Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, May 26, 2016

Sabda Hidup



Jumat, 27 Mei 2016
Agustinus dr Canterbury
warna liturgi Hijau 
Bacaan
1Ptr. 4:7-13; Mzm. 96:10,11-12,13; Mrk. 11:11-26. BcO 2Kor. 11:30 – 12:13

Markus 11:11-26:  
11 Sesampainya di Yerusalem Ia masuk ke Bait Allah. Di sana Ia meninjau semuanya, tetapi sebab hari sudah hampir malam Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya. 12 Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar. 13 Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. 14 Maka kata-Nya kepada pohon itu: "Jangan lagi seorangpun makan buahmu selama-lamanya!" Dan murid-murid-Nyapun mendengarnya. 15 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya,  16 dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. 17 Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: "Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!" 18 Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya. 19 Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota. 20 Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai ke akar-akarnya. 21 Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada Yesus: "Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering." 22 Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah! 23 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. 24 Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. 25 Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." 26 (Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.)

Renungan:
Pernahkah anda mengalami kala lapar dan membuka meja/almari makan tapi tidak menemukan apa-apa di sana? Ketika mengalami itu apa yang berkembang di hati, pikiran dan tindakanmu? Biasanya kita jengkel, marah. Seringkali lalu merasa orang rumah tidak mengerti kebutuhanmu. Dan mungkin masih banyak lagi kemungkinan yang kita alami.
Rasaku Yesus juga jengkel. Ketika ia lapar dan mau ambil buah ara, ternyata tidak ada buah tersebut. Ia pun makin jengkel ketika menyaksikan orang-orang berdagang di seputaran Bait Allah.
Rasa jengkel bisa menimpa siapapun. Kita, Yesus pun mengalaminya. Namun kita tetap mesti waspada supaya kata dan tindakan kita tetap terjaga ketika rasa jengkel tersebut sedang bercokol di diri kita.

Kontemplasi:
Bayangkan dirimu sedang jengkel. Amatilah bagaimana anda mengelola rasa jengkel tersebut dan menjaga kata dan tindakanmu.

Refleksi:
Apa yang perlu kita lakukan agar jengkel kita tidak membawa kita pada kata dan tindakan yang merugikan?

Doa:
Tuhan mampukanlah aku mengelola rasa jengkelku dan menjadikannya mampu menemukan kata dan tindakan yang produktif. Amin.

Perutusan:
Aku akan menjaga kata dan tindakanku kala rasa jengkel melingkupiku. -nasp-

0 comments:

Post a Comment