situasi hidup dan budaya setempat. Para peserta yang hidupnya ada dalam dominasi pengaruh budaya Jawa tentu juga akan memiliki ungkapan-ungkapan iman sesuai dengan pola tradisi Jawa. Sebagai contoh dapat diambil peristiwa kematian. Dapat dipahami kalau di kalangan umat Katolik Jawa juga mengadakan peringatan arwah di saat wafat hari ke 3, hari ke 7, hari ke 40, hari ke 100, satu tahun, dua tahun, dan hari ke 1000. Bahkan pada bulan Jawa Ruwah orang Katolik Jawa pun tidak dilarang mengikuti tradisi peringatan arwah. Tentu saja tradisi Gereja Katolik peringatan arwah pada tanggal 2 November juga akan dijalani dan bahkan banyak komunitas Katolik menjadikan November sebagai bulan arwah.

Khusus Situasi Hidup Lansia

Yang kemudian diajukan sebagai soal adalah bagaimana kini bagi umat Katolik yang sudah ada dalam kondisi lansia. Rm. Bambang memberikan gambaran keadaan lansia dengan mengutip teks hasil pembicaraan dengan beberapa alumni SMP Immaculata pada Senin 5 Oktober 2015 di rumah Bu Nani Han, Kotagede.

1. Rawan penyakit

Ketika setiap kali diminta untuk menunjukkan jari bagi mereka yang tidak mengidap hipertensi, kolesterol, trigiserit, asam urat, diabet .... hanya ada 4 orang ibu yang selalu mengangkat tangan dan mengacungkan jari. Rama Bambang pun termasuk yang takpernah menunjukkan jari karena penyakit-penyakit yang disebutnya adalah yang diidapnya sendiri. Dari sini ada hal yang amat mewarnai kaum lanjut usia, yaitu rawan akan penyakit.

2. Rawan hidup sendiri

Pada zaman kini orang tua dan lansia mudah berada dalam situasi kesendirian. Anak-cucu hidup terpisah. Kalau mereka masih hidup bersama dengan yang tua, mereka pun memiliki kesibukan sendiri-sendiri. Suasana kesendirian amat dominan dialami dalam hidup sehari-hari. Persentase ketemu dengan orang lain termasuk keluarga makin kecil.

Yang Segar Itu Bersahabat Dengan Diri Sendiri

Berhadapan dengan situasi hidup lansia, kutipan Injil Yohanes 15:12-17 menjadi pegangan sebagai terang iman:
15:12 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.
15:13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
15:14 Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.
15:15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.
15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.
15:17 Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."

Bagaimanapun juga di dalam kehidupan kongkret pengalaman kasih mengasih memang memberikan kesegaran khusus. Tetapi kehidupan segar karena kepenuhan suka cita hanya dapat terjadi kalau orang berada dalam kasih Tuhan Yesus yang dalam ayat sebelumnya berkata “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.” (Yoh 15:10-11) Yang amat menarik adalah kasih yang ada dalam gambaran Tuhan Yesus. Bagi Yesus kasih sejati adalah bagaikan sikap seorang sahabat yang berkorban bagi yang dikasihi. Orang akan amat bangga penuh kegembiraan kalau mampu berkorban bagi sahabatnya.

Bagi orang beriman persahabatan yang harus dihayati terjadi dalam tiga relasi: dengan Allah, dengan sesama, dengan alam, dan dengan diri sendiri. Tampaknya relasi dengan diri kerap tidak menjadi perhatian. Bahkan orang dapat menganggap dan dianggap egoistik kalau terlalu memperhatian diri sendiri. Tetapi dalam hal kasih ternyata ada tertulis “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Luk 10:27) Orang harus mencintai Alah dengan segenap hati”mu”,  jiwa”mu”, kekuatan”mu”, dan mencintai sesama manusia seperti “dirimu sendiri”. Pada cinta atau kasih yang sejati adalah jiwa bersahabat. Dengan demikian para murid Kristus harus mengembangkan hidup BERSAHABAT DENGAN DIRI SENDIRI sebagai pola bersahabat dengan Allah, sesama, dan alam.

Yang menjadi pertanyaan bagi kaum lansia adalah bagaimana harus mencintai atau bersahabat dengan diri sendiri sesuai dengan situasi hidup yang rawan penyakit dan rawan hidup sendiri. Di sini ada tantangan bagaimana lansia bias tetap segar raga dan jiwanya sekalipun terancam atau bahkan terjangkiti penyakit dan hidup dalam kesendirian. Di sinilah lansia murid Kristus sungguh dapat menjadi saksi iman dengan menghayati kata-kata Kristus “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk 9:23)

1. Berhadapan dengan rawan penyakit

Untuk menghadapi berbagai penyakit itu, ada banyak pengalaman termasuk dengan menyantap terapi alternatif seperti daun-daunan dan minuman tertentu. Rama Bambang mengingatkan pentingnya kontrol medis karena orang sering merasa sembuh kalau sudah mengalami misalnya tensi dan kadar gula darah turun. Ada penyakit yang sampai saat ini tak dapat disembuhkan dan hanya harus dikelola agar badan ada dalam kondisi baik. Untuk ini yang perlu dijaga adalah POLA MAKAN. Tindakan bijak adalah mewaspadai selera pucuk lidah. Kalau selera pucuk lidah dibiarkan bebas leluasa menarik menu kesukaan termasuk yang membahayakan kesehatan (misalnya suka emping padahal kena asam urat), seluruh tubuh dapat mengalami derita bukan main sengsaranya.

2. Berhadapan dengan rawan hidup sendiri

Di sini yang dijaga adalah bagaimana tetap hidup dengan dinamis dan menyumbang manfaat. Agar tetap berkembang dan ikut menyumbang bagi orang lain. Ikut terlibat dalam kumpulan kaum tua kiranya menjadi amat penting. Di samping itu Rama Bambang menyarankan agar belajar dan atau membiasakan diri dengan dunia internet. Hal yang harus disadari adalah bahwa ini adalah dunia maya yang tidak terjadi dalam jumpa secara fisik. Yang harus dijaga adalah tampilan secara standar tidak seperti pertemuan personal face to face. Di dalam FB tidak berjumpa secara anonim maya dengan amat banyak orang. Tetapi yang pokok dengan dunia internet adalah adanya banyak hal yang dapat kita pelajari dan kita dapat menyumbangkan pikiran dan pengalaman baik. Untuk belajar berbagai fasilitas internet kita harus berguru pada yang muda.

0 comments:

Post a Comment